35. Tiga puluh Lima

21.9K 1.6K 45
                                    


Dikamar, setelah Hamzi dan Hanzel yang tertidur di mobil di pindahkan oleh Arfi ke kamar tidur. Iza di kamarnya sedang melepas jas kantor berwarna hitam dari tubuh lelaki yang sedang terduduk lemas di sisi ranjang. Lalu melepas tali dasi yang berantakan di leher Reza, dan terakhir memberinya kaos polos untuk mengganti kemeja.

Iza merapikan rambut Reza seraya bertanya, "Mau makan apa? Tapi enggak tokoyaki."

"Masakkan kamu."

"Aku buatin nasi goreng, ya." Masakkan yang mudah dibuat dipilih oleh Iza untuk menjadi jawaban dari lelaki itu.

Iza menumpukkan dua bantal untuk menjadi senderan Reza. Setelah Reza  bersender dengan nyaman, juga kaki yang diangkat ke atas ranjang. Kaos kaki masih terpakai di kedua kaki Reza, Iza melepas kaos kaki itu.

"Za, nanti beli takoyaki di jepang ya." Reza masih bekersi keras untuk bisa mendapatkan takoyaki yang langsung dibeli dari negaranya.

"Hmm, aku mau masak dulu." Iza meninggalkan Reza keluar dari kamar untuk pergi ke dapur.

Setelah beberapa saat Iza bergelut dengan peralatan dan bahan masak, nasi goreng dengan telur mata sapi siap di santap. Iza membawa piring berisi nasi goreng yang masih panas dengan aroma harum ke dalam kamar.

Saat pintu kamar dibuka, hembusan angin beraroma nasi goreng masuk ke dalam kamar. Tak lama saat pintu dibuka, Reza menutup mulut dan hidungnya berlari ke kamar mandi. Dengan cepat Iza langsung menyimpan piring nasi gorengnya dan menyusul Reza ke kamar mandi.

Reza berdiri di dekat wastaffel memuntahkan isi perutnya yang kosong. Iza mengusap punggung juga tengkuk leher Reza. "Udah atuh, pasti sakit kan perutnya kalau di muntahin terus," ucap Iza.

"Za, bau bawang. Hoeek."

"Apanya? Nasi gorengnya? Biasanya juga pakai bawang, Zay."

"Tapi bau, gak suka. Mual." Reza berbicara di sela muntahnya.

"Hok huek." Reza bertumpu pada cermin yang ada di depannya.

Iza keluar dari kamar mandi meninggalkan Reza, mengambil nasi goreng yang ia tinggalkan dan membawa keluar dari kamar. Menyemprotkan pewangi ruangan agar tak tercium bau bawang lagi. Setelah dirasa udara sudah kembali normal tidak ada bau bawang, Iza masuk kedalam kamar mandi melihat Reza yang sudah terduduk lemas di lantai dengan menyenderkan tubuhnya pada tembok.

"Za bau," keluh Reza dengan suara lirihnya.

"Udah Za semprot pakai pewangi, apalagi yang bau?" tanya Iza yang heran.

"Pakaian kamu bau bawang, buat mual," ujar Reza berdiri pada wastaffel dan memuntahkan isi perutnya lagi. Mungkin saja pakaian yang Iza pakai adalah pakaian yang Iza gunakan saat memasak nasi goreng tadi.

Iza hendak keluar kamar mandi lagi, tapi Reza mencekal tangan Iza. "Mau kemana?" tanya Reza menatap Iza dengan tatapan sayu tak berdaya.

"Pergi, katanya bau," jawab Iza.

"Jangan," rengek Reza.

"Enggaklah, sebentar ganti baju dulu, sudah itu kita ke dokter." Reza menggeleng, yang tak tahu arti dari gelengannya.

Iza tak menghiraukan gelengan Reza dan tetap keluar kamar mandi, membuka lemari bajunya dan segera mengganti pakaiannya.

Seorang anak perempuan membuka pintu kamar perlahan. Wajah bantalnya yang terlihat jelas, rambut berantakkan sedang mengucek-ngucek matanya. "Bunaa," serunya dengan suara khas bangun tidur.

Iza yang telah selesai berganti baju, membalikkan badannya melihat anak kecil perempuan itu, lalu menghampirinya. Iza menggendongnya dengan lemah lembut. "Hanzel tidur lagi ya," ucap Iza seraya menimang dan menepuk-nepuk bokong Hanzel.

DUDA ANAK DUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang