1.4

190 37 2
                                    

Chapter ini agak panjang, semoga kalian enggak bosen:))





Selamat membaca~~

=====




"bagaimana rasanya menikah. Menyenangkan?"

Senyum manis terulas dibibir Nadia saat mendengar pertanyaan yang Emeraldina lontarkan.

"Ya, begitulah." Jawab perempuan yang telah menyandang status sebagai seorang istri itu. "Memang tidak seperti yang dibayangkan dulu. Tapi kurasa itu adalah perasaan paling luar biasa yang pernah aku rasakan." Lanjutnya.

"Pasti menyenangkan bisa hidup bersama dengan orang yang dicinta." Nadia hanya terkekeh mendengar penuturan si model cantik.

Terhitung sudah empat kali Emma datang mengunjungi butik milik Nadia. Hari ini adalah kunjungan ke lima nya. Hari ini Emma mengajak Nadia untuk makan siang bersama. Jadi perempuan itu mengajak si model ke ruangannya yang terletak di lantai dua butik ini.

Emma memang sengaja datang bertepatan dengan waktu makan siang. Gadis itu membawa bingkisan makanan untuk Nadia dan pegawainya.

Kali ketiga kedatangannya, Emma dan Nadia saling berbincang banyak hal mengenai fashion karena keduanya memiliki selera yang sama. Dari sana juga Emma tahu bahwa umur Nadia ternyata tidak beda jauh dengannya. Maka ikatan pertemanan terjadi begitu saja secara natural, mereka saling berbagi nomor ponsel masing-masing dan sesekali saling menghubungi melalui pesan singkat.

"Bagaimana pertemuan pertama kalian?" Tanya Emma penasaran.

Nadia tersipu malu. "Aku malu sekali jika mengingat ini. Suamiku itu pasti akan besar kepala jika tahu." Ujar si designer.

"Kami bertemu saat kuliah. Sebenarnya aku yang lebih dulu jatuh cinta padanya-"

Cerita itu mengalir begitu saja dari bibir Nadia. Emma hanya mendengarkan sesekali tersenyum melihat raut wajah perempuan itu saat bercerita.

Sejenak, ada setitik rasa iri dalam diri Emma terhadap Nadia yang kehidupannya begitu beruntung. Berbeda sekali dengan dirinya yang jalannya dipenuhi kerikil tajam.

Emma selalu besyukur untuk mereka-mereka yang bisa hidup dengan normal, merasakan bangku kuliah, jatuh cinta, hingga menikah seperti Nadia ini.

Bagi Emma, hidup Nadia begitu sempurna. Terlahir dari keluarga yang harmonis dan berkecukupan, lulus kuliah, dirinya bekerja sebagai designer dibutik orang lain sampai ia mampu membuka butiknya sendiri. Kemudian menikahi seseorang yang dicintai dan mencintainya.

Tanpa sadar, Emma melamun. Kilasan masalalu yang menimpanya kembali terputar. Rasanya, Emma ingin sekali menangis kencang jika mengingat bahwa hidupnya tidak semulus jalan hidup perempuan yang sudah bersuami dihadapannya ini.

"Em!" Panggil Nadia saat dirinya menyadari bahwa sang model tidak lagi mendengarkan ceritanya. Nadia menepuk pelan tangan yang menangkup gelas plastik berisi cappucinonya.

Emma tersadar dari lamunan, ia menatap Nadia yang melihatnya dengan tatapan khawatir. "Apa kau baik-baik saja?"

Emma mengangguk, "hm..."

"Mau melihat suamiku?" Tanya Nadia.

"Eh?"

"Tuh," Nadia menunjuk sebuah paket yang terletak di dinding dekat pintu. "Aku telah mencetak foto pernikahan kami, baru diantar tadi pagi."

Nadia berjalan menghampiri paket itu, ia merobek kertas yang membungkusnya. Paket itu berupa pigura besar. Emma ikut membantu membuka bubble wrap.

Kini potret dua orang dengan pakaian pernikahan itu terlihat jelas. Si perempuan terlihat sangat cantik, ia tersenyum pada kamera di foto itu, menggandeng seorang pemuda dengan setelan jas resmi. Pemuda itu begitu tampan, rahang tegas, hidung tinggi, gaya rambut yang ditata rapi pemperlihatkan dahi. Keduanya sangan serasi berdampingan seperti itu.

Panorama | Kim Chaewon x Kim Sunwoo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang