Beberapa hal berubah setelah Emma resmi menjadi sepasang kekasih dengan Jefran. Salah satunya adalah kebiasaan memberikan kecupan ringan setiap bertemu atau akan berpisah. Emma biasanya akan mendaratkan ciumannya diujung hidung Jefran, sebagai gantinya, Jefran akan mengecup sudut bibir Emma. Hal ini terjadi begitu saja, tidak ada kesepakatan apa apa sebelumnya.
Hesti sangat terkejut saat pertama kali melihat hal tersebut. Ia langsung melotot menatap adegan mesra dihadapannya saat itu.
Sedangkan Emma hanya tertawa-tawa saja melihat reaksi sang manajer yang menurutnya lucu.
Emma memiliki hari yang cerah semenjak resmi menjadi kekasih Jefran. Wajahnya selalu ceria dimana pun dirinya berada. Hal ini juga menyita perhatian banyak media. Artikel tentang hubungannya dengan Jefran yang semakin lengket kini sudah beredar di Internet, siapapun bisa membacanya.
Namun disamping itu, ada satu hal yang membuat mood nya kadang berubah murung. Sejak hari itu, Haris belum juga menghubungi Emma. Sudah terhitung berminggu-minggu.
"Jefran pasti sedang sibuk mempersiapkan showcase nya Kau jangan mengganggu, Em!" Seru Hesti karena sejak tadi Emma selalu mengecek ponsel secara berkala. Manajernya itu mengira Emma tengah menanti pesan dari kekasihnya.
Nyatanya, yang Emma tunggu sejak tadi adalah pesan balasan dari lelaki lain.
Karena tidak kunjung mendapat pesan dari Haris. Emma memutuskan untuk mengirimi pesan lebih dulu pada sosok teman masa kecilnya itu, namun sejak kemarin malam pesan itu masih seperti pertama kali Emma kirim. Belum di baca apalagi di balas.
Emma menghela nafas pasrah. Ia meletakkan kembali ponselnya di tas kecil yang selalu ia bawa. Membiarkannya dalam keadaan mode diam karena setelah ini sesi pemotretan dirinya akan kembali dimulai.
Mungkin Haris sangat sibuk dengan pekerjaannya.
o0o
"Sebenarnya sejak hari dirimu tidak pulang itu suster sudah menghubungiku bahwa keadaan mama sedang tidak baik."
Dua individu itu tengah mengendarai mobil menuju rumah sakit setelah mendengar kabar bahwa sang mama jatuh sakit.
"Aku mencoba memberitahumu, tapi kau tidak membaca satupun pesan dariku, tidak menjawab panggilan teleponku juga. Aku datang ke rumah sakit, keadaan mama sudah mulai membaik. Aku tidak tahu bahwa kondisi beliau memburuk lagi seperti ini."
Haris tidak bersuara sama sekali. Lelaki itu tetap fokus pada roda kemudi, namun rungu nya tetap menangkap apa yang dibicarakan Valen disampingnya.
"Lebih sering lah menjenguk mama. Kau anak satu satunya, beliau pasti sangat merindukanmu, Haris!"
Tidak peduli walau tidak ditanggapi, Valen terus berusaha memecahkan keheningan dengan segala ocehannya.
"Kemarin saat aku menjenguk mama, beliau masih sering memanggil manggil papa. Mungkin kalau kau sering datang akan mengobati kerinduan mama pada papa. Kau sangat mirip dengan almarhum, Ris."
Akhir-akhir ini Haris memang sangat sibuk. Bahkan untuk mengecek ponselnya saja dia terlalu malas. Kesehariannya setelah pulang memotret adalah duduk didepan komputer, mengedit atau mencetak hasil jepretannya. Jangankan untuk bersantai, kadang untuk makan saja Haris sering melewatkannya.
Sebenarnya bukan pekerjaannya yang penuh. Akan tetapi Haris sendiri lah yang membuat jadwal itu penuh. Ia mengambil semua tawaran pekerjaan untuknya, kadang ia juga menggantikan fotografer lain yang berhalangan. Tujuannya adalah menyibukkan diri.
Menyibukkan diri dari pikiran yang seharusnya tidak perlu ia pikirkan sebegitu nya.
Sesampainya di rumah sakit tempat dimana sang mama dirawat, Haris langsung turun menuju ruang rawat satu-satunya keluarga yang ia miliki, diikuti Valencia dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panorama | Kim Chaewon x Kim Sunwoo [END]
FanfictionGulungan panorama kehidupan Emma yang berusaha ditutupi rapat perlahan terbentang ketika dirinya dipertemukan kembali dengan orang-orang yang pernah hadir dimasa lalu. written by mutia aryani, 2021