06. Rena Ngamuk

3K 482 50
                                    


Di kamarnya, Rena melamun sembari memeluk boneka Moomin kesayangannya yang sudah buluk dan tak berbentuk. Setelah kejadian baju batik couple yang lumayan memalukan di pernikahan Mark, Rena antara sangsi dan trauma untuk memakai baju batik lagi. Apalagi, baju batik dari butik ibunya Cantika. Cantika itu memang sangat jahil. Tapi, kali ini Rena benar-benar jengkel. Memang bukan hal yang fatal, tapi Rena sungguh malu. Malunya itu, ia harus berurusan dengan Aa batik couple itu. Untungnya, Aa itu ramah dan gak mempermasalahkan baju batik mereka. Namun tetap saja, Cantika harus diberi paham.

"Ya... kalau emang baju batik itu ada pasangannya, jangan dijual terpisah seperti itu!" Rena menggerutu kesal. Makin dipikir, makin Rena merasa jengkel. Ia meremat boneka Moomin itu dengan frustasi.

"Argh! Mamah... semoga gak ketemu lagi deh sama Aa batik couple itu!" Rena kembali menggeram sambil menenggelamkan wajahnya pada buntelan putih di pangkuannya.

Rena menghela napasnya dan beralih untuk beranjak dari ranjangnya. Dia berjalan ke meja kerja di sudut kamar untuk memeriksa ponselnya. Sejak pulang dari kondangan kemarin, Rena tak bisa menghubungi Cantika. Sampai sekarang pun, nomor gadis itu tak bisa Rena hubungi sama sekali. Rena yakin, Cantika pasti sengaja menghindarinya.

"Awas aja lu, Can. Jangan harap kamu selamat setelah kita ketemu!" monolog Rena.

Cantika memang tak kapok-kapoknya cari masalah dengan Rena. Padahal, sekalinya Rena marah, tak ada yang berani mengusik maung betina itu. Rena itu meski badannya kecil, mungil lah kalau bahasa gaulnya. Tapi, soal misuh-misuh tetap nomor satu. Bahkan Papah Koko tak pernah berani mengusik Rena saat marah.

Rena melirik dress batik yang dipakainya kemarin, lalu segera memasukkan dress itu kedalam sebuah tote bag kecil berwarna kuning. Sekarang ia harus pergi ke butik untuk membuat perhitungan pada Cantika. Gadis itu pasti ada di sana.

Sambil merengut kesal, Rena keluar dari rumah dan segera memarkirkan mobil hitamnya. Bahkan suara mobil itu seakan menggambarkan kekesalan Rena saat ini.

"Ren, mau kemana?!" teriak Mamah Winda sambil berlari. Perempuan paruh baya itu buru-buru keluar rumah saat mendengar suara mobil putrinya.

"Ke butiknya Cantika!" singkat Rena.

"Kalau pulang, mampir dulu ke grosir," pinta Mamah Winda.

Rena menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia paling tak suka, kalau disuruh ke grosir. Selain belanjaan Mamah Winda itu selalu buat Rena pusing karena saking banyak, ditambah kelakuan Lukas-si penjaga grosir- yang selalu menggodanya.

"Nanti aja atuh Mah, sama A Jay!" tolak Rena.

"Eh, sekalian lewat, bageur. Mamah udah nge-WA si Lukas-nya. Jadi, tinggal diambil aja."

"Iya! Iya! Ya udah, pamit ya."

"Iya, hati-hati!"

Dengan terus menekuk wajah cantiknya, Rena mulai melajukan mobil hitamnya. Seperti biasa, jalanan Parungkuda hingga Cibadak tak pernah sepi. Untungnya hari ini tak macet. Jadi, tak memakan waktu lama untuk Rena bisa sampai di butik bernama 'Chantique Butique' itu.

Setelah memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, Rena langsung masuk ke dalam butik, tak lupa ia juga menenteng tas berisi dress batik couple itu.

"EUIS CANTIKA!" teriaknya.

Cantika yang sudah menduga Rena akan datang sambil berteriak-teriak, hanya menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya. Ia berlaga sibuk dengan komputer di depannya.

"Can, kamu teh gimana ceunah? Kenapa gak bilang kalau ini baju couple! Kalau baju couple gini jangan dijual terpisah atuh", sungut Rena sambil mendekati Cantika yang tengah duduk di balik layar komputer. Di sana Cantika malah pura-pura ngetik. Jarinya terus bergerak makin sibuk seolah tengah mengetik sebuah berkas penting.

CABAR (Calon dari Baros)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang