Tulisan miring = flashback
Selamat membaca~~
--^^--
"Aku tidak mau duduk dengan dia, ma. Tidak mau duduk dengan perempuan!"
"Suruh siapa telat datang ke sekolah? Sudah terima saja, ini bangku satu satunya, Haris," ujar sang mama pada anak laki-laki yang merengut kesal.
Emily yang duduk dengan menumpukan kedua tangannya diatas meja hanya bisa memperhatikan perdebatan antara ibu dan anak itu. Bangku kelas sudah terisi penuh, meskipun beberapa bangku terlihat kosong, namun mereka sudah ada yang memiliki. Hanya tersisa bangku disamping kiri si gadis yang belum ditempati.
"Duduk disini saja tidak apa apa," kata Emily pelan.
"Lihat! Anak gadis ini baik sekali, ayo duduk Haris! Nanti ibu guru datang," ujar wanita dewasa itu.
Emily terkejut karena kepalanya yang dikepang dua diusap oleh tangan wanita itu. Dengan wajah yang masih merengut, anak laki-laki bernama Haris itu akhirnya mau duduk disamping tempat duduk Emily.
-----
"Jangan menangis! Kau semakin jelek kalau menangis," kata Haris ketika melihat teman satu bangkunya jongkok sendirian dibawah pohon yang berada di persimpangan jalan.
"Sepertinya ibu sudah tidak menyayangiku lagi," gadis itu masih terisak, kepalanya menunduk menyembunyikan wajah manisnya.
Haris masih berdiri disamping si gadis, tangan mungilnya memainkan rambut gadis itu yang kini di cepol.
"Main ke rumah aku saja, banyak mainan," ujarnya meskipun dalam hati agak tidak rela jika harus berbagi mainan dengan temannya ini.
"Tadi pagi mama membuat puding, katanya untuk nanti siang. Itu artinya sekarang. Ayo ke rumahku saja makan puding. Jangan menangis disini," ajak Haris kecil lagi.
Akhirnya gadis itu, Emily, dibantu untuk berdiri dari posisi jongkoknya. Kedua tangan itu masih bertautan tidak ada yang melepaskan lebih dulu. Mereka berjalan menuju rumah Haris dengan bergandengan tangan.
-----
"Aku mau punya keluarga juga. Punya ayah dan ibu yang sayang padaku."
Pemandangan danau menjadi pemandangan yang menarik untuk gadis kecil itu, ia duduk diatas rerumputan hijau. Tangannya sibuk membuat sebuah mahkota dari bunga bunga kecil yang berhasil dikumpulkan oleh si anak laki-laki.
"Kau kan sudah punya ibu. Lagian papa dan mama ku juga menyayangimu."
"Kau tidak mengerti, Haris! Aku ingin seperti anak anak yang lain, aku ingin seperti mu yang memiliki keluarga yang utuh dan bahagia."
"Enggak juga, mama sering marah padaku."
"Itu karena kau nakal!"
Tak terima dikatai nakal, Haris menghamburkan seluruh bunga hasil petikannya pada rambut Emily yang tergerai. Alhasil gadis mungil itu berteriak kesal, sedangkan si pelaku malah menjulurkan lidah meledek sambil tertawa.
-----
"Em, berbahagialah. Aku tidak ingin melihat kau menangis lagi."
-----
Sesi pemotretan sudah selesai, Emeraldina enggan beranjak dari kursi yang menjadi properti photoshootnya. Ia tetap duduk sambil memperhatikan si fotografer berkutat dengan kameranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panorama | Kim Chaewon x Kim Sunwoo [END]
FanfictionGulungan panorama kehidupan Emma yang berusaha ditutupi rapat perlahan terbentang ketika dirinya dipertemukan kembali dengan orang-orang yang pernah hadir dimasa lalu. written by mutia aryani, 2021