13

976 114 5
                                    

Gulf mengaduk makanannya tanpa minat. Benang kusut dalam otaknya belum terurai, justru semakin bergulung-gulung tanpa kejelasan. Gulf menghela nafas, melirik ibu dan kakaknya.

"Habiskan makanmu. Setelah itu kita bicara." Titah Grace, kakaknya. Gulf mengangguk, mulai menyuapkan nasi ke dalam mulut dan menelannya dengan susah payah.

"Ah. Aku tidak lapar."

"Aku sudah capek memasak semuanya untuk adik kesayanganku dan kau bilang kau tidak lapar?" Grace mencibir. "Kau tidak menghargaiku, Gulf."

"Kak." Gulf memasang wajah memelas. "Sungguh. Aku tidak lapar sama sekali."

"Makanlah sedikit saja, Nak." Ibu Gulf menengahi. "Perutmu harus terisi. Jangan biarkan perutmu kosong saat pikiranmu kacau. Itu sama saja kau menyakiti dirimu sendiri."

"Atau Gulf mau kakak suapi?" Grace menggodanya. "Mungkin adik kecil kakak rindu dengan suapan kakak, hm?"

"Tidak usah!" Gulf menolak. "Aku bisa makan sendiri."

*

"Kau bertengkar dengan suamimu?" Tanya Grace saat mereka sedang mencuci piring.

Gulf menggeleng, memutar keran air dan membilas piring yang baru saja diolesi sabun oleh Grace. "Tidak bertengkar. Aku hanya ingin sendirian saja, kak."

"Pasti kau yang cari gara-gara. Iya, 'kan?"

"Tidak tahu. Aku hanya ingin .... "

"Ingin apa?"

"Aku ingin punya anak."

Grace yang mendengar kalimat dari adiknya langsung berhenti mengoleskan sabun, membilas tangan lalu menyentuh wajah Gulf dan menepuk pipinya cukup keras. "Apa ini Gulf Kanawut adikku?" Grace meneliti wajah Gulf. "Kau tidak seperti adikku."

"Kak!"

Gulf melepaskan tangan kakaknya, pipinya kini basah serta bau sabun cuci piring. "Aku adikmu, memangnya aku siapa?"

"Kau bilang kau ingin punya anak?"

Gulf mengangguk, mengambil alih pekerjaan kakaknya. Jika mereka terus mengobrol maka pekerjaan ini tidak akan selesai dan Gulf tidak akan punya waktu untuk berbaring sepanjang hari.

"Kau benci anak kecil, Gulf."

"Aku benci saat mereka menangis."

"Kau gampang marah ketika menghadapi mereka."

"Aku marah kalau mereka rewel."

"Apa yang membuatmu tiba-tiba ingin punya anak?"

"Tempo hari aku bertemu dengan teman kak Mew." Gulf memulai ceritanya. "Dia sedang hamil delapan bulan. Dia cantik sekali. Aku ... entahlah. Aku hanya ingin punya anak, Kak."

"Adopsi saja kalau begitu." Usul Grace, merangkul bahu adiknya. "Kau bisa mengadopsi anak, banyak kok pasangan seperti kalian yang mengadopsi anak di jaman sekarang."

"Aku ingin punya anak kandung, bukan anak adopsi."

"Anak kandung?" Grace mengerutkan dahi. "Kau 'kan laki-laki, kau tidak bisa hamil."

Daddies Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang