0.2

364 53 1
                                    

Udara lembab akibat hujan yang turun semalam masih begitu terasa. Tetes air hujan masih tersisa mengembun pada kaca jendela begitu gorden disibak. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan. Emeraldina baru selesai dengan kegiatan sarapannya, ia berdiri menghadap jendela besar yang menghadap pada pemandangan kota.

Awan pagi ini berwarna kelabu, sepertinya matahari enggan keluar dari persembunyiannya. Sudah dua hari ini cuaca begitu tidak menentu, dua hari pula model cantik itu tidak memiliki jadwal pemotretan. Ia bersyukur karena tak perlu keluar dari kediamannya disaat hujan terus menerus mengguyur kota.

Emma berjalan ke sudut ruangan lain, mengambil matras yang biasa ia gunakan untuk yoga. Gadis itu menggelar matrasnya lalu mulai melakukan gerakan yoga yang telah ia lakukan sejak beberapa bulan lalu secara teratur.

Emeraldina sedang melakukan Child Pose untuk menutup sesi yoganya hari ini. Ruangan hening itu tiba-tiba terdengar suara sayup-sayup lalu perlahan semakin terdengar jelas.

"Hai, cintaku!" sapa sebuah suara yang terdengar tidak asing di telinga.

Emma mengakhiri sesi yoga hari ini begitu mendengar seruan tersebut. Gadis itu langsung duduk bersila di matrasnya mendelik pada sosok yang kini menampakkan cengiran tanpa dosa.

"bukankah kau cukup memiliki sopan santun untuk tidak memasuki kediaman seseorang dengan seenaknya?!" hardik Emma kemudian.

"aku tidak masuk seenaknya, aku datang bersama manajermu."

Kemudian Emeraldina bisa melihat sosok sang manajer yang baru memasuki kediamannya. Hesti membawa dua kantong berisi belanjaan kebutuhan bulanan.

Emma bangun dari posisi duduknya, ia melipat kembali matras yang telah ia gunakan dan menyimpannya di tempat semula, "lalu apa tujuanmu datang kesini sepagi ini tuan Vincent Alfredo yang terhormat?" ujar Emma sarkas.

"tentu saja mengunjungi kekasih cantik ku ini," goda pemuda bernama Vincent itu.

"harusnya kau tidak perlu membiarkannya masuk, Hes," Kata Emma, gadis itu menghampiri manajer sekaligus asisten pribadinya. Membantunya menata belanjaan.

"dia memaksa. Lagipula kau seperti tidak tahu kelakuannya saja!" seru Hesti, "sudah sarapan?" tanya gadis itu pada modelnya yang deibalas dengan anggukan.

"jadi apa tujuanmu datang, Vin?" tanya Emma lagi, kali ini dengan nada bicara yang normal tanpa sarkas.

"kunjungan rutin, sudah lama kita tidak bertemu, nona Walden. aku merindukanmu," ujar Vincent santai, pemuda itu sudah duduk dengan mengangkat kakinya pada sofa panjang. puggungnya bersandar pada lengan sofa. sungguh tamu tidak tahu diri.

"kita harus membahas rumor kencan juga, perusahaan tidak mungkin bertindak karena kalian berdua tidak juga memberi keterangan kepada mereka," Hesti meletakkan secangkir kopi yang ia buat untuk Vincent dan dua gelas susu cokelat untuk dirinya dan si model.

"kau tahu kebenarannya, Nona Annabell," kata Vincent setelah menyesap kopinya.

"namaku Arabella, sialan!" seru Hesti tak terima nama belakangnya di ubah begitu saja, sedangkan si pelaku hanya terkekeh.

"orang-orang itu suka sekali berspekulasi, terlihat memiliki chemistry yang baik dengan partner kerja di sebut sedang kencan. Aneh sekali," kata Emma membuka suara.

"itu karena dirimu, Em. mereka tidak menemukan skandal apapun tentangmu, jadi rumor kencan mu sangan menarik diulik."

"carilah kekasih, Vin. agar kau tidak terus menerus terlibat rumor kencan denganku!"

"kenapa kalian tidak berkencan saja?"

"tidak mau," jawab Emma cepat.

Vincent terkekeh mendengarnya, "Lihat kan? Model mu ini yang tidak bisa diajak bekerja sama dan terus saja menolak ajakan kencan ku."

Emeraldina menatap Vincent dengan kerutan dikening, "kita bisa saja mengkonfirmasi semua berita tersebut sebagai sebuah kebenaran, dan nama kita berdua akan naik," lanjut pemuda itu membuat Emma semakin mengernyit.

"dan membuat kebohongan terhadap publik dengan berita settingan? tidak, terima kasih."

"seperti yang diharapkan, Emeraldina Walden, seorang selebriti suci yang bersih dari segala macam skandal," ucap Vincent sarkas.

Emma mendelik tidak suka terhadap ucapan Vincent barusan, ia meninggalkan ruang tamunya begitu saja dan memilih berkutat di dapur untuk mencuci piring kotor bekas dirinya sarapan tadi padi.


o0o



Agensi membantah rumor kencan antara Emeraldina Walden dengan aktor Vincent Alfredo.


Jefran menutup ponselnya setelah membaca judul dari sebuah artikel yang baru saja dirilis oleh perusahaan tempat dirinya bernaung. Sebagai sesama artis dibawah naungan agensi yang sama, Jefran sama sekali belum pernah bertemu dengan model cantik yang namanya begitu dikenal oleh setiap pegawai di agensinya. Ia hanya tahu bahwa Emeraldina Walden ini seorang artis bersih yang tidak pernah terlibat dalam skandal apapun. Semua artikel tentang dirinya hanya berisi prestasi-prestasi yang berhasil diraih. Rumor kencan yang selalu menjeratnya pun selalu terbantah.

"Emma adalah wanita bebas, dia tidak mungkin mengikat dirinya sendiri dalam sebuah hubungan sekalipun itu hubungan asmara," ujar salah satu back dancer yang sedang berkumpul bersama yang lain membahas tentang si model.

Hari ini adalah jadwal latihan rutin Jefran sebagai persiapan comeback yang akan dilaksanakan beberapa bulan lagi. Latihan sudah selesai beberapa menit yang lalu, Jefan dan team yang ikut berpartisipasi dalam comeback saat ini sedang istirahat dan menunggu makanan yang dipesan tiba.

"media itu hanya membuang-buang waktu saja jika terus mengulik hidup si model."

"Walden pintar sekali menyembunyikan kisah hidupnya, aku sangsi kalau dia memang benar-benar bersih."

Meskipun Jefran berada disudut yang agak jauh dari para back dancernya pemuda itu masih bisa mendengar apa yang dibicarakan mereka. Dalam hati ia merasa tidak terima saat mendengar ucapan salah satu dari mereka.

"maksudmu segala kebaikan yang selama ini publik tahu itu hanya sebagai topeng?"

"benar! bisa saja dulunya anak itu adalah seorang pembully disekolahnya? tidak ada yang tahu karena dia pandai sekali menutupi masalalunya."

"kita tidak akan terkejut jika suatu saat terungkap kalau anak itu adalah pelaku kejahatan!" lalu suara tawa pecah diantara mereka. Membicarakan orang lain sepertinya hal yang begitu menyenangkan bagi mereka.

Jefran yang muak dan tidak ingin lagi mendengar ucapan-ucapan jahat dari team yang bekerja sama dengannya itu memutuskan untuk meninggalkan studio. ia berjalan menaiki beberapa anak tangga untuk mencapai atap gedung.

Udara segar akhirnya dapat ia hirup begitu dirinya membuka pintu yang mengantarkannya ke roof top. Tapi Jefran ternyata tidak sendirian berdiri disana.

Sosok berambut pirang panjang itu berdiri membelakanginya, sepertinya tidak menyadari kehadiran Jefran. Pemuda itu mengikat rambut panjang nya setengah, membiarkan rambut bagian bawahnya tergerai begitu saja. pemuda tinggi itu mengenakan setelan serba hitam dari atas sampai alas kaki.

Tangannya sibuk mengangkat kamera, membidik pemandangan apa saja yang menarik perhatiannya.






^^


Jefran ketemu Haris~~

Panorama | Kim Chaewon x Kim Sunwoo [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang