44. Empat Puluh Empat

14.6K 1.4K 59
                                    

"Selamat pagi, Buna." Seru anak-anaknya pada Bunanya yang masih tertidur di kasur dengan mukena yang masih terpakai usai melaksanakan salat subuh.

"Buna.." Hamzi dan Hanzel mengecup pipi Iza bersamaan karena tidak ada pergerakan dari Iza.
Hamzi mengucup pipi Iza lagi. "Hamzi Asel, kita tidur lagi aja, yuk!" ucap Iza dengan mata yang masih tertutup.

Reza membuka pintu dengan meja kecil berisi sarapan untuk Iza. Dengan melipat tangannya Hamzi mengadu, "Ayyaah.. buna tidak mau bangun. Malah mengajak Hamzi tidur lagi."

Reza menyimpan meja sarapan, mengusap puncak kepala Hamzi dengan senyum dsn kekehan kecil. Duduk di sisi ranjang mengelus pipi Iza. "Za.." panggilnya.

"Jadwal cek up. Sarapan setelah itu ke dokter," ucap sang suami mengingatkan.

"Males."

Iza membuka matanya perlahan. Anak-anak masih menunggu di dekatnya. Mendudukkan tubuhnya menyenderkan pada headbad yang di perhatikan oleh anak dan suami. Mengusap wajah dengan telapak tangannya, lalu menjatuhkan kepala pada pundak Reza.

"Hari ini enggak cek up ya. Iza males, mager, lemes," katanya dengan nada lemas.

"Udah lama loh Za gak cek up. Masa ditunda terus. Hari ini juga ditunda?"

"Iya."

Reza mengelus kepala Iza. "Kalau gak cek up, nanti kita gak tahu perkembangan baby-nya."

"Baby-nya makin sehat, kok. Iza ngerasain perkembangannya." Memegang perutnya yang tak telalu terlihat karena posisi duduk dan tertutup kain mukena.

Semenjak dokter menyuruhnya untuk istirahat total, tentunya Iza hanya menghabiskan waktu di kamar dan Reza yang melarangnya berjalan terlalu banyak. Menghabiskan waktu dengan buku-buku kesukaannya yang Reza belikan, tak lupa juga buku ibu hamil yang menjadi rekomendasi. Bermain dengan anak-anak di dalam kamar, dengan permainan yang tak membuatnya lelah. Dan banyak makanan yang selalu ada di setiap sisi ruang, agar Iza mudah mengambil makanan dan menjadi banyak makan juga tentunya.

Reza juga memiliki ruang kerja pribadi di rumahnya semenjak Iza melakukan bedrest, sehingga ia banyak menghabiskan banyak waktu di rumah.
Hari ini Reza menyiapkan ubi ungu kukus dan roti bakar, juga segelas susu vanila untuk ibu hamil. Menyimpan meja kecil berisi sarapan di depan Iza.

"Hari ini kita berenang yuk!" ajak Iza sambil memasukkan ubi pada mulutnya. Anak-anak yang sedang asik bermain di karpet langsung menengok.

"Ayok! Yeey," bersorak senang lantas berlari keluar kamar untuk mengganti pakaiannya.

Reza menatap Iza sambil mengerutkan dahi. "Nanti capek."

"Kamu sama anak-anak aja. Aku cuma duduk sambil baca buku terus makan buah," jawab Iza.

"Dasar." Mencubit hidung Iza hingga memerah.

Menatap gelas berisi susu, di pegangnya seolah ada yang aneh. "Ini siapa yang buat?" tanyanya.

"Aku," jawab Reza.

"Masa sih? Coba Zay minum." Menyodorkan segelas susu yang masih penuh.

"Enggaklah. Buat ibu hamil," tolak Reza.

Iza memanyunkan bibirnya. "Coba deh. Aku setengah, Zay setengah."

"Enggak. Buat Za aja biar baby-nya makin sehat."

"Enek tau. Kalau Zay gak minum, Iza juga gak minum."

Reza mengalah. "Iya deh iya."

Iza tersenyum senang dan kembali menyodorkan segelas susunya. Reza menerima dengan wajah malas dan meneguk susu dengan perasaan terpaksa.

DUDA ANAK DUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang