12. Restu Mamah Baros

3.4K 620 52
                                    

Restu Mamah Baros
ᮛᮨᮞ᮪ᮒᮥ ᮙᮙᮂ ᮘᮛᮧᮞ᮪













Sore hari, saat semua orang rumah tengah sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, berbeda dengan Rena yang hanya termenung di kamarnya sendirian.

Rena terus memandangi cincin yang didapatnya dari Jeva. Ia belum memiliki keberanian untuk memberitahu keluarganya sendiri. Padahal, hal itu sudah berlalu hampir dua pekan dan Jeva semakin berani menunjukkan keseriusannya. Bukan karena apa-apa, tapi Rena sendiri masih tak tahu juga bingung dengan perasaannya saat ini.

Jeva tuh baik, baik banget malah, royal lah kalo kata orang Sunda mah. Sopan santunnya udah gak diragukan lagi. Soal babat, bibit, bobotnya udah tak perlu dipertimbangkan lagi. A Jay sendiri yang sudah memastikannya.

Namun, sekali lagi. Untuk keputusan sejauh ini, Rena masih perlu berpikir berulang-ulang.

Apalagi, dia tak mau menjalani hubungan karena pelampiasan. Bukan ia takut dijadikan sebagai pelampiasan. Tapi, ia takut menjadikan Jeva sebagai pelampiasannya dari Mahen Bagi Rena, pernikahan itu sekali dan untuk selamanya, ia tak mau salah langkah. Lagipula, kakaknya belum menikah, apa boleh melangkahi begitu?

"Hayo. Mikirin apa?" Ucapan Papah Koko sontak mengagetkan Rena yang pikirannya tengah berkelana.

Rena menatap Papah Koko yang berdiri di depannya. "Pah, misalnya nih. Adek nikah duluan dibanding A Jay, gimana?" tanyanya.

"Siapa yang mau ngelangkahi Aa?!" teriak A Jay yang lagi asyik nonton tv. Pria itu langsung mendatangi kamar Rena yang memang begitu dekat dengan ruang tengah.

"Ih apa sih A? Berisik! Aku nanya aja!"

"Kamu udah ada calon, Dek?" tanya Papah Koko.

"Jangan-jangan si Jeva udah lamar kamu?!" A Jay menimpali.

"Nanya doang! Ya Tuhan. Nanya doang aku!" Rena berteriak dengan frustasi.

"Ya, santai atuh, Dek!"

"Ya atuh kalian gitu. Aku nanya doang!"

"Mamah! Si adek mau nikah!" Teriak A Jay.

"Apa?!" Mamah Winda membalas teriakan putranya. Perempuan itu langsung ikutan nimbrung di kamar Rena.

Rena menghela napasnya dengan kasar. Salah memang ngomong sama keluarga yang pada dasarnya pada heboh semua, ditambah ia belum siap. Kalau udah gini, dia terpaksa ceritain semuanya.

Rena pun menceritakan semuanya, tentang keseriusan Jeva, tentang cincin, pokoknya segalanya menyangkut si Aa batik couple itu.

"Wah ini berlian asli, Dek" ucap Mamah Winda sambil memperhatikan cincin pemberian Jeva.

"Dasar matrialistis!" ucap A Jay.

"Bukan matrialistis atuh A, tapi realistis. Mamah saat dilamar sama Papah, cincinnya gak sebagus ini." Mamah Winda mengerucutkan bibirnya.

"Ya, jangan bandingin dulu sama sekarang atuh mah." Papah Koko membela diri.

Dulu, keluarga Papah Koko memang gak semapan sekarang. Saat A Jay masih dalam kandungan aja, mereka ngontrak di kontrakan kecil. Tapi, berkat jerih payah seorang Koko Sujana, mereka bisa seperti saat ini. Apalagi, baik Rena dan A Jay , keduanya sangat mandiri. Mereka jarang menuntut pada kedua orang tuanya. Dan mungkin itulah sebabnya keluarga Papah Koko selalu harmonis dan dipenuhi kebahagiaan hingga sekarang.

"Jadi gimana?" tanya A jay pada Rena yang dari tadi hanya diam setelah bercerita panjang lebar.

"Ya gak tau atuh. Pusing, bingung ah," ucap Rena yang langsung menutupi seluruh badannya dengan selimut. "Aku perlu berpikir dulu!" sambungnya.

CABAR (Calon dari Baros)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang