Hallucinations 8.

10 2 1
                                    

Fanya mendengarkan cerita Bara antusias. Ceritanya, sangat menyedihkan.

"Mengapa Kamu dianggap aneh oleh lingkungan sekitar Mu?" tanya Fanya

"Saya, memiliki penyakit skitzofrenia. Dan..buku itu" Bara memberikan jeda menunjuk kepada buku yang dipegang oleh Fanya.
"Buku itu tentang, cara mencipta-kan Teman halusinasi. Ini, seperti menumbuhkan penyakit skitzofrenia. Saran Saya, jangan sesekali mencoba untuk menciptakan teman halusinasi"

"Baiklah..lupakan buku ini. Sekarang, fokus kepada cerita hidup Kamu. Saya ingin banyak tahu tentang Mu" ucap Fanya, meletakan buku tersebut.

Hidup?? Sayangnya, Bara sudah mati.

                                ...

Hening.

Tk tk tk

Hanya suara kyboard laptop yang menghiasi ruangan itu.

'Tidak ada yang dapat memgetahui akhir hidup Seseorang. Pada kenyataannya, Dia yang selalu sabar. Mengakhiri hidupnya dengan cara yang tidak wajar. Mereka tidak gila. Mereka hanya ingin merasakan betapa  menyenangkannya, hidup normal dengan otak yang waras. Tidak dapatkah Kalian menghargai setiap tindakan Seseorang?'

Fanya, terus mengetik. Merangkai setiap katanya. Hidup Bara, terlalu menarik untuk dijadikan novel oleh Fanya. Dan terlalu pedih untuk dirasakan.
 

'Aku, berjumpa dengannya di sebuah ruang hampa. Hampa sekali, seperti hidupnya. Siapa sangka? Di dalam lemari yang kecil, terdapat sebuah ruang hampa.'
                           

Fanya, sudah merasa lapar. Fanya menghentikan jari jemarinya yang sedang mengetik.

"Kamu tidak lapar? Saya belum pernah lihat Kamu makan loh" tanya Fanya kepada Bara, seraya menyodorkan sebuah piring berisikan roti dan segelas susu.

"Baiklah, aku akan makan" jawab Bara mengambil makanan tersebut. Fanya tersenyum.

Bara, memejamkan matanya dihadapan makanan tersebut. Fanya masih memperhatikan Bara.

Satu detik...

Dua detik...

Tiga detik...

Empat detik...

Bara, membuka matanya perlahan.

"Sudah" ucap Bara

"Apa? Doa?" kening Fanya berkerut.

"Perut Ku sudah kenyang. Makanannya enak" jawab Bara

Fanya melirik makanan Bara yang masih utuh.

"H a h a ,,, Kamu tuh aneh ya? Makanannya masih utuh, tapi sudah bilang kenyang dan enak" Fanya tertawa renyah.

"Sebenarnya, ini sudah Saya makan. Karna Saya bukanlah Manusia lagi, Saya memakannya dengan cara menyerap energi yang terdapat dalam makananya saja" jelas Bara.

"Pantas saja aneh" Fanya menggelengkan kepalanya.

'Dia, memang aneh. Saya baru melihat kejadian seperti ini. Ketika makan, Dia tidak mengunyah atau menelan makanan tersebut. Tapi, Dia makan dengan cara menyerap energi yang terdapat didalam makanan tersebut.
Dan, hasilnya. Makanan itu akan tetap utuh. Namun jika ada yang memakannya kembali, Kita tidak akan merasa kenyang. Karna energinya telah hilang.'

Fanya, mengetik kembali mendeskripsikan kejadian barusan.

Hallucination (END✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang