ORANG BARU

13 0 0
                                    

*Dirumah sakit*
"Chel.. tolong bangun. Maafkan aku.. hiksss.. aku bersalah.. se-seharusnya aku mendengarkanmu. Chel.. tolong bangunla.Aku membutuhkan sahabat sepertimu, jawabku dengan penuh deras air mata mengalir."
Orangtuanya richele pun datang ke rumah sakit karna melihat anaknya kecelakaan. Orangtuanya sangat marah pada laura karna laura tidak bisa menjaga dengan baik pada richele. Laura pun menyesal dengan apa yang dilakukan pada richele, ia pun tidak memaafkan dirinya apa yang diperbuat pada richele. Laura hanya ingin richele selamat dan baik-baik saja.

"Apa yang terjadi pada richele, laura?! Jawab pertanyaan tante!, tanya bunda richele padaku."
Aku tidak menjawab karna aku masih syok dan tidak menyangka ini akan terjadi.
"Laura!! Jawab pertanyaan tante! Apa yang terjadi pada anakku?!, ibunya richele tanya padaku."
"Tan.. a-aku yang salah.. hikss.. tan-tante bisa hukum aku. Aku yang membuat richele seperti ini tan. Hiksss, jawabku dengan deras penuh air mata mengalir."
Bunda richele tentu saja sangat marah dengan laura karna laura tidak bisa menjaga richele dengan baik. Ia pun menampar pipi laura sebelah kiri dan berkata,"pergi dari sini!! Tante gak mau lihat kamu datang kesini lagi!! Jangan harap tante kasih kesempatan untuk mendekat lagi dengan anakku, sekarang pergila!!"
"Sudah bund.. laura kau pergila. Kau pulangla, kau istirahat dirumah. Nanti om mengabirimu jika richele sudah sadar, kata ayah richele padaku."

Aku pun pergi dari rumah sakit dan pulang kerumah. Kedua orangtuaku tidak peduli tentangku, mereka hanya peduli dengan kekayaan mereka dan pekerjaan mereka. Oleh karna itu aku menjadi orang yang dingin dan cuek. Aku pulang dengan penuh basah kuyup dan kepikiran keadaan richele yang disebabkan oleh karnaku.

*tiba dirumah*
Kedua orangtuaku datang tanpa mengabariku. Kedua orangtuaku datang saat aku sedang membuat masalah. Tetapi aku sudah terbiasa dengan itu sikap kedua orangtuaku.
Ayah menghampiriku sambil mengambil kayu untuk memukul kakikku sambil berkata, "kau anak kurang ajar! Lebih baik kau mati saja gak usah kau hidup! Pergi dari rumah ini sekarang!" Sedangkan ibuku tidak peduli denganku ia hanya peduli soal uang saja. Terkadang aku ingin seperti oranglain yang disayangi oleh kedua orangtuanya. Terkadang aku iri pada mereka pada kedua orangtuanya yang menyangyangi anaknya.

Aku menuruti kata ayahku untuk keluar dari rumah. Aku pergi keluar sambil menghirup udara segar dan aku sudah tidak tau mau kemana tujuanku. Aku hanya ingin mati tetapi aku ingat kata richele bahwa," kita hidup didunia karna ada direncana sama tuhan." Pertama kali aku tidak percaya tapi perlahan-lahan aku mengerti kata richele bahwa kita hidup didunia karna ada rencana dari tuhan meskipun kita ingin bunuh diri belum saat dipanggil dengan tuhan itupun sama saja percuma dan sia-sia.

Aku hanya jalan seperti tidak ada kehidupan dengan penuh perasaan campur aduk. Dengan tidak sadarnya aku sudah berada di taman dobong-gu. Aku hanya duduk sambil melamun, tidak peduli dengan perkataan oranglain karna hidupku sudah hancur. Tiba-tiba seseorang datang padaku, aku melihat wajah orang itu persis sama dengan orang semalam. Cowok asing itu memakai masker dan topi hitam, ia berkata," ikut aku." Aku pun menuruti kata cowok asing itu. Aku digendong oleh cowok asing dan disitunya aku pingsan.

Aku membuka mataku dan melihat sekelilingku bahwa ini tidak rumahku, bahwa ini ditempat  lain. Aku melihat arah sampingku bahwa seorang pria ganteng, hidungnya mancung dan memiliki wajah yang sangat sempurna. Aku sangat terpesona dengan wajah gantengnya sampai  melihatnya dengan waktu yang sangat lama.

Pria itu membuka matanya dan berkata,"kau sudah bangun? Ini pakaian untukmu, gantila. Aku akan masak makan malam kita."
"Kenapa pria ini memperlakukanku seperti wanitanya. Padahal kami baru ketemu, batinku."
"Kenapa kau diam? Kau tidak mau ganti bajumu? Biar aku simpan.. ppali.. cepat ganti bajumu dan kita akan makan malam, jangan lupa ke meja makan nanti, balas pria itu dengan senyuman kotaknya."
Aku sangat suka dengan senyuman kotaknya membuatku merasa nyaman tapi entah kenapa perasaanku berdebar kencang saat didekatnya. Aku pun mulai berkata, "gomawo. Aku akan mengganti bajuku dulu. Aku akan menyusul kesana."
"Nee, jawab pria itu."

"Siapa pria itu? Apa aku pernah melihatnya? Sepertinya tidak ya? Apa.. a-aku.. aah! Udahla ngapain diingat. Lagi pulak ini bukan urasanku, jawabku dengan nada pelan."
Laura pun mengganti bajunya dan menuju ke ruang meja makan untuk makan bersama dengan pria itu.

*di meja makan*
"Makanla sepuasmu, aku mau mengambil makan yang di dapur dulu, kata pria itu padaku."
"Nee.. kamsahamida. Aku akan makan dulu, terimahkasih makanannya, jawabku sambil mengambil makanan."
"Nee, balas pria itu."
"Makanan yang ada di meja makan lumayan banyak padahal yang makan kan cuman 2 orang, apa pria ini suka makan yang banyak ya? Huaaa.. gila benar! Berati pria ini makannya rakus banget, batinku."

Suasana di meja makan seperti kuburan yang tidak ada suara sama sekali dan menjadi agak canggung. Pria itu pun membuka suaranya agar suasannya tidak menjadi canggung.

"Kau tidak mau tambah lagi?, tanya pria itu."
"Ani, aku sudah kenyang. Kamsamhamnida atas perhatianmu kepadaku. Bolehkah aku bertanya?, tanyaku dengan penuh takut."
"Boleh, tetapi tidak semua pertanyaan aku bisa jawab. Apahkah tidak apa-apa?, balas pria itu."
"Arrasseo.. apa kau seorang idol? Dan siapa kau? Kenapa kau menolongku?, tanyaku dengan penuh penasaran."
"Mungkin aku akan menjawab 2 pertanyaan darimu. Majayo aku seorang idol, dan aku menolongmu karna keinginanku saja, balas pria itu."
"Idol?! Kalo begitu siapa namamu?, tanyaku lagi."
"Nee, aku seorang idol. Mianhaee.. aku gak bisa menjawab pertanyaanmu. Aku ingin kau mencari tentangku. Kau bisa tidur disini, aku harus pergi karna aku ada urusan lagi, kau bisa sendirian kan?, tanya pria itu padaku."
"Nee.. aku bisa sendirian. Kamsamhamida sudah membantu selama ini. Aku akan membalas kebaikanmu, balasku dengan senyuman manisku."
Pria itu tidak menjawab malah dia hanya membalas senyum kotaknya. Ia hanya pergi begitu saja.

Dret.. dret.. dret...
Telepon asing~ 📞
?? :" simpanla nomorku. Aku yang pria tadi, jika kau butuh bantuanku telepon saja aku. Aku akan datang padamu."
Laura :"Eo? Arraseo.. gimana aku mau simpan nomormu sedangkan kau tidak kasih tau namamu padaku."
?? :" terserahmu kau mau tulis namaku apa, aku pun gak peduli. Lagi pulak kau akan tau tentang aku suatu saat nanti."
Laura :"Ya! Apa kau gila?! Aku sudah capek mencari tentangmu, pabo!!"
*end call*

"Gila pria itu, masih aku harus cari tentangnya. Itu kan namanya dah gila! Aku udah cari tentangnya tapi malahan yang dapetnya gak ketemu, udah cari dari goggle- naver tapi gak ketemu- ketemu jugak, AISHHH!!! SHITT OF YOU!!!, kataku sambil menghentakkan kaki sangkin kesalnya."
Laura masih khawatir pada keadaan richele sekarang, ia tidak bisa ke rumah sakit sekarang karna orangtuanya richele tidak mengizinkannya untuk menjenguk richele. Laura berharap sahabatnya cepat sadar dan keadaan dalam baik- baik saja.

SASAENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang