18. Pelukan disaat turun hujan

310 42 4
                                    

Setelah pulang dari rumah panti,tiba tiba saja San ingin minum coffee disalah satu kedai yang waktu itu pernah dikunjungi San pada saat mencari Wooyoung. San jadi ingat dia masih berutang budi pada wanita paruh baya penjaga kedai tersebut.

Wooyoung sedang membaca novel kesukaannya di jok penumpang,tanpa melirik dan berbicara kepada San. San berusaha mengalihkan perhatian Wooyoung tapi Wooyoung terlalu fokus pada novel yang dibacanya. Tidak biasa Wooyoung diam tidak berbicara. San jadi sedih

"Wooyoung-ah"

"Iya ada apa,Sann?"

"Jangan diam"

Akhirnya Wooyoung menengok kearah San. "Wooyoung sedang membaca buku,bukan diam",Wooyoung kembali membuka halaman selanjutnya dan selanjutnya. San menginjak pedal rem dan membawa mobilnya menepi.

Wooyoung belum juga tersadar. "Mau sampai kapan Wooyoung membaca novel setebal itu?ayo turun"

Wooyoung tersenyum lalu mengikuti San keluar dari dalam mobil. Wooyoung tersenyum kala melihat rumah sakit ibunya ada di seberang kedai. San menarik tangan Wooyoung memasuki kedai tersebut.

Kring

San tidak mendapatkan pemilik kedai ini,pemilik kedai tersebut digantikan dengan pria muda entah siapa,San tidak tahu.

"Permisi,kau tahu dimana pemilik toko ini?",tanya nya dengan terheran.

Remaja tadi mendongak dan membungkuk tanda sopan memberi hormat. "Maaf sebelumnya hyung,pemilik toko ini sudah meninggal beberapa hari yang lalu",jawabnya lalu melanjutkan kerjanya.

San memasang raut yang sangat heran. Kenapa secepat itu?bahkan San masih mempunyai hutang budi. Ah San menjadi merasa bersalah. Tapi tunggu,kenapa rasanya aneh?ahh tidak tidak,mungkin ini takdirnya.

Wooyoung menepuk bahu San. Wooyoung tahu siapa yang orang yang dimaksud San tadi. "Wooyoung tidak menyangka kenapa nek Yena pergi terlalu cepat. Bahkan beliau beberapa hari yang lalu sempat menolongku,San",adunya pada San.

"Apa?jadi dia juga menolongmu?"

Wooyoung mengangguk sedih. "Pada saat Wooyoung pergi waktu itu ke rumah sakit,San tahukan saat itu hujan. Nek Yena pernah menolong Wooyoung dari penjahat,tapi anehnya penjahat itu tidak berlari seperti penjahat pada umumnya. San tahu?W-ooyoung diculik"

San memekik. "Jadi Wooyoung pergi dari toko ayam karena diculik?"

Wooyoung mengangguk ragu. Sebab Wooyoung sempat berbohong pada San saat perginya. Salahnya Wooyoung terlalu polos dan mau dibawa pergi yang sudah jelas itu penjahat.

"I-iya San. Maafkan Wooyoung sempat berbohong"

San menghela nafasnya lalu pergi meninggalkan Wooyoung menuju mobilnya. Wooyoung yang melihat itu langsung merasa bersalah,dan mengikuti San kedalam sana.

San menjalankan mobilnya dengan diam. Atmosfernya berubah menjadi dingin,Wooyoung sangat takut dengan aura ini. Wooyoung takut San semakin marah dan membuang Wooyoung. Oh ayolah Wooyoung,fikiranmu terlalu jauh.....

"S-san,maaf. Wooyoung tidak ingin San terlalu khawatir waktu itu,emmm" Wooyoung memainkan jarinya sambil menunduk.

Tidak lama petir berdentur tanda hujan akan datang,awan gelap juga menggantikan senja jingga sore hari. San yang tersadar akan perbuatannya langsung menengok kearah Wooyoung yang sudah menutup telinganya. San merasa bersalah untuk yang kedua kalinya,seharusnya San tidak bersikap seperti anak kecil ketika mengetahui Wooyoung membohonginya. San tau dia kecewa,San berusaha untuk melindungi Wooyoung 'yang ia temui' itu. Tapi Wooyoung membohongi San,tapi setidaknya San memikirkan perasaan Wooyoung kala itu yang selalu merasa serba salah.

#4. 𝐑𝐄𝐁𝐎𝐑𝐍 : 𝘴𝘢𝘯𝘸𝘰𝘰 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang