05. Si Teteh Geulis

4.1K 702 156
                                    

|Si Teteh Geulis|
ᮞᮤ ᮒᮨᮒᮨᮂ ᮌᮩᮜᮤᮞ᮪


Beberapa hari berlalu, tak terasa sudah tiba di hari pernikahan Mahen dan Mina. Meski dengan segala perizinan dan prokes yang dilaksanakan seketat-ketatnya, ternyata resepsi pernikahan masih bisa dilakukan di zaman pandemi seperti sekarang. Alhasil, tak banyak yang diundang dan tak sedikit agenda acaranya yang sengaja dihilangkan demi meminimalisir adanya kerumunan berlebihan.

Di tengah hidmatnya acara pernikahan, seorang pemuda berkemeja batik biru dengan masker hitam yang menutupi wajahnya berdiri sendirian, siapa lagi kalau bukan Jeva

Nama aslinya Jevano Akhtar. Namun, lebih familiar dengan panggilan A Jeva. Pemuda berbadan atletis itu bukanlah penikmat acara pernikahan seperti ini. Terlebih, sebenarnya Jeva tak terlalu mengenal kedua mempelai. Dia hanya ikut keluarganya yang diundang oleh keluarga mempelai wanita. Daripada jadi kuncen sendirian di rumah. Jadi ya, lebih baik nurut aja untuk ikut, itung-itung sekalian cuci mata. Siapa tahu ketemu teteh-teteh geulis kan? Lumayan, buat dibawa pulang, pikirnya.

Setelah mencicipi beberapa kudapan di prasmanan, kini Jeva celingak-celinguk sendirian seperti anak hilang, keluarganya entah pergi kemana.

"Mamah sama Teteh pada kemana sih?! Meleng dikit, langsung ilang!" monolognya.

Jeva terus mengedarkan pandangannya kesana kemari untuk mencari keberadaan dua perempuan beda usia itu. Hingga, Tiba-tiba...

"A, kesini! kasihan pacarnya sendirian!" Si pengantin wanita sedikit berteriak dari atas pelaminan. Bahkan perempuan berkebaya putih itu melambaikan tangannya ke arah Jeva.

"Dia ke aku?" Jeva bertanya pada dirinya sendiri. Perasaan, dia baru saja putus. Pacar yang mana nih maksudnya. Jeva kembali menengokkan kepalanya ke sana kemari, siapa tahu mempelai wanita itu manggil orang lain. Tapi, tak ada orang lain yang berdiri di sekitar Jeva.

Daripada terus kebingungan tanpa mendapat jawaban, Jeva pun memutuskan untuk melangkahkan kakinya menuju pelaminan itu.

Ternyata, tak hanya kedua pengantin, ada perempuan cantik juga yang berdiri di sana. Meski di balik sebuah face shield, setiap figur cantik perempuan itu tak bisa tertutupi sama sekali. Rambutnya panjang dan hitam, kulitnya putih, badannya gak tinggi tapi gak pendek juga untuk ukuran Jeva yang tinggi bak tiang listrik, sangat cocok untuk forehaed kiss, pikirnya. Wajah gadis itu mungil dengan hidung mancung, mata sipit, dan bibir mungil berwarna merah seperti buah ceri, tubuhnya kurus tapi berisi di tempat yang tepat. Jangan tanya fantasi liar apa yang bisa-bisanya sempat terlintas dipikiran Jeva.

Geulis pisan ih Ya Gusti ciptaan-Mu yang satu ini, buat aku aja ya? batin Jeva.

Jeva tak bisa berkedip sama sekali. Apalagi saat Teteh cantik itu tersenyum tipis, ia begitu terpaku sekaligus terpesona. Ciptaan Tuhan memang selalu indah. Ia terus memandangi perempuan itu dari atas sampai bawah, hingga akhirnya Jeva menyadari sesuatu.

Eh kok batiknya sama. Bener ya, jodoh itu bakal bertemu di pelaminan. Meski pelaminan orang, ucap Jeva dalam hatinya. Ia terus tersenyum di balik masker hitamnya.


"Ayo! Aa sama Teteh kalau mau difoto, berdirinya jangan di sana ya. Di samping kedua mempelai aja, biar cepet nyusul! Aa-nya maskernya dibuka dulu enggak apa. Teteh juga, face shield-nya dilepas dulu biar bagus di kamera, oke!"

CABAR (Calon dari Baros)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang