"Udahan! Udah, udah, udah!"
Melihat kondisi Jaehyuk yang semakin tak berdaya ketika orang bertopi dan bermasker tadi berhasil menjatuhkannya, dokter Minhee--yang juga datang ke tempat itu--bergerak cepat untuk menarik orang itu menjauh dari Jaehyuk.
"Udahan ya? Udah!" Ucap dokter itu lagi setelah ia berhasil menarik orang itu menjauh.
"Udah, plis."
Kali ini, ucapannya lebih lirih. Sukses membuat orang bertopi itu mendengus keras. Tangannya yang ia gunakan untuk memukul Jaehyuk berganti meninju lantai sebelum beranjak dari posisinya.
"Tenangin diri lo. Jangan gegabah yang bikin lo malah dapat masalah lain lagi."
Orang bertopi itu mengambil napas dalam, lalu membuangnya. Berusaha mengusir emosinya yang sudah merontah agar ia pergi untuk menghajar Jaehyuk lagi.
"Sekarang lo urus Minhee. Dia biar gue yang urus."
Melirik sekilas ke arah Jaehyuk, orang itu lalu mengangguk pelan di posisi yang sama.
"Hati-hati." Dokter itu menjawab dengan anggukan.
Dua detik kemudian, orang bertopi tadi berbalik. Tatapannya jatuh pada Minhee yang masih pada posisi yang sama. Jaraknya sekitar tiga meter dari posisi Jaehyuk berada saat ini.
Dengan langkah kaku, orang itu berjalan perlahan ke arah si manis Kang itu. Langkahnya seketika memberat saat jaraknya dengan si manis semakin tipis. Ia sungguh tidak menyangkah akan melihat Minhee dalam keadaan seperti itu.
Anak itu berbaring dalam keadaan setengah telanjang. Bajunya sudah robek dan dibuang Jaehyuk tidak jauh dari situ. Hal itu membuat luka-luka bekas sabetan dan cambukan gesper di seluruh tubuhnya terpampang begitu saja.
Wajah indah itu pucat sekali. Maniknya membengkak dan tertutup. Ada beberapa lebam di sana, juga luka yang masih basah di sudut bibirnya.
Langkah orang itu semakin bergetar. Minhee yang terluka, tapi ia juga ikut merasakan sakit yang dialami anak itu.
Hingga saat ia jatuh terduduk di samping anak itu, air matanya juga ikut jatuh.
"Hee?"
Suaranya lirih sekali saat memanggil si manis. Tangannya terulur untuk meraih tangan si manis yang terkulai tidak berdaya.
Saat ia sudah berhasil menggenggam tangan itu, segera diusirnya semua perasaan tidak menyenangkan yang muncul di hatinya. Dengan gerakan cepat ia melepas genggamamnya, beralih melepas jaketnya. Setelah jaketnya terlepas, ia segera memakaikan benda itu pada si manis. Selanjutnya, menangkatnya untuk membawa si manis pergi dari situ guna mendapatkan pertolongan.
"Yu---yun--seong?"
Yunseong mendengus keras saat ia dipanggil pulang oleh sang papa. Ia sedang dalam urusan mencari Minhee, tapi pria itu menganggu dengan urusan pekerjaan yang membuatnya muak. Rasanya ingin sekali ia marah pada pria itu.
Kembali mendengus keras saat akan mendorong pintu ruang kerja sang ayah, lelaki itu benar-benar tidak ingin berada di tempat ini. Rasanya ia tidak bisa tenang sebelum tahu keadaan Minhee dan memastikan jika anak itu baik-baik saja.
"Papa?"
Setelah masuk, Yunseong bersuara lebih dulu. Membuat pria yang sedang sibuk di balik meja kerjanya itu melirik sekilas ke arahnya.
"Dari mana kamu? Kenapa ditelpon suruh pulang gak langsung pulang."
Diam-diam mendengus, lelaki Hwang itu jadi melirik ke sisi kanannya sebelum menjawab pertanyaan sang papa. "Ada urusan."
"Urusan apa?" Tanya pria itu lagi. "Minhee lagi?"
"Pa---"
"Kamu tuh ya, kalau bukan karna mama kamu---"
"Aku juga gak minta sama papa."
Pria itu belum menyelesaikan ucapannya, tapi Yunseong memotongnya lebih dulu. Ia hanya tidak senang jika pria itu membawa sang mama dalam urusan mereka.
"Aku yang ngurus hidupku sendiri. Sejak awal, gak ada hal yang bener-bener mau aku lakuin kecuali jagain Minhee. Aku sayang sama dia. Papa sendiri yang nawarin aku bantuan ini. Aku gak pernah minta dan papa sendiri yang nawarin buat aku. Aku terima, tapi sampai kapanpun Minhee tetap jadi prioritas aku."
"Kamu sadar gak sih sama ucapan kamu barusan?"
"Aku sadar."
"Kamu sadar juga kalau kamu kayak gitu terus, gak akan ada yang berubah? Segimanapun kamu jagain Minhee, kamu gak akan bisa dapatin dia. Dia gak akan jadi milik kamu kalau kamu kayak gini terus."
Yunseong tercekat, ingin menolak apa yang sang papa katakan tapi pria itu benar. Ia lalu diam selama beberapa saat, memikirkan sesuatu dalam otaknya sendiri sebelum menjawab ucapan itu.
"Gak apa-apa. Aku bahkan udah pernah bilang sama Minhee, sekalipun dia ngusir aku pergi, aku bakal tetap jagain dia."
"Dan kamu bahagia untuk itu?"
"Cinta butuh pengorbanan dan gak harus memiliki. Bahkan ketika aku sakit sampai berdarah-darah, semuanya bakal baik-baik aja selama dia bahagia, masih bisa tersenyum dan gak terluka."
Sang papa diam. Yunseong tidak tahu apa yang pria itu pikirkan dan ia juga tidak mau sibuk mencari tahu. Minheenya jauh lebih penting dari apapun.
"Kamu emang gak ada bedanya sama papa kandung kamu. Dan karna itu kamu, semua bisa dibicarain lagi." Jeda sesaat, pria itu menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursinya dulu. "Temuin papa lagi setelah urusan Minhee selesai."
terima kasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
f i r e f l y • hwangmini •
FanficSeharusnya Yunseong ingat jika Minhee terlalu sulit ia raih, tanpa tahu jika si Kang itu terlanjur membutuhkannya. ⚠bxb hwangmini 190321-080421 © qndwmyl, 2021