8. Delapan🌼

34K 2.6K 24
                                    

Manggoooooo

"Kita langsung pindah, tapi ke rumah papah dulu buat ngambil barang aku sama anak-anak," ucap Reza yang fokus mengendarai mobil.

Butuh 1 jam untuk sampai di rumah pak Dani. Setelah sampai, Reza langsung sibuk mengemasi barangnya yang akan di bawa. Sedangkan Iza, ia duduk bersama dengan Bu Nining.

"Iza, ibu tahu ini yang pertama bagi kamu. Kamu panggil dirimu bunda ya pada anak-anak," ucap bu Nining yang tak jauh beda dengan mama.

Iza menjawab dengan senyum gigi. "Bukan senyum, ayok praktikan. Sebut bunda." Bu Nining mempraktikan.

"Bunda," ucap Iza dengan malu.

"Nah, gitu. Kamu pasti bisa ambil hati anak-anak, kok. Yakin sama ibu!" Bu Nining meyakinkan.

"Ibu juga yakin, kamu bisa memanajemen waktu. Kamu bisa jadi ibu dan istri yang sangat baik," nasihat Bu Nining dan di balas senyuman dan kata terima kasih yang terlintar dari bibir manis Iza.

"Kita ini sudah menjadi keluarga, kamu jangan sungkan lagi, ya. Kalaubada ke sulitan kamu telepon saja ibu." Iza menjawab dengan anggukan dan senyuman.

Iza dan Reza berpamitan, namun Hamzi merengek tidak mau ikut dengan ayahnya. Bu Nining membujuk dengan susah payah, sampai akhirnya hati Hamzi luluh oleh Iza dan ikut bersama Iza dan Reza.

"Hamzi sayang, Hamzi ikut dengan ayah dan bunda ya. Nanti Hamzi bisa datang kesini kalau Hamzi kangen. Hamzi kan pintar dan cerdas, ikut ayah ya," bujuk Bu Nining.

"HAMZI!" tegas Reza yang membuat Hamzi menangis kencang.

Iza tersentak saat mendengar kata tegas keluar dari mulut Reza. Iza menghampiri Hamzi dan memeluknya, ia mengelus punggung Hamzi untuk menenangkannya.

"Hamzi.. ikut dengan bunda dan ayah yuk. Nanti nenek menyusul ke rumah Hamzi yang baru. Kenapa harus menangis?" Iza menenangkan Reza dengan kata-kata lembutnya.

Hamzi melirik Reza sedit dengan takut, Iza pun ikut melirik Reza. "Takut sama ayah? Tadi ayah sudah membentak Hamzi ya. Suruh ayah minta maaf pada Hamzi." Hamzi memeluk erat Iza.

Iza menggendong Hamzi yang cukup berat, lalu menghampiri Reza dan memberikan Hamzi pada Reza.

"Peluk ayah," perintah Iza dan Hamzi menurutinya. Hamzi memeluk Reza dengan air mata yang masih mengalir.

Iza pemberi tatapan tajam pada Reza, agar Reza mengatakan sesuatu pada Hamzi.

"Hamzi, maafin ayah ya. Ayah berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Hamzi maafin ayah tidak?" Hamzi menggangguk kecil saat mendengar ucapan Reza.

Di mobil, Reza dan Iza duduk berdampingan di depan, sedangkan Hamzi duduk di belakang dengan Hanzel yang tertidur di sampingnya.

"Mas Reza, kalau ke anak kecil gak boleh gitu. Harus lemah lembut dan jangan di bentak," ujar Iza pada Reza.

"Iya," jawabnya.

"Bukan iya iya, tapi di praktikan!"

"Iya akan di praktikan."

"Harus ikhlas," ucap Iza

"Baik, Juliiza istriku sayang," jawabnya dengan sangat lembut. Iza yang mendengar bergidik kecil, tak biasa mendengar perkataan tersebut.

Tak terasa, mereka pun telah sampai rumah yang akan di singgahinya. Baru saja turun, Iza tergagum dengan rumah yang tak terlalu besar dan minimalis sesuai dengan harapannya.

Iza menggendong Hanzel yang masih tertidur lalu mendekapnya dan membawanya masuk ke dalam rumah.

***

DUDA ANAK DUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang