Hari ini Minhee kesal bukan main. Masih sangat pagi, tapi ayahnya sudah datang ke rumah. Pria itu tidak datang sendiri, ia bersama kakek si manis dan memaksa Minhee untuk ikut mereka ke sebuah acara keluarga—yang Minhee yakini dengan sangat jika itu adalah untuk pertunangan sialannya dengan Jaehyuk.
Dan yang lebih membuatnya kesal dari semua itu adalah Yunseong tidak diijinkan untuk ikut.
Keadaan itu terlalu tidak diinginkannya. Tidak ada yang bisa ia lakukan—bahkan untuk sebuah pertengkaran kecil seperti yang sering ia lakukan dengan lelaki Hwang itu. Dan yang jelas, tidak akan ada yang menjaganya dari pukulan sang ayah.
Minhee sebenarnya tidak berharap banyak untuk itu. Tapi, hanya sendirian di lingkungan ayahnya membuat ia harus lebih waspada. Biasanya, ada Yunseong di sekitarnya. Lelaki itu memang belum pernah menghadapi situasi tidak menyenangkan bersama ayahnya, tapi Minhee yakin jika Yunseong pasti akan membalas jika pria tua itu berani melayangkan tangan untuknya.
Tapi, apa yang bisa ia lakukan untuk itu semua?
Ia terpaksa harus terseret dalam suasana dari acara yang sudah diduganya sebelumnya. Semuanya berjalan seperti keinginan ayahnya dan itu berarti semuanya akan menghancurkannya. Pria tua itu juga kembali dengan ancamannya dan ia sempat memukul Minhee. Itu artinya, keadaan si manis jelas jauh dari kata baik-baik saja.
Mengusap wajahnya kasar, Minhee lalu keluar dari mobil yang mengantarnya untuk kembali ke rumah. Sekarang sudah menjelang tengah malam dan ia bersungguh-sungguh jika mengatakan bahwa hari itu adalah hari terburuk sepanjang hidupnya—lebih buruk dari hari di mana ia melihat bundanya merengang nyawa di tangan sang ayah.
Setelah keluar dari mobil, ia dapat melihat Yunseong yang kini sudah berjalan cepat untuk menghampirinya. Ia tebak, lelaki itu pasti khawatir dengan keadaanya. Dalam diamnya, ia tersenyum. Rasanya sedikit lebih baik saat tahu ada satu saja orang yang mengkhawatirkannya seperti itu. Ah, seherusnya ia ingat jika Yunseong bisa mengkhawatirkannya lebih dari apapun.
“Lo gak apa-apa?”
Pertanyaan tolol, itu sudah jelas bukan. Tapi, Minhee terlalu malas untuk marah-marah karena pertanyaan itu. Sekarang, ia butuh sesuatu untuk mengalihkan semua rasa tidak menyenangkan di hatinya.
“Gue mau minum.”
“Hah?”
Tidak mempedulikan apa yang akan Yunseong lakukan di belakangnya, Minhee hanya ingin melakukan apa yang baru saja ia katakan. Kakinya ia bawa untuk melangkah masuk ke dalam rumah sebelum langsung pergi ke kamarnya. Ia tidak menutup pintu, membuat Yunseong bisa masuk. Sepertinya, lelaki itu juga yang menutup dan mengunci pintu kamarnya.
“Lo mau ngapain?”
Si Kang itu menulikan telinganya. Ia tidak menjawab sama sekali pertanyaan yang Yunseong ajukan. Yang ia lakukan hanya pergi ke sebuah nakas di sudut kamarnya. Tangannya lalu bergerak cepat untuk membuka salah satu laci di sana. Matanya langsung berbinar ketika menemukan beberapa botol minuman keras di sana. Itu milik kakaknya dan ia tahu saudara sialannya itu memang sengaja menyimpannya di situ. Alasannya tentu agar ayah mereka marah padanya dan berujung ia yang babak belur.
“Hee, lo mau ngapain?”
Pertanyaan yang sama Yunseong ajukan. Minhee berniat menjawabnya kali ini, tapi setelah ia mengambil salah satu botol minuman tadi dari dalam laci.
“Mau minum.” Jawabnya setelah itu sambil menoleh dan menatap Yunseong.
Senyumnya ia sunggingkan sebelum menggerakan tangannya untuk membuka botol yang ada di tangannya. Selanjutnya, tanpa menunggu apapun, ia langsung membawa botol itu ke mulutnya dan meneguknya dengan cepat.
Di tengah kesenangannya untuk meneguk minuman yang sebenarnya tidak enak sama sekali, Hwang sialan Yunseong yang masih ada di kamarnya itu maju dan menarik tangannya dengan cepat. Lelaki itu juga hampir menarik botol dari tangannya, tapi ia lebih cepat untuk menghindar.
Sialan! Seharusnya ia tidak membiarkan Yunseong ikut masuk sampai ke kamarnya.
“Apa sih, anjing?!”
“Lo gak boleh minum banyak-banyak! Gak baik...”’
“Suka-suka gue dong, jingan! Kenapa lo yang repot?! Lagian kalo gue sakit juga gak ada yang peduli.”
“Gue peduli! Dan lo tahu kalo gue...”
“Kalo lo peduli, biarin gue kayak gini—seenggaknya malam ini aja.” Menjawab cepat, Minhee lalu mundur selangkah dengan tangan yang bergerak untuk menyembunyikan botol minuman tadi di belakang tubuhnya, “Lo sayang kan sama gue? Kalo lo sayang sama gue, biarin gue kayak gini, malam ini aja. Gue beneran stres, gue butuh sesuatu buat lepasin semuanya.”
“Tapi, selama ini juga lo udah sering minum, Hee. Itu gak beneran gak baik buat lo. Gue gak mau lo sakit.”
“Tapi, gue butuh ini, bajingan! Sekarang gue beneran butuh. Emang lo mau besok pagi liat gue udah gak ada nyawanya lagi?”
“Hee...”
“Kalo lo beneran mau liat gue mati, bawa aja semuanya! Lo bakal jadi orang pertama yang gue gangguin kalo gue mati besok.”
terima kasih...
KAMU SEDANG MEMBACA
f i r e f l y • hwangmini •
FanficSeharusnya Yunseong ingat jika Minhee terlalu sulit ia raih, tanpa tahu jika si Kang itu terlanjur membutuhkannya. ⚠bxb hwangmini 190321-080421 © qndwmyl, 2021