08

1K 116 5
                                    

Ini aneh. Sejak perayaan pertemanan mereka di kafe, Gulf semakin dekat dengan Mew. Mereka bahkan saling bertukar nomor ponsel — benar dugaan Gulf, orang yang menelponnya waktu itu adalah Mew —, yang membuat Gulf merasa lebih aneh lagi, Jomkwan seolah tidak keberatan dengan kedekatan Mew dan juga Gulf.

Siang ini Mew mengiriminya pesan, memintanya untuk menunggu di kantin fakultas, Mew hendak menjemputnya. Gulf merasa senang, lagi-lagi entah kenapa dia merasa kalau kehadiran Mew membuatnya lengkap.

"Kau mau pergi dengan pacar Jomkwan?" Tanya Mild, memasukkan buku-bukunya ke dalam tas lalu menyangklongnya di bahu kanan. "Aneh sekali."

"Aku juga merasa aneh." Sambung Boat. "Kalian terlihat lebih akrab belakangan. Eh, Mild, atau jangan-jangan pacar Jomkwan ini naksir Gulf?"

"Jangan ngawur." Gulf menyergah, meski ada hangat yang mengalir dalam dirinya. Ia buru-buru menggeleng, menepis pikiran yang tiba-tiba saja melintas dan rasanya ingin ia aamiin-kan.

"Kau yakin dia itu pacar Jomkwan, Gulf?"

"Uhm."

"Aku malah curiga dia bukan pacar Jomkwan, mungkin dia saudaranya?"

"Tunggu. Seingatku Jomkwan punya kakak laki-laki." Boat memandang kedua rekannya. "Iya. Dia punya kakak laki-laki, hanya saja kakaknya itu beda kampus."

"Siapa namanya?" Gulf merasa penasaran.

Mereka bertiga keluar kelas, berjalan menuju kantin fakultas, sesekali menyapa rekan yang kebetulan berpapasan.

"Aku lupa. Aku hanya ingat nama belakangnya. Jongcheveevat."

"Bodoh." Rutuk Mild, menggeplak kepala Boat tanpa belas kasih. "Itu nama keluarga mereka, sudah pasti dia pakai nama itu juga."

Boat mengusap kepalanya yang baru saja digeplak Mild. "Sial. Aku jadi penasaran begini. Perasaanku bilang kalau laki-laki itu bukan pacar Jomkwan."

"Aku juga." Gulf menyahut tanpa sadar. "Mereka tidak seperti orang berpacaran. Dan juga ... apa Suppasit itu tidak cemburu melihat aku cukup dekat dengan pacarnya? Ini jelas aneh sekali."

"Sup— siapa tadi, Gulf?"

"Suppasit. Dia memperkenalkan dirinya begitu."

"Suppasit." Mild mengusap dagunya. Dahinya berkerut dalam, pertanda dia sedang dalam mode serius. "Aku akan memecahkan misteri ini. Kalian tenang saja, teman-temanku."

Gulf dan Boat mengedikkan bahu secara bersamaan. Melanjutkan langkah menuju kantin untuk mengisi perut kosong mereka.

***

Mew datang dengan setelan hitam-hitam, memukau mata siapapun yang melihatnya termasuk Gulf. Pemuda itu bahkan terang-terangan menunjukkan raut penuh minat, tidak mau repot menutupinya dari Mild maupun Boat. Kedua rekannya berpandangan dengan tatapan yang sukar dijelaskan.

"Hai." Sapa Mew, senyumnya amat meneduhkan di tengah cuaca terik kota Bangkok siang ini. "Keberatan kalau saya ikut bergabung?"

Gulf menggeleng cepat, menendang kaki Boat di bawah meja, menyuruhnya untuk pindah ke kursi samping Mild. "Tidak, Kak. Sini duduk."

Mew menurut, mengambil posisi di samping Gulf. "Terima kasih."

"Kak—" Mild menggantungkan kalimatnya.

"Suppasit." Mew memperkenalkan dirinya kepada Mild juga Boat, "Panggil saja Suppasit."

"O-oke. Suppasit — aku pernah dengar nama ini sebelumnya."

Daddies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang