14. Rencana Berujung Pertikaian

1.6K 250 9
                                    

Happy reading ❤️❤️

Di kasur, Arum tengah terlihat sibuk melihat-lihat apa yang baru saja Susan berikan tadi. Susan mengajarkan serta meminjamkan Arum peralatan make up untuk berdandan.

Sekali-kali bikin suami seneng, Rum. Begitulah kata Susan.

Arum begitu penasaran. Karena belum mahir, akhirnya wanita itu hanya memoles wajahnya dengan bedak serta mengenakan lipstik merah merekah.

Setelah selesai, Arum memutar-mutar tubuhnya di depan cermin. Memperhatikan bibir yang baru saja ia poles. Pintu kamar terbuka, Arum bergegas menuju ke depan pintu.

"Mas!" panggil Arum.

Rama terkejut, ia menelisik penampilan sang istri, pria itu menghela napas lalu memijat keningnya.

"Kamu meresahkan banget, Rum," kata Rama.

Pria itu masuk dan menutup pintu. Hati Arum mencelos, apakah dirinya terlihat jelek? Atau malah seperti badut?

"Sayang, sini!" Rama menepuk-nepuk kasur, meminta Arum ikut duduk di sebelahnya.

Arum menurut, dengan wajah murung ia bergegas ke sebelah Rama. Pria itu menahan senyumnya. Tangan Rama mengambil tisu yang terletak di atas meja.

Arum yang tengah menunduk langsung kaget karena Rama menarik dagunya. Rama membersihkan gincu di bibir Arum.

"Udah," kata Rama.

Mata Arum mengerjap. "Mas?"

Rama tersenyum, pria itu mencium punggung tangan Arum.

"Tanpa dandan kamu pun udah terlihat cantik, Rum. Wajah polos kamu, bikin aku tambah sayang sama kamu," ucap Rama.

Hati Arum berbunga-bunga, Rama tidak pernah menuntut akan apapun pada dirinya, termasuk fisiknya juga.

"Tapi aku mau cantik depan kamu, Mas. Susan yang ajarin aku semuanya. Meskipun belum jago, seenggaknya kamu seneng," balas Arum.

Rama mendekatkan wajahnya ke wajah Arum. Napas mereka saling menyentuh kulit satu sama lain.

"Aku ga tahan liat bibir kamu kalo merah gitu. Karena kamu terlihat.... Perfect." Rama meniup wajah Arum, sebelum pergi.

Rama menuju ke kamar mandi, meninggalkan Arum yang masih terbengong di tempatnya.

***

Sehabis melaksanakan shalat Isya, satu keluarga itu berkumpul di ruang keluarga. Setelah mengambil rapor Kiara dan Kirana, mereka memutuskan untuk pergi berlibur ke suatu tempat.

"Gausah jauh-jauh lah, di sekitaran sini juga banyak tempat-tempat wisata," ujar Susan.

Semuanya menoleh ke arah Susan dengan pandangan bermacam-macam, terutama Kirana dan Kiara, yang menampilkan tatapan protes.

"Yah, ga asik. Bosen dong," keluh Kia.

"Iya, harusnya jangan di sini terus, Tante," sambung Kirana.

Arum dan Rama hanya sibuk memperhatikan itu, terlalu heboh perihal membicarakan kemana mereka akan liburan.

"Nanti kalo ribut terus, aku pergi berdua aja aja nih sama Arum," celetuk Rama tiba-tiba.

Semua yang di sana langsung saja menyoraki pria itu.

"Yeuu ayah mah maunya berduaan sama bunda," kata Kiara.

Arum langsung salting, wanita itu lantas langsung mengalihkan atensi ke Qila yang berada di pangkuannya.

"Hmm, gimana kalo kita cari-cari yang deket aja. Kita ke Bogor, berkunjung ke rumah Mpok Lela," usul Arum.

Rama langsung menoleh, matanya memicing tajam. Apa-apaan ini, jika ke Bogor, itu artinya bertemu dengan Lukman? Oh tidak! Rama tidak akan membiarkan itu.

"Aku sih setuju," jawab Kia cepat. Pastinya gadis itu ingin bertemu sang pujaan hati, Fino.

"Boleh tuh, sekalian aku mau kenal sama mereka," sahut Susan.

Semuanya menyetujui usulan Arum tersebut, kecuali Rama yang hanya menampilkan wajah datarnya. Selesai berdiskusi, semuanya langsung kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

"Kamu apa-apaan sih pake usul ke sana?" tanya Rama kala mereka sudah di kamar.

Arum menidurkan Qila ke box bayi kemudian, berujar. "Ya gapapa, Mas. Kan kita udah lama ga ketemu sama Mpok Lela."

Rama berdecak, matanya tak lepas menatap Arum tajam.

"Kamu mau ketemu Lukman 'kan di sana?" sentak Rama.

Arum mengerutkan kening, apa yang suaminya katakan, kenapa Rama bicara seperti itu?

"Engga, Mas. Aku memang hanya ingin bertemu Mpok Lela," sanggah Arum.

Rama mengibaskan tangan tak peduli. "Emang kamunya aja yang keganjenan."

Selepas mengatakan itu, Rama langsung pergi tidur dengan posisi memunggungi Arum. Lidah Arum rasanya kelu, telinganya terasa panas mendengar ucapan Rama yang seakan tidak mempercayainya.

Arum ikut duduk di kasur, "besok kita ziarah ke makam mama dan papa, Mas."

Ucapan itu diacuhkan begitu saja oleh Rama, Arum tau sebenarnya pria itu hanya berpura-pura tidur. Wanita itu lantas ikut berbaring menyusul sang suami ke alam mimpi.




Tbc



Happiness [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang