5. Fino dan Kia Part II

2.3K 280 20
                                    

Happy reading ❤️

Kiara menoleh ke arah Arum, seolah meminta pendapat. Mendengar bagaimana percakapan Arum dan Rama mengenai dirinya, membuat Kia dirundung rasa dilema. Sejujurnya ia sudah jatuh ke dalam pesona Fino, tapi di sisi lain, Rama, ayahnya tidak ingin jika Kia berdekatan dengan laki-laki.

Arum mengulas senyum lembut, wanita itu sangat mengerti akan perasaan Kia sekarang.

"Yaudah, kalian jalanin aja dulu. Biar nanti jadi urusan bunda," kata Arum.

Kiara termangu di tempatnya, sekarang ia malah merepotkan bundanya juga. Gadis itu menggeleng lesu.

"Gapapa, Sayang. Nanti bunda jelasin ke ayah kamu. Mudah-mudahan, keraguan di dalam hatinya hilang." Arum mengelus kepala Kiara.

Seukir senyuman terbit dari bibir gadis SMA itu. Ia mengangguk.

"Makasih ya, bunda," ucapnya.

"Sama-sama."

Kia mengecek ponselnya, ternyata sebuah pesan baru saja masuk, pesan itu berasal dari Fino. Laki-laki itu memberitahu jika ia sudah berada di depan rumah.

"Bun, Fino udah dateng!" seru gadis itu.

"Yaudah sana temuin, bunda mau panggil ayah kamu dulu." Setelah itu Arum pergi menuju kamarnya.

Dengan langkah penuh semangat, gadis itu berlari ke arah pintu kemudian membukanya. Dari pintu itu senyumnya terus saja terpatri. Tetapi senyumnya surut, saat melihat Fino datang bersama seorang gadis.

"Shakkira?" gumam Kia.

Fino turun dari motor, diikuti oleh Shakkira. Fino melambaikan tangan ke arah Kia. Laki-laki itu segera menghampiri Kia.

"Assalamualaikum. Apa kabar, Ki?" Fino tersenyum manis.

"Waalaikumsalam, baik kok," jawabnya lesu.

Mood Kia jadi hancur sekarang, kenapa hatinya terasa teriris saat melihat Fino datang bersama perempuan lain. Apalagi perempuan itu adalah seseorang yang sering membullynya dulu.

"Kamu sama dia?" tanya Kia sedikit tidak suka.

Fino tersenyum lebar, hal itu justru semakin membuat Kiara terheran-heran.

"Hmm, Ki. Lo jangan salah paham ya, gue sama Fino ga ada hubungan apa-apa, karena Fino mau dateng ke Jakarta, gue juga memutuskan untuk ikut, ada sesuatu yang mau gue sampaikan," ujar Shakkira.

Kiara masih terdiam di tempatnya, matanya seolah meminta Shakkira untuk melanjutkan penjelasannya.

"Jadi gue mau minta maaf sama lo, dulu gue selalu bully lo. Maafin gue ya, lo mau 'kan, maafin gue?"

Kiara membuang napas, gadis itu mengangguk, lalu tersenyum.

"Makasih ya, Ki." Shakkira tersenyum tulus pada Kia.

"Iya, sama-sama," jawab Kia.

"Hmm, gue pulang duluan ya. Ga enak banget kalo di sini lama-lama."

"Loh, ga mau mampir dulu?" tanya Kia.

Shakkira menolah halus, "engga usah, Ki. Makasih.

Shakkira melongok ke dalam sedikit, mencari orang tua Kiara.

"Orang tua lo ga ada di rumah? Gue mau langsung pamit nih."

"Ada kok, bunda sama ayah lagi di kamar. Mau aku panggilin?"

"Eh gausah, ga enak jadinya. Salam buat orang tua lo aja ya. Gue pulang dulu ya, Ki, Fin. Assalamualaikum." Gadis berambut cokelat itu langsung meninggal kediaman Bagaskoro.

Happiness [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang