21

1.6K 390 22
                                    

Yasinta membuka pintu rumahnya dan masuk ke dalam sambil membawa barang belanjaannya.
"Dari mana kau?" Tanya Heriawan yang sudah duduk di ruang tamu menunggu Yasinta pulang.
"Seharian ini kau pergi dan apa ini Sinta. Kau menghaburkan uang padahal kau tahu keadaan kita" Ucap Heriawan.

"Dengar, aku bosan mas di rumah. Aku tidak bisa lagi berkumpul bersama temanku semenjak perusahaanmu di ambil alih. Aku butuh hiburan dan juga ini tidak menggunakan uangmu. Aku masih punya tabungan" Ucap Yasinta kesal pada pertanyaan Heriawan dan juga dia berbohong.

"Tetap kau tidak bisa seperti ini Sinta, Gibra bahkan belum bisa kita bebaskan".

"Udahlah mas jangan bahas ini".

"Berapa banyak kau keluarkan uangmu untuk beli ini semua?" Tanya Heriawan.

"Gak banyak hanya 300 juta" Ucap Yasinta sambil berlalu menuju ke kamarnya.

"Apa? Sinta tunggu" Panggil Heriawan. Dia mengejar Yasinta hingga ke kamar. Dia menghela tangan Yasinta tapi Yasinta menepisnya.

"Apa sih mas" Ucap Yasinta ketus

"Ada apa sih denganmu? Kau kan tahu kondisi keuangan kita, kenapa kau berfoya seperti ini" Protes Heriawan.

"Berfoya kata mas, mas tahu selama aku menikah dengan mas aku memang seperti ini. Mengapa sekarang mas protes? Mas pikir aku tidak stres menghadapi permasalahan kita? Jangan menekanku mas" Ucap Yasinta kesal.
"Aku protes karena kondisi keuangan kita masih seperti ini, Gibra juga belum bisa kita bantu" Ucap Heriawan.

"Temanku yang akan membantu Gibra, kau tak usah khawatir. Aku pusing, kau pikirkan cara bagaimana kita lepas dari semua ini jangan hanya di rumah berdiam diri seperti suami yang tidak berguna" Ucap Yasinta sinis.

Heriawan terdiam, dia tahu bagaimana sifat Yasinta. Puluhan tahun dia menjalin hubungan dan hidup bersama Yasinta. Yasinta tidak akan mau di tekan dan Yasinta selalu ingin dominan dalam hal apapun.

"Sekarang kau anggap aku tidak berguna" Ucap Heriawan pelan

"Iya, kau hanya di rumah dan pasrah. Kau hanya berdiam diri tanpa mau berusaha demi aku dan Gibra. Pria tua tidak berguna" Ucap Yasinta kesal

Plak..
Sebuah tamparan keras dilayangkan Heriawan pada pipi Yasinta. Yasinta terdiam dan menatap tajam ke arah suaminya itu. Dia terlihat marah dan tatapannya penuh emosi. Dia memegangi pipinya yang terasa panas dan perih akibat tamparan  suaminya itu.

"Bersikaplah seperti seorang istri dan ibu Sinta, usia kita sudah tidak muda lagi" Ucap Heriawan pelan. Ada rasa menyesal di dalam hatinya karena sudah menampar istrinya itu.

"Kau memang pria tua bajingan yang tidak berguna" Pekik Yasinta dan dia keluar dari kamar sambil menangis. Kembali meninggalkan rumah dalam keadaan kesal dan emosi pada Heriawan.

Heriawan menarik nafas dalam dan dia terduduk. Dadanya terasa sakit karena dia merasa sudah gagal menjadi suami dan ayah. Gagal membina rumah tangga dan menyesal sudah mengambil langkah yang salah dulu. Dia terlalu di butakan oleh nafsu duniawi sehingga mata hatinya tertutup dan menjadi penyesalan sekarang. Heriawan keluar dari rumah dan meminta supir mengantarkan dia ke rumah Indah. Dia harus berbicara dengan adiknya itu.

***
Dewa sedang berada di kantornya saat pengacaranya menelepon dirinya untuk memberitahu bahwa kasus hukum Gibra terus berjalan dan sudah memasuki persidangan. Pengacaranya juga berkata bahwa pihak Gibra menggunakan pengacara baru yang akan membantu dia di persidangan.

Dewa tahu pengacara yang membantu Gibra bukan pengacara sembarangan. Dewa berpikir Heriawan sangat menyayangi Gibra sampai rela menyewa pengacara itu. Dewa tersenyum sinis mengetahui semua hal ini. Semakin membuat dia yakin bahwa pernikahan orang tuanya dulu dan kelahiran dirinya adalah kesalahan.

DEWA & DEWI (Sudah Ada Versi Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang