Chapter 4

22 8 1
                                        

"Oke anak-anak karena bel sudah berbunyi, silahkan kalian istirahat terlebih dahulu" Pa Andi pun segera meninggalkan kelas, begitupun anak-anak kelas. Ada yang mengunjungi temannya yang berada di kelas lain, ada yang pergi ke kantin, dan melakukan hal-hal lainnya.

Erika dan teman-temannya sudah duduk di salah satu meja kantin saat ini. Mereka sudah memesan bakso untuk makan siang hari ini.

"Permisi, ka erika" seorang adik kelas menghampiri erika. "kakak temen deketnya ka gilang kan? boleh minta nomor telpon ka gilang ga ya?"

"iya tapi maaf ya aku ga bisa ngasih nomor gilang tanpa persetujuan dia." tolak erika

"Ayolah kakk, bagi yaa. Aku ga akan kasih tau ka gilang kok aku dapet nomornya dari siapa. Bagi ya kak" paksa Adeline.

Hampir semua orang di sekolah tau bahwa Adeline suka kepada Gilang. Adeline sering sekali menghampiri Gilang hanya untuk basa-basi atau memberikan sesuatu. Erika dan teman-temannya mengakui keberanian Adeline dalam mendekati Gilang. Tetapi mereka tidak mengira bahwa Adeline bisa memaksa seperti ini apalagi mereka lebih tua daripadanya, bukankah seharusnya Adeline bisa bersikap lebih sopan?

"Eh Adeline kan erika udah bilang dia ga bisa ngasih nomornya, kok lu jadi maksa gitu sih?" ujar Sera.

"Mending kamu minta langsung aja ke dia, tuh anaknya lagi jalan kesini juga" Killa menunjuk Gilang yang sedang bersama teman-temannya. "GILANG SINI" mendengar teriakan Killa, gilang dan teman-temannya langsung menuju ke arah mereka.

"Hai ges ada apa nih" tanya Gilang

"Eh eh kita ikut duduk di sini aja ya" ujar Louis teman Gilang sambil duduk.

"Heh pintar, dimana-mana ijin dulu baru duduk. Ini malah duduk dulu baru ijin"

"Udah ser, lagian bakal diijinin juga kan" Putra membela Louis dan juga duduk di meja itu.

"yaudah dah terserah kalian aja"

"Eh gw baru sadar ada Adeline, pasti nyari Gilang kan" ujar Louis

"iya nih ka" jawab Adeline. "ka Gilang, aku boleh minta nomor kakak ga?"

"maaf ya ga bisa" tolak gilang.

"kenapa kak? kakak udah punya pacar?"

Gilang melihat sekilas ke arah erika "ga punya sih, yaudah nih" Gilang pun memberikan nomornya dan Adeline pun akhirnya pergi meninggalkan mereka.

"heh lu beneran ngasih nomor lu ke si Adeline?" tanya Putra

"iya"

"aduh kok kayaknya ada bau-bau api cemburu ya" ejek Keyra

"iya tuh, asalnya dari yang daritadi diem itu kan" sahut Killa sambil melirik ke arah erika.

"Apa? kenapa ngeliatin gw? siapa juga yang cemburu?"

"perasaan ga ada yang bilang itu lu deh er" Louis terkekeh

"apa sih ah" Erika langsung salah tingkah saat ini.

"tapi beneran deh, lu ga ngasih nomor lu kan tadi lang? Lu kan ga suka sama dia" Louis bertanya lagi untuk memastikan

"ya ga lah, gw kasih nomor asal aja HAHAHAHAHA. Ya kali gw kasih nomor gw"

"wah gile sih parahh"

Mereka semua pun tertawa dan segera melanjutkan makan agar tidak terlambat masuk kelas.

————————

Bel pulang sudah berbunyi, Gilang pun langsung menghampiri Erika "Er, hari ini ga bisa pulang bareng ya, gw mau futsal dulu. Takut lu nunggunya ke sore an. Atau mau nunggu?"

"Ga deh, gw pulang duluan aja"

"Oke deh. Na-"

"Woy lang ayo, jangan ngebucin terus" ajak putra

"Udah ah ayo put kita duluan aja, lama si gilang mah"

"Eh eh tungguin" sahut Gilang kepada teman-temannya. "Yaudah er gw duluan ya, kalau udh sampe rumah kabarin oke? Byee"
Gilang pun segera pergi meninggalkan kelas bersama teman-temannya.

"guys, gw balik duluan ya" pamit Erika kepada teman-temannya.

"okee, pulang sama siapa?" tanya Sera

"naik gojek, ini udah dipesen"

"ohh oke deh"

"hati-hati er" sahut Killa

"iyaa, bye" Erika pun segera keluar dari kelas menuju ke gerbang. Ia melewati lapangan dan melihat Gilang sedang bermain disana. Gilang sangat handal saat bermain futsal dan juga basket. Dia juga pintar bermain alat musik, parasnya juga cukup tampan. Itulah alasan mengapa Gilang banyak disukai oleh perempuan-perempuan di sekolah. Tetapi walaupun begitu, jarang ada yang benar-benar mendekati Gilang kecuali Adeline. Sepertinya adik kelasnya itu benar-benar menyukai Gilang.

Erika pun kembali melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah dan kemudian pulang menggunakan ojek online yang tadi sudah ia pesan.

Sesampainya di rumah, ia segera membersihkan dirinya dan mengerjakan tugas matematika yang tadi siang diberikan oleh gurunya.

Sudah 30 menit Erika mengerjakan tugasnya, tapi dia baru menjawab sedikit soal "Aduh gw kenapa ga bisa fokus gini sih, jalan-jalan dulu bentar deh cari udara segar." Erika pun langsung mengambil jaket dan berjalan-jalan di sekitar kompleknya.

Karena hari sudah mulai gelap, Erika pun kembali ke rumahnya dan ia melihat Gilang dan Rangga yang ada di ruang tamu.

"Abis darimana er?" tanya Rangga

"Tadi jalan-jalan bentar doang kok, kenapa?"

"Ga, tadi lu ditelpon ga di angkat-angkat kan takut kita. Ini aja kita udah mau pergi nih nyari lu" Gilang tampak khawatir.

"Hp gw mati abis batre, tadi lupa di cas"

"yaudah lain kali kalau mau kemana-mana bilang ya, gw kan takut lu diculik"

"heh gw udah gede kali"

"ya kan tetep aja"

"udah lang yang penting kan udah balik anaknya" ujar Rangga "Dia panik loh er tadi pas tau kamu ga di rumah terus ga ngangkat telpon, padahal gw udah bilang palingan kamu jalan-jalan bentar"

"ya kan khawatir gw"

erika terkekeh "ya deh makasih udah khawatir in gw, gw ke kamar dulu ya mau ngerjain tugas"

"loh emang ada tugas apa?"

"matematika"

"astaga gw lupaa, kerjain bareng lah er. Ga paham matematika gw tuh"

"yeh dasar pelupa" ejek Rangga

"namanya juga manusia ka" ucap Gilang sambil terkekeh

"yaudah sana sana, ambil buku dulu"

"oke oke"

Gilang pun segera pergi ke rumahnya untuk mengambil buku, begitupun erika, dia mengambil bukunya di lantai atas. Setelah itu, mereka pun mengerjakan tugasnya di ruang keluarga rumah Erika.

Too Late (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang