18

730 92 4
                                    

"Daddy bangun!"

"Papa bangun!"

"Daddy! Papa! Cepat bangun!!!"

"Ya Tuhan. Kenapa orang-orang dewasa tidak bisa bangun pagi sih? Apa mereka tidak tahu kalau bangun pagi itu bagus untuk kesehatan?"

"Mew Suppasit Jongcheveevat????!!!!"

"Gulf Kanawut Jongcheveevaaaaatttt???!!!"

Mew dan Gulf terkikik dari balik selimut, membiarkan Moon terus berteriak memanggil nama mereka. Sengaja, dua orang itu mau mengerjai Moon. Ini akhir pekan dan mereka terlalu malas untuk bangun pagi, setelah pergulatan yang melelahkan semalam.

"Biar saja. Moon akan pergi ke rumah nenek sendirian."

"Tunggu!" Mew reflek bangun, lalu tertawa terbahak-bahak.

"DADDY MENGERJAIKUUUUUU!!!"

Gulf segera menarik anak gadisnya agar duduk di pangkuannya. "Ini akhir pekan, Sayang, biarkan kami tidur lebih lama, ya? Kenapa Moon sudah bangun sepagi ini?"

"Pagi, Papa? Pagi katamu? Ini sudah jam 12."

"Benar-benar duplikat Jomkwan." Batin Mew.

"Kalian cepat bangun! Apa kalian lupa rencana kita hari ini?" Mew dan Gulf saling berpandangan, keduanya bingung, mencoba mengingat-ingat rencana apa yang sudah mereka susun sebelumnya.

Pergi ke rumah nenek?

Jalan-jalan di taman?

Pergi belanja kebutuhan dapur?

"Rencana apa?" Tanya Mew akhirnya, tidak menemukan jawaban atas pertanyaannya sendiri. "Daddy lupa, Moon. Biar Daddy lihat du—"

"Pelupa. Umur Daddy itu berapa sih? Huft." Mooninrak memajukan bibirnya, Gulf pun ikut berpikir, mencoba menemukan jawaban demi anak gadisnya agar tidak memasang wajah cemberut terus-menerus.

"Moon, Sayang, rencana apa? Maaf kalau Daddy dan Papa lupa. Pekerjaan Daddy sangat banyak, begitu juga pekerjaan Papa. Maafkan kami na." Bujuk Gulf, mengusap pipi tembam milik anaknya.

"Kalian berjanji mau mengajak Moon ke makam Mama." Ucap Moon pada akhirnya, matanya melirik Mew, lalu kepada Gulf secara bergantian. "Daddy bilang akhir pekan ini mau mengajak Moon ke makam Mama. Setelah itu kita ke rumah nenek dan pergi berbelanja. Moon sudah siap-siap sejak tadi, tapi kalian bahkan baru bangun tidur."

Mew tersenyum lembut, membawa Moon ke dalam pelukannya. Dia bisa merasakan Jomkwan versi kecil yang sedang merajuk, sama persis.

"Maaf, Sayang. Maafkan Daddy."

"Moon rindu Mama. Moon mimpi Mama semalam, Daddy."

Mew memeluk anaknya semakin erat, sesekali menciumi puncak kepala yang menguarkan aroma strawberry itu. "Beri kami waktu satu jam, setelah itu kita makan siang lalu ke makam Mama, hm?"

Moon mengangguk, mengalungkan tangan ke leher Mew sebentar lalu mencium pipinya sebelum pergi meninggalkan kamar sang ayah.

***

"Mama, Moon datang." Moon tersenyum cerah, secerah matahari yang bersinar di langit. Anak itu meletakkan sebuket bunga lalu berjongkok di samping nisan yang bertuliskan nama sang ibu. "Bagaimana kabar Mama? Apa Mama makan banyak? Uhh, Moon makan banyak sekali. Papa bilang Moon harus makan banyak biar cepat besar. Tapi, Mama, jadi orang besar itu pusing, 'kan? Moon sering lihat Daddy dan Papa memijit kepala mereka. Itu artinya mereka pusing, 'kan, Mama?"

Mew dan Gulf membiarkan Moon terus berceloteh, menceritakan hari-harinya kepada sang ibu. Mew melirik Gulf, suaminya nampak berkaca-kaca.

"Moon cepat sekali besar, ya. Sepertinya baru kemarin aku mengganti popoknya di tengah malam, sekarang dia malah jarang mau tidur denganku lagi."

"Kau yang menyuruhnya makan banyak supaya cepat besar, Bii, kau lupa?"

"Itu hanya akal-akalanku, dia jarang menghabiskan makanannya. Aku tidak mau melihatnya cepat besar. Ya Tuhan. Ternyata seperti ini rasanya menjadi ayah."

"Kau Papa yang hebat, Bii."

"Kau juga Daddy terhebat di dunia ini."

Keduanya saling berpandangan, lalu tersenyum.

"Anak kita ... cantik sekali, ya?"

***

20-06-21

*Happy Fathers Day*

Daddies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang