Hallucinations 4.

11 3 0
                                    

Ruangan hampa. Seperti berada di luar angkasa.

Fanya. Mengambil senter itu, pandangannya masih kepada Pria tersebut. Pria, bertubuh tinggi dan berkulit putih pucat. Persis makhluk halus yang menyamar menjadi Manusia.

Fanya, melangkah untuk menghampiri Pria tersebut, yang masih berdiri.
Perasaan Fanya berkecamuk. Ada rasa, bingung, penasaran dan takut.

"Hallo permisi" Ucap Fanya, yang menghampiri Orang tersebut dengan hati hati. Bukan, Kita tidak tahu Dia Manusia atau bukan.

Hening.
Tidak ada jawaban.

"Mmm, kenalin nama Saya Fanya" Fanya mengulurkan tanganya. Namun, tetap sama.
Hening.
Dan tidak ada jawaban.

"H-Hallo?" Fanya melangkah lagi, satu langkah lebih dekat darinya.
"Bisakah, dijawab?" Fanya, memiringkan kepalanya.

"Bara" akhirnya, Pria itu menjawabnya dengan nada bicara yang datar dan lambat. Dan berbalik badan menghadap Fanya lebih jelas.

Wajah Pria itu, terlihat pucat pasi. Dan menatap Fanya lurus. Dengan wajahnya yang datar tanpa ekspresi.
Fanya, masih mengulas senyum acuh tak acuh.

Pria itu,entah Manusia atau bukan. Yang disebut dengam Bara. Dia mengulurkan tangannya, mengajak Fanya berjabatan tangan.

"Fanya" Fanya, mengulang namanya lagi dan membalas jabatannya.

Dingin.
Tangan pria itu,sangat dingin.

Perasaan Fanya masih berkecamuk. Dia, masih bingung. Apakah pria itu, Manusia atau sebaliknya?. Fanya ingin menanyakannya soal itu. Namun, niat itu disimpannya kembali.

"Saya, boleh bertanya? Jalan keluarnya di mana ya?" Fanya bertanya lagi, kepada Bara. Yang masih menatapnya datar.

"I-kut Sa-ya" jawab bara, masih dengan ekspresi wajahnya, itu yang datar dan nada bicaranya yang lambat.

Bara, melangkah memberi tahu jalan keluar kepada Fanya.

Walau, perasaan Fanya berkecamuk. Namun, Fanya tetap mengikuti Bara dengan ragu. Yang bahkan tidak tahu, bahwa Bara, Manusia atau bukan.

Setelah, berjalan cukup lama. Bara berhenti. Fanya, melihat ada pintu yang bisa dibilang, seperti pintu goib.

Kini, mereka berdua sedang berdiri di hadapan pintu tersebut.

Bara menarik tangan Fanya untuk melewati pintu goib tersebut.
Akhirnya, kejadian itu terulang. Rasanya, Sama seperti Fanya masuk kedalam lemari tersebut. Seperti ada magnet yang menariknya, bersama Bara.

Brakkkkk....

Fanya terdorong, ke lantai bersama Bara dan terjatuh.

"Aw" ringis Fanya, kesakitan dan melihat Bara yang sudah kembali berdiri.

Fanya melihat sekelilingnya, yang merasa tidak asing dengan tempat ini.

"Ini??? Kamar Aku??" ucap Fanya, masih bingung.
"Jadi.." ucap Fanya lagi masih terasa aneh.

"Kamar, kamu terhubung dengan tempat tinggal Ku." ucap Bara

"Jadi? Lemari itu, tempat tinggal kamu?" Fanya duduk di kasurnya, dan mulai bertanya tanya.

"iya. Saya, sudah tinggal selama dua ribu tahun di lemari itu." jelas Bara

"Dua ribu tahun?" tanya Fanya kaget
"Tapi, rumah peninggalan Nenek saya, baru delapan puluh tahun lamanya." Ucap Fanya lagi.

"Benar. Jalan untuk menuju tempat tinggal saya, goib. Sejak, rumah ini dibangun. Saya menjadi sulit untuk keluar masuk dunia Manusia. Dan akhirnya Saya menemukan lemari itu. Dan ternyata itu terhubung dengan dunia goib" jelas Bara panjang lebar.
Fanya, mendengarkan cerita Bara antusias.

Dunia, Manusia? Dunia goib Itu artinya..Bara bukan Manusia?

"Dan ternyata, dunia goib juga terhubung dengan kamar kamu" jelas Bara lagi.

Sssssssss.....

"Aaaaaaaaa" Bara ditarik lagi oleh dunia goib.

"Baraaaaaaaaaa" Fanya berteriak memanggil nama Bara.

Hallucination (END✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang