Tidak peduli sebanyak apa kehilangan yang akan datang dikemudian hari. Alih-alih meratapi mereka yang telah pergi, kali ini Emma hanya ingin menikmati kebersamaan bersama orang-orang tersayang selagi masih ada kesempatan. Haris selalu mengharapkan agar Emma hidup lebih bahagia, agar hanya kebahagiaan yang datang pada hidup Emma. Dan untuk mewujudkan semua harapan-harapan yang Haris langit kan, Emma juga berusaha untuk melepas segala sumber yang menjadi beban berat selama ini.
Memang benar kalau menceritakan masalahmu kepada orang lain bisa membantu sedikit meringankan beban yang ada. Setelah bertemu banyak orang di masa pelarian dan berbagi cerita kepada mereka membuat pundak Emma terasa lebih ringan.
Emma tidak lagi terkurung dalam kesakitan masa lalu. Dirinya sudah belajar merelakan bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan Yang Maha Adil. Tidak lagi berlindung diri dan menyalahkan orang lain, tidak lagi mengecap dirinya pembawa sial. Emma sudah lebih baik sekarang. Mungkin satu persatu gulungan panorama kehidupannya memang harus dibentangkan.
Emma pernah mengatakan bahwa ia selalu merasa bersyukur akan hal-hal kecil yang ada di hidupnya. Bersyukur karena banyak orang baik yang datang padanya. Dan salah satunya adalah Hesti, sang manajer yang sudah dia anggap teman bahkan saudara.
"Kau ini kemana saja? Apa kau tidak tahu aku begitu mengkhawatirkan mu lebih dari apapun, eh?"
"Pergi tanpa mengatakan apapun, lalu menghilang tanpa kabar begitu saja selama berhari-hari. Sebenarnya ada apa dengan mu, Emma!"
Emma tidak merasa keberatan saat manajernya itu langsung marah-marah begitu datang ke apartemen Kiandra. Memukuli bagian bokong Emma seperti seorang ibu yang sedang mengomel karena anaknya berbuat nakal. Emma tidak keberatan meskipun sebenarnya pukulan Hesti ini bukan main sakitnya. Gadis itu malah tertawa karena begitu Hesti selesai memukulnya ia langsung memeluk Emma sambil menangis.
"Aku merindukanmu, Em. Aku khawatir. Kau baik-baik saja kan?"
Emma mengangguk.
"Apanya yang baik-baik saja. Lihat wajahmu jadi tirus begini!" Hesti kembali mengomel memprotes penampilan Emma yang dirasa berubah.
Berat badannya memang turun sehingga pipinya menirus. Lalu sepasang mata yang berkantung juga agak menghitam membuat Hesti semakin merasa kesal.
"Kau tidak baik-baik saja! Berhenti mengatakan kalau kau baik-baik saja padahal nyatanya tidak, Em. Itu menyakitiku."
"Kau menganggap ku apa memangnya? Kalau ada masalah itu cerita pada ku, meskipun aku mungkin tidak bisa membantu setidaknya dengan cerita bisa meringankan sedikit beban mu."
Emma jadi merasa bersalah. Ia sadar bahwa manajernya ini sebegitu menyayangi Emma. Gadis itu kembali membawa Hesti pada pelukan menenangkan sang manajer yang masih mengoceh sambil sesekali terisak.
"Benar baik-baik saja, Hesti. Bahkan aku menjadi lebih baik setelah melihatmu," kekeh Emma menimbulkan pukulan kecil dipundak si Model dari sang manajer.
"Kau tega sekali padaku. Bukannya langsung pulang ke rumah dan menemui ku terlebih dahulu kau malah menemui Kiandra," ujar Hesti dengan raut kesal.
Bekas air mata di pipi sudah mengering. Kedua perempuan itu sekarang tengah duduk bersisian di sofa. Di sofa lain Kiandra duduk memperhatikan si model dan manajernya. Kiandra perhatikan mereka lucu sekali, Hesti tetap mengomeli Emma sedangkan gadis yang sedang diomeli itu hanya mengangguk-angguk saja dengan raut menggoda yang membuat Hesti semakin kesal dan mengoceh semakin panjang.
o0o
"Kenapa hanya berdiri diluar?" Mahesa menatap heran pada sosok pirang yang hanya berdiri bak patung didepan pintu apartemen Kiandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panorama | Kim Chaewon x Kim Sunwoo [END]
FanficGulungan panorama kehidupan Emma yang berusaha ditutupi rapat perlahan terbentang ketika dirinya dipertemukan kembali dengan orang-orang yang pernah hadir dimasa lalu. written by mutia aryani, 2021