"Buset, bengkak banget! Ini lo yang maksa atau si Minhee emang ganas?"
Yunseong mendengus kasar, hampir saja mengulurkan tangannya untuk meraih kaleng kopi di hadapannya untuk dilemparkan pada Serim yang baru saja mengatakan kalimat tadi padanya. Di samping lelaki Park itu, ada Hangyul yang tertawa keras sambil memukul meja yang memisahkan kursi mereka.
"Bacot lo, babi."
"Terus gimana?" Kali ini pertanyaan datang dari Hangyul. Si Lee itu sudah tidak memukul meja lagi, karena tangannya sudah bergerak untuk meraih kaleng kopi miliknya, "Habis diajak gelut bibir sampe hampir nganu, lo diajak nikah gak?"
Melempar tatapan tajamnya pada Hangyul, lelaki Hwang itu kembali mendengar tawa mengejek dari dua orang yang lebih tua darinya itu. Rasanya ingin sekali ia menghajar mereka, tapi tenaganya lebih berharga dari pada pekerjaan tidak penting itu. Lebih baik digunakan untuk mengikuti Minhee, dari pada dibuang percuma untuk menghajar mereka.
"Apalagi? Ditolak udah pasti."
"Dan lo masih mau aja ngejar-ngejar dia?"
"Kata Yunseong mah udah biasa. Mau Minhee nyuruh dia mati juga, dia tetap bakal ngejar tuh bocah. Gak bakal berhenti sih."
"Kalo gue jadi lo sih mending berhenti. Cape, brou. Iya sih Minhee manis, indah banget kayak bunga-bunga di taman, mana kaya raya lagi. Tapi sori aja sih, kalo udah ditolak mending gue mundur. Lagian, gue ganteng, banyak yang ngantri buat jadi pacar gue."
"Masalahnya, Yunseong udah terlanjur bucin sama Minhee. Cintanya buat Minhee mah lebih luas dari samudra, lebih dalam dari palung. EEEEEEAAAAAAA!"
"Bahasa lo ya, njing!"
"Tapi emang bener kan? Lo liat buktinya. Udah ditolak dari jaman masih ingusan juga tetap ngejar tuh, mana ada dia berhenti. Yang sekelas Karina yang cantik minta ampun, gak kalah kaya dari Minhee aja ditolak."
Obrolan Serim dan Hangyul berlanjut. Tapi Yunseong sama sekali tidak berniat untuk masuk dalam obrolan itu. Baginya itu tidak penting. Dan jika ia masuk, lebih besar kemungkinan ia akan menjadi bulan-bulanan mereka. Lebih baik diam saja dan hiraukan mereka. Masih ada hal lain yang lebih layak untuk dipikirkan.
Dan itu benar.
Hal yang lebih layak untuk dipikirkan adalah Minhee--tentu saja. Tapi bukan yang berhubungan dengan apa yang Serim dan Hangyul bicarakan.
Karena Yunseong lebih memilih untuk memikirkan apa yang terjadi pada Minhee beberapa jam yang lalu.
Anak itu masih menolaknya seperti biasa ketika ia datang. Dan semuanya masih biasa juga ketika ia mulai dengan drama bodohnya. Lalu, apa yang membuat si Kang itu menciumnya?
Yunseong bukan tidak senang dengan kenyataan jika Minhee yang menciumnya lebih dulu--itu sudah jelas. Tapi, otaknya terlalu pintar untuk sekedar melupakan fakta jika ada hal lain yang menyebabkan hal itu.
Dan pertanyaannya:
Mengapa Minhee melakukan itu?
Apa yang terjadi padanya hingga dia mau melakukan itu?
Karena Yunseong yakin dengan sangat jika Minhee tidak akan melakukan itu tanpa alasan. Jangankan Minhee, orang yang berpacaran bahkan yang sudah menikahpun akan punya alasan saat berciuman dengan pasangannya. 'Hanya ingin' juga alasan bagi Yunseong.
Dan Minhee tentu tidak menciumnya dengan alasan 'hanya ingin'.
"Tapi Seong, lo udah tahu belum?"
Semua pikirannya tentang alasan Minhee menciumnya tadi sukses hilang ketika suara Hangyul kembali terdengar. Lelaki Lee itu bahkan sudah menendang kakinya sehingga seluruh perhatiannya kini mengarah ke arah lelaki itu.
"Apa?" Tanyanya kemudian.
"Gue denger dari Yohan, katanya Junho udah balik dari Jerman."
Apa yang Hangyul ucapkan sukses membuat sebuah kerutan samar tercipta di kening Yunseong.
"Junho?" Tapi pertanyaan itu lebih dulu datang dari Serim. Si Park itu memang tidak kenal dengan seseorang yang namanya baru saja Hangyul bawa dalam pembicaraan mereka.
"Anunya Minhee."
"Anunya apa sih, anjir?"
Hangyul mengaduh saat Serim dengan emosinya memukul kepalanya. Tapi, ia sama sekali tidak memberikan balasan. Ia hanya mencebik sebelum bersuara lagi untuk menjawab kebingungan Serim.
"Apa sih istilahnya? Belahan jiwa kali, ya?"
"Hah?"
"Dari kecil banget tuh udah sama Minhee, bareng mulu. Yunseong paling cemburu kalo Minhee udah bareng sama tuh bocah."
"Rival dong?"
"Kalo kata gue sih enggak. Dia saudara tirinya Yunseong tuh."
Apa yang Hangyul katakan setelah itu sukses membuat Serim melongoh. Yunseong pikir, si Park itu pasti tidak percaya. Bagaimana bisa dirinya yang dikenal yatim piatu dan anak panti asuhan itu punya saudara tiri?
"Saudara tirinya Yunseong gimana? Bukannya Yunseong...?"
"Emang saudara tiri kok," jawab Hangyul sambil melempar tatapannya pada Yunseong, bertanya melalui tatapan apa ia bisa menceritakan itu atau tidak.
Yunseong?
Ia sendiri tidak keberatan. Toh sudah banyak orang yang tahu.
"Mama gue nikah sama papanya Junho."
"Mama? Maksud lo, lo udah tahu siapa mama lo?"
terima kasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
f i r e f l y • hwangmini •
FanfictionSeharusnya Yunseong ingat jika Minhee terlalu sulit ia raih, tanpa tahu jika si Kang itu terlanjur membutuhkannya. ⚠bxb hwangmini 190321-080421 © qndwmyl, 2021