29. Dua puluh Sembilan

20.7K 1.6K 34
                                    



Terdengar ketukan pintu rumah seraya mengucapkan salam. Hanzel yang wajahnya masih bercorat-coret crayon, Iza tinggalkan untuk membuka pintu.

"Waalaikumussalam.." seru Iza dari dalam rumah.

Iza membuak pintu rumahnya dan terdapat Cemara berdiri di depan pintu rumahnya. "Cemar.. sama siapa kesini?"

"Sama Babe."

"Ayok masuk." Iza mengajak Cemara masuk ke dalam rumahnya. Sedangkan Bahar ia menunggu di luar.

Cemara masuk ke ruangan televisi dan terkejut saat melihat seorang balita dengan penuh coretan di tubuhnya sedang asik menontot televisi. "Iza.. maneh teh gimana ngurus anak? Penuh coretan gini," protes Cemara seraya memanggku Hanzel.

"Shuut, kamu belum tau susahnya ngurus anak. Tadi teh lagi di air, selesai dari air udah kayak gini. Tumben kesini, ada apa? Pasti ada maunya ya?" Tebak sang sahabat yang tak mungkin salah.

"Iya, mau minjem anak," ucap Cemara dengan sangat santai.

"Minjem minjem kamu kata dia barang? Bilang sama bapaknya sono."

"Emaknya kan maneh."

"Emaknya udah maot."

"Berarti meneh ibu tiri!"

"Emang!" Iza menengok ke sebelah dan menyengir, Hanzel sedang memperhatikannya dengan mulut yang terbuka. "Astaghfirullah, Cemar. Kamu teh enggak liat ada anak kecil? Maafin Bunda ya, Hanzel, tante Cemar tidak boleh di tiru, oke!" Iza mengusap kepala Hanzel.

"Mau kemana emang?" tanya Iza.

"Kebun binatang mau ketemu sama kembaran si Babe," jawab Cemara yang di angguki Iza.

Beberapa menit setelah Iza mengangguk. "Siapa? Emang punya kembaran?" Iza membulatkan dengan jawaban Cemara yang membuatnya ia terheran.

"Ada, itu monyet."

"Aduuuh, si Babe pas milih kamu kayaknya belum minum obat deh, jadi salah milih," ujar Iza yang tak habis pikir dengan sifat sahabatnya yang sama-sama bobrok.

"Mungkin."

"Mau yang mana?" tanya Iza yang tentu membuat Cemara berbalik tanya, "apanya?"

"Anak. Yang satu masih sekolah, yang ini mau aku mandiin dulu." Iza memberi pilihan kepada Cemara.

"Yang ini aja," jawab Cemara.

"Ngapain minjem anak? Kan biasanya juga duaan."

"Kan tidak makhram, harus di temani yang makhram," jawab Cemara dengan nada tegas seraya melipat tangannya bangga.

"Kumaha kamu lah."

Cemara terkekeh, lalu menjelaskan pada Iza. "Kan gak jelas gitu, kalau jalan duaan. Kamu tempekan kalau aku dengan si Bahar Suherman itu tidak pernah romantis, palingan berantem sama adu mulut. Tapi kita saling sayang. Mumpung ada anak orang, kenapa gak di pinjem aja kan buat pemanis hubungan ini," ujarnya dengan sangat jelas. Tempe yang di sebut cemara adalah kebalikkannya yaitu tahu.

Iza sudah selesai memandikan Hanzel. Tubuh Hanzel yang sudah bersih tidak ada coretan lagi yang tersisa, di kenakan kaos dan celana lepis layaknya wanita tomboy, juga rambut yang di ikat dua.

"Wangi.." Iza mengecup pipi Hanzel yang sudah ia tacap dengan bedak.

Cemar hendak mengambil Hanzel dari pangkuan Iza, namun Iza mencegahnya. "Tunggu, belum bilang ke pemilik."

DUDA ANAK DUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang