10. Sepuluh

39K 2.7K 41
                                    

Guys
ありがと ございま。
Udah baca sampe part ini😭
Aku belum dapet banyak vote dan coment, kenapa niii???😭
But, xiexie lhooo

Iza berjalan menuju gedung perusahaan Reza yang tak jauh dari kafe tempat nongkrongnya.

Iza memasuki lobby dan bertanya pada salah satu karyawan yang berada di lobby tersebut.

"Mba, maaf. Mau bertanya ruangan pak Reza Alexander dimana ya?" Tanya Iza dengan ramah.

"Maaf, apakah adek sudah ada janji?" Tanya seorang karyawan.

"Tidak, mba. Tidak ada janji," jawab Iza.

"Jika seperti itu, Adek tidak bisa masuk ataupun bertemu."

"Maaf, mba. Bisa mba teleponkan saja  pak Reza nya?" Tanya Iza dengan senyum manis.

"Tunggu ya, dek." Karyawan tersebut langsung mengambil telepon dan memencet tombol.

Tak lama, Raza datang ke lobby tersebut dan menghampiri Iza. "Hai, sayang," sapanya sambil menjulurkan tangannya

"Sayang-sayang." Iza memutarkan bola matanya dan mencium juluran tangan Reza.

"Yuk ke ruanganku," ucap Reza sambil merangkul Iza.

"Mas Reza, risih!" Iza mengelak rangkulan Reza.

Sedangkan karyawan-karyawan yang melihat mereka terkejut, sambil berbisik satu sama lain.

"Pantas, tadi pagi pak Reza rapi sekali, ternyata sudah ada yang merawatnya.."

"Istrinya masih kecil, mau ya sama duda. Aku panggil dia adek tadi."

"Pak Reza yang tampan, lebih memilih gadis kecil." Bisik mereka.

Sesampai di ruangan Reza, Iza menjatuhkan tubuhnya di Sofa. "Huuh akhirnya, mas Reza sudah makan?" Tanya Iza.

"Sudah, tadi saat istirahat makan siang, kamu?" Tanya balik Reza yang di balas gelengan oleh Iza.

"Cepat makan, aku pesankan ya?" Tawar Reza dan Iza menjawab dengan gelengan lagi.

"Kenapa geleng-geleng terus?" Iza menjawab dengan gelengan. Tanpa berpikir panjang Reza menelepon salah satu karyawan untuk memesankan makan siang.

Entah mengapa, mudah sekali untuk Iza akrab dengan Reza dan anak-anaknya. Bahkan jiwa ke ibuan sudah terlihat saat tadi pagi. Entah apa yang dirasakan oleh Iza, senang atau sedih karena di nikahi oleh duda yang sudah memiliki dua anak.

"Hanzel mana, mas?" Tanya Iza.

"Gak tahu, tadi di bawa oleh salah satu karyawan." Iza menggangguk.

Tiba-tiba, Hamzi membuka pintu ruangan dengan keras. "Ayah, mengapa Hamzi pulang kesini tidak ke rumah nenek?" Teriak Hamzi sambil menangis.

"Assalamu' alaikum Hamzi," ucap Iza.

"Mengapa menangis? Sini ke ayah." Reza menghampiri Hamzi dan menggendongnya.

"Cup, mulai sekarang Hamzi pulang ke sini atau ke rumah baru yaa." Reza menenangkan Hamzi.

"Mengapa begitu ayah?" Tanya Hamzi.

"Karena sudah ada bunda, cup-cup tidak usah menangis."

Hamzi pulang dengan mobil jemputan yang di sediakan dari sekolahnya. Setiap hari ia selalu pulang ke rumah Bu Nining, namun untuk hari ini dan seterusnya sepertinya tidak, hal itu membuat Hamzi sangat sedih.

Makanan yang di pesan Reza sudah datang yang dibawakan oleh pelayan kantin di kantor Reza.

"Ayo di makan," perintah Reza namun Iza menggeleng.

DUDA ANAK DUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang