Hallucinations 6.

10 3 0
                                    

Fanya, memasuki kamar Reza. Terlihat seorang Anak Lelaki yang sedang duduk memandang lurus ke depan.

Reza, Anak Lelaki ber-usia lima belas tahun, sudah sejak usia sembilan tahun menderita penyakit skitzofrenia. Berhalusinasi berlebihan.

"Hallo" Fanya menyapa Reza

Hening.
Reza, masih duduk memandang lurus.

"Rara" ucap Reza datar

"Rara? Cerita dong Dokter mau denger Rara itu siapa?" tanya Fanya ramah kepada Reza dan mensejajarkan tubuhnya dengan Reza yang sedang duduk.

"Teman" jawab Reza singkat, masih dengan wajah nya yang datar

Fanya duduk di kursi samping Reza dan kembali bertanya.
"Ouh..Ceritain dong. Sepertinya seru deh"

"Ceritapun Bu Dokter tidak akan percaya." Ucap Reza
"Justru, Bu Dokter akan menganggap Ku semakin gila" sambungnya

"lhoh? Kenapa harus seperti itu? Kita bisa temenan kok. Reza bisa cerita semuanya ke Bu Dokter. Panggil saja Bu dokter ini, Kak Fanya. Kak Fanya, pasti percaya sama semua cerita Reza" ucap Fanya, berusaha mengambil hati Reza.

"Yakin?" tanya Reza, mulai melirik Fanya

"iya" jawab Fanya mengangguk, mengulas senyum.

"Semua cerita Reza?"

"Iya. Kak Fanya pasti percaya sama semua cerita Reza"

Reza bangkit dari duduknya. Dan memberi kode kepada Fanya, agar mengikutinya.
Fanya, berjalan mengikuti Reza dari belakang.

Reza, mengajak Fanya masuk ke dalam ruangan tersembunyi. Yang bahkan, Fanya tidak tahu bahwa itu adalah ruangan.

Ruangan tersebut, berada di ujung lorong. Pintunya bukan seperti pintu yang digunakan pada umumnya. Namun, pintu tersebut adalah cermin besar, yang berukuran sebesar pintu. Dan jika dibalik, terdapat sebuah ruanga. Pantas saja, tidak ada yang mengtahui bahwa dibalik dinding tersebut ada sebuah ruangan. Karna, Orang mengira pintu tersebut adalah cermin biasa.
Hebat.
Tapi, tak sehebat lemari Fanya yang terhubung dengan ruang hampa yang terdapat makhluk aneh di dalamnya.

Fanya memasuki ruang rahasia tersebut bersama Reza.

Reza, segera mengambil suatu buku dan menyalakan lampu yang hanya dapat menerangi buku tersebut.

"Lihat buku ini" titah Reza menunjukkan buku usang tebal yang berjudul 'hallucinations' 

"Hallucinations? Buku apa itu?" tanya Fanya bingung membaca judul buku tersebut.

"Buku ini Aku temukan di ruang rahasia ini. Setengah dari buku ini, sudah Aku baca. Buku ini, seperti membawa Ku kepada Rara." Rara. Nama itu terulang kembali.

"Rara? Teman halusinasi Kamu itu?" tanya Fanya

"Bukan. Rara bukan teman halusinasi. Tetapi, Rara adalah teman nyata Ku. Hanya, saja kami berbeda alam. Dia, seperti hidup di alam hampa" jelas Reza.

"Lalu? Dimana sekarang Rara? Aku ingin melihatnya" tanya Fanya

"Rara tiba-tiba menghilang, tanpa sepengetahuan Ku. Lagi pula, jika Rara masih ada Kak Fanya tidak akan bisa melihatnya. Hanya Aku yang dapat melihat Rara, kecuali..." Reza memberi jeda.

"Kecuali apa?"

"Kecuali, Seseorang yang memiliki buku Hallucinations yang ke-dua" Sambung Reza.

Reza membuka buku hallucination.

Halaman-1
'Semuanya harus dibaca, tidak boleh ada yang terlewatkan satu kata pun. Jika ada yang terlewatkan, Orang itu akan mengalami gangguan jiwa.'

Fanya membaca halaman pertama yang diperlihatkan oleh Reza.

"Aku telah membaca, setengah dari buku ini. Dan ini, menjelaskan tentang pertemuan Aku dan Rara. Lalu buku ini memberitahu Aku, bahwa suatu saat Rara akan menghilang. Dan benar! Rara menghilang entah kemana. Di dalam Buku ini juga, tertulis bahwa Rara memiliki Kakak yang sudah terpisah dengannya, seribu tahun lamanya." Jelas Reza

"Siapa Nama Kakaknya?" tanya Fanya

"entahlah, Aku belum membacanya lagi. Tapi, seperti yang Kak Fanya baca. Buku ini harus dibaca semuanya dengan berurutan. Kalau tidak, Aku akan gila. Jadi aku harus membacanya dengan teliti."

Fanya, terus mendengarkan Reza berbicara. Baginya, ini sangat menarik.

"Lalu? Buku hallucinations ke-dua menjelaskan tentang apa?" tanya Fanya

Reza memperhatikan Fanya dalam-dalam.
"Tentang kakak nya Rara" jawab Reza.

Hallucination (END✅) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang