Happy reading ❤️
Rama langsung merebahkan dirinya begitu saja di kasur, hari ini benar-benar hari melelahkan baginya. Seminggu telah terlewat, kini pria itu kembali bergelut dengan tumpukan-tumpukan kertas dan rapat.
Pria itu baru menyadari, bahwa Arum tidak terlihat sedari tadi. Bahkan yang menyambut kepulangannya tadi adalah Riri. Kemana Arum sebenarnya?
Rama memijat kepalanya, untuk menghilangkan rasa pening, pria itu memutuskan untuk mandi terlebih dahulu baru mencari Arum.
Tak sampai dua puluh menit, Rama keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit pinggangnya. Pria itu lantas langsung memakai kaos putih oblong dan celana training hitamnya. Rama segera bergegas turun menuju ruang makan, mungkin Arum sedang berada di sana.
"Loh, Arum kemana Oma? Apa di dapur?" Rama bertanya, di ruang makan, tidak ada tanda-tanda akan kemunculan Arum.
"Arum? Istri kamu lagi di kamarnya Kiara. Mungkin lagi ngobrol-ngobrol," jawab Riri yang sedang menata piring.
"Oke," jawab Rama singkat.
Dengan langkah terburu-buru, Rama menuju ke kamar Kia. Rama membuka pintu tersebut tanpa mengetuknya. Terlihat Kiara yang tengah duduk sambil membaca novel di meja belajar. Lalu mata Rama beralih ke kasur, dan di sana Arum terlihat tidur dengan posisi yang meringkuk bak janin.
"Kia," panggil Rama pelan sambil melangkah menghampiri Kia.
"Kenapa, Yah?" Kia mengerutkan kening.
"Bunda kamu ketiduran di sini ya?" Mata Rama beralih menatap Arum yang tertidur.
Kia mengangguk membenarkan, "iya, Yah. Tadi abis ngobrol-ngobrol sama Kia. Eh ketiduran. Kia mau bangunin, tapi ga tega."
Rama mengangguk, mungkin Arum kelelahan karena harus mengurus dirinya, anak-anak dan pekerjaan rumah. Rama menggendong Arum ala pengantin secara pelan-pelan supaya Arum tidak terbangun.
"Ayah mau pindahin bunda ke kamar dulu ya," ujar Rama yang diangguki Kia.
Setelah berada di kamar, Rama meletakkan Arum di kasur selembut kapas. Guna memastikan Arum tertidur dengan posisi yang nyaman. Mata terangnya melirik ke jam weker di atas nakas, sudah jam sembilan malam dan Arum pasti belum makan.
"Rum, sayang. Bangun yuk." Rama menepuk-nepuk pelan lengan Arum.
Arum menggeliat dalam tidurnya, ia membuka mata dan wajah Rama yang menjadi objek pertamanya terlihat.
"Mas Rama? Kapan mas pulang?" Arum terduduk dengan menyilangkan kaki.
"Maaf ya, Mas. Aku ketiduran," lanjut Arum menyesal.
Rama memegang tangan Arum, "kamu kecapean ya pasti? Aku ambilin makanan dulu ya. Kamu belum makan 'kan?"
Arum menahan lengan Rama saat Rama hendak bangun, Rama memandang Arum dengan pandangan bertanya.
"Kenapa, Sayang?" Rama bertanya lembut, tangannya mengusap pipi Arum.
"Aku aja yang ambil, Mas. Kamu 'kan baru pulang dari kantor. Aku aja ya?" pinta Arum.
Rama tersenyum, ia tidak peduli seberapa lelah dirinya, Rama lebih mengutamakan keluarganya. Toh lagipula, ini kewajibannya sebagai seorang kepala rumah tangga.
"Aku ambilin ya," final Rama. Pria itu seperti tidak ingin terbantahkan.
Arum mengangguk pasrah, dalam hati, timbul rasa berbunga. Rama selalu memanjakan Arum, melayani semua kebutuhannya. Oma Riri benar, perubahan Rama benar-benar signifikan. Pipinya tiba-tiba memerah, untung Rama sedang turun mengambil makan, jadi pria itu tidak bisa melihat wajah Arum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happiness [End]
RomanceSekuel Arumi Vector by: Araashii11 Menceritakan tentang keluarga kecil Rama dan Arum, tentang bagaimana Rama dan Arum menghadapi lika-liku dalam menjalani bahtera rumah tangga mereka. Cerita ini hanyalah fiktif belaka. jika ada kesamaan nama dan tem...