Fanya membuka kan, pintu rumah nya yang tua itu. Dan mempersilahkan Reza masuk. Reza memasuki rumah Fanya. Reza tampak seperti kebingungan. Fanya, pun yang melihatnya ikut kebingungan.
"I-inii..rumah Kak Fanya?" tanya Reza.
"Iya. Ada apa?"
"Rumah, bernuansa antik, cukup menyeramkan. Dan terdapat ruang bawah tanah!" ucap Reza spontan.
"Dari mana Kamu tahu, bahwa rumah ini ada ruangan bawah tanah nya?" tanya Fanya. Tentu saja Fanya bingung. Sebelumnya Reza tidak pernah berkunjung ke rumah Nya. Namun, Anak itu sudah mengetahuinya saja.
Reza, dan Fanya duduk di ruang tamu. Reza masih memandang ruangan tersebut.
"Rumah Kak Fanya, sama seperti ciri-ciri rumah yang ada di buku hallucinations. Yang di mana, rumah tersebut terhubung dengan tempat kematian Kakak nya Rara" ujar Reza
"Kak Fanya menemukan buku ini" ucap Fanya, memperlihatkan buku tersebut pada Reza.
"Benar!" seru Reza. Fanya hanya mengerutkan keningnya merasa bingung.
"Sudah Ku duga. Bahwa, Kak Fanya adalah Orangnya!" seru Reza. Gadis itu, masih bingung apa yang dimaksud Reza."Apa yang Kamu maksud?" tanya Fanya.
"Ya! Rumah Kak Fanya, terhubung dengan tempat kematiannya Kakak Rara" ujar Reza.
"Tunggu! Itu artinya...." Fanya memberikan jeda.
Kini, Reza yang mengerutkan keningnya bingung."Kakak memiliki teman dari dunia lain, seperti Kamu berteman dengan Rara. Dia memiliki masa lalu yang sangat kelam" ujar Fanya
"Siapa dia?" tanya Reza.
"Dia..Bara!"
Reza membulatkan matanya."Dan Aku pernah dibawa ke dunia lain oleh Bara. Yaitu, tempat dimana dia bunuh diri" jelas Fanya
"Itu artinya! Rumah Kak Fanya, terhubung dengan tempat kematiannya Bara?!" Reza merasa kaget. Yang dibalas dengan anggukan oleh Fanya.
"Benar! Itu artinya Bara adalah Kakak nya Rara" ujar Reza. Yang dibalas anggukan juga oleh Fanya.
.
Pukul 20:41 Wib.
Fanya dan Reza masih membaca bukunya masing-masing. Lalu, Fanya beranjak dari tempat duduk nya, untuk mengambil minum.
Hening.
Fanya menuangkan air ke gelas. Tapi, Tiba-tiba mata Fanya tertuju pada satu sudut. Fanya merasakan ada yang memperhatikannya. Fanya melangkah menuju sudut tersebut. Tapi, niat itu disimpannya kembali. Dan Fanya memilih kembali duduk bersama Reza. Namun, ketika Fanya berjalan, ada yang merasa janggal di hatinya. Entah kenapa, kakinya berjalan memasuki kamarnya. Namun, seperti nya ini Agak sedikit asing. Fanya melihat sekeliling kamarnya."Aneh" Gumam Fanya.
Kamar Fanya tidak ada yang berubah sedikit pun. Namun, ada perasaan aneh yang muncul. Fanya segera berbalik badan, melangkah keluar kamarnya menuju Reza untuk melanjutkan membaca buku tersebut dan memecahkan misteri.
Tapi, kursi yang sedari tadi diduduki Anak tersebut kosong."Reza.. " Fanya memanggil Reza, yang menghilang dari kursinya.
"Reza?? " Tidak ada jawaban. Fanya mulai merasa bingung, kenapa Reza tidak ada. Dan, sepertinya ruangan tersebut makin sunyi. Fanya berlari keluar. Dan sangat sepi. Tidak ada orang yang berlalu lalang di komplek nya. Dunia se-akan berhenti pada saat itu. Fanya mulai merogoh kantongnya, untuk mengambil ponsel dan menghubungi Reza."Hallo Za? " Telpon tersebut dijawab oleh Reza.
"Iya Kak. Loh? Kak Fanya di mana? Dari tadi Aku nungguin Kak Fanya di sini. Tapi Kak Fanya gak dateng-dateng. Katanya cuma ngambil minum. Tapi kok, lama banget? "
"Seharusnya Kak Fanya yang bertanya. Kamu di mana? Kak Fanya sekarang lagi di ruang tamu. " Ucap Fanya
"Loh?? Aku juga di ruang tamu kok. Tapi Kak Fanya gak ada" Ujar Reza kebingungan.
"Wahh.. Kamu jangan becanda Reza. Kak Fanya juga lagi di ruang tamu, tapi di sini kosong. Gak ada siapapun, apalagi Kamu. " Ucap Fanya, memastikan bahwa Reza sedang bergurau.
"Jangan-jangan Kak Fanya masuk dimensi lain?! "
"Hah? Dimensi apa maksudnya?"
Tut.. Tut..
"H-hallo Za??"
"Hallo Za"
Sambungan, terputus.Fanya semakin panik. Apakah benar dia, berada di dimensi lain?? Lantas, Fanya harus bagaimana?? Disini sangat sunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallucination (END✅)
FantasiaFanya. Wanita yang berprofesi sebagai psikiater, yang sedang mengobati pasien nya bernama Reza. Yang mengalami gangguan psikosis. Atau juga dapat disebut mengalami halusinasi berlebihan. Ternyata, justru ikut masuk ke dalam halusinasi atau imajinasi...