17. Teman Baru

953 149 16
                                    

Note: Ada alasan aku ganti nama Alya jadi Kirana, pertama supaya couple sama Kiara, jadi double K😆, yang kedua, aku entah mengapa suka aja nama itu😀.

***

Happy reading ❤️❤️

Kirana tengah memakan bekalnya dengan tenang di dalam kelas. Riuh suara gelak tawa serta teriakan memenuhi ruangan kelas tersebut. Jam-jam istirahat begini, tentunya anak-anak seusianya akan bermain.

"Kamu bawa apa, Kiran?" Teman sebangku Kirana bertanya.

Kirana sedikit menggeser kotak makannya, memperlihatkan apa yang ia bawa. Bocah yang bernama Tiwi itu mengangguk.

Kirana kembali menarik kotak makannya, ia melirik bekal yang Tiwi bawa, nugget huruf yang membentuk nama temannya itu, dengan sedikit hiasan. Kirana juga ingin bekal seperti itu, tapi bundanya selalu memasak sayur brokoli dan wortel. Katanya agar mata dan tubuhnya sehat.

"Boleh aku minta sayurnya ga Kiran? Mami aku jarang masak sayuran, boleh ya?" Tiwi mengangkat kotak bekalnya.

"Boleh kok." Kirana senang berbagi, ia menaruh sayur yang ia bawa ke kotak bekal Tiwi.

"Makasih," kata Tiwi.

"Iya, sama-sama."

Apapun makanan yang kita punya, kita harus bersyukur. Banyak loh di luar sana yang belum bisa makan layak, makannya Kiran ga boleh ngeluh.

Ucapan bundanya kala itu terngiang, dirinya masih usia kanak-kanak tapi banyak sekali pelajaran yang sudah ia dapat.

Berarti aku ga boleh ngeluh, aku akan minta bunda masak sayur deh setiap hari.

Kirana terkikik pelan setelah berucap itu dalam hati, ia mulai memakan bekalnya.

***

Kirana sedang duduk di pos sekolah, menunggu ayahnya. Sekolah juga perlahan kosong, karena sedikit demi sedikit murid-murid sudah pulang.

'Haha ga punya mama, ga ada yang bisa masakkin kamu'

'Mamanya ga ada ya? Kasian deh. Wlee!

Sahutan-sahutan ejekan itu tertangkap jelas oleh telinga Kirana, anak itu berjalan menuju sumber suara. Di depan pohon besar yang letaknya jauh dari keramaian, seorang anak laki-laki sedang duduk pasrah, sementara dihadapannya terdapat tiga laki-laki yang tengah mengejek anak itu.

"Kalian ngapain ngata-ngatain dia? Emang dia ada salah sama kalian?" Kirana merentangkan kedua tangannya, melindungi bocah laki-laki tersebut.

"Kamu ga usah ikutan deh! Kamu kan anak cewek!" Salah satu anak di depannya menyaut.

"Emang kenapa kalo aku cewek? Aku kuat!" Kirana tak ingin kalah, ikut berteriak.

Tiba-tiba tubuhnya didorong yang menyebabkan tubuhnya terjatuh di depan anak laki-laki yang tengah menangis tadi. Sebelum melanjutkan aksinya, ketiga bocah tadi langsung lari terbirit-birit saat melihat seorang pria dewasa datang ke arah mereka.

"Hei! Mau kemana kalian?!"

Rama segera menggendong tubuh Kirana, Rama sudah menghapal wajah anak-anak tadi, ia akan melaporkan tindakan ini kepada kepala sekolah. Bagaimana bisa di lingkungan sekolah dasar begini ada aksi bullying.

"Kiran ga kenapa-kenapa, Nak? Ada yang luka?"

"Engga, Yah. Kiran gapapa, tapi..." Kirana menengok ke anak tadi yang masih tetap dalam posisi yang sama.

Rama menurunkan Kirana, pria itu mengusap kepala bocah laki-laki di depannya itu.

"Kamu baik-baik aja 'kan. Siapa nama kamu?" Rama memasang senyum ramah.

"Leo," jawab anak itu dengan suara pelan.

Rama membantu Leo berdiri, "kemana orang tua kamu? Belum jemput?"

"Papa ga jemput Leo, Leo selalu dijemput Pak Rusdi. Papa sibuk," jawabnya.

"Mau om antar? Kita pulang bersama-sama," tawar Rama.

Leo mengangguk pelan, ia mengulurkan tangan ke arah Kirana, Rama tersenyum simpul melihatnya.

"Nama aku Leo, kamu siapa?"

"Kiran." Mereka melepaskan tangan mereka yang berjabat.

"Makasih ya, kamu udah belain aku," ucap Leo.

"Sama-sama, Leo," balas Kirana.

"Oke, kita pulang sekarang?" tanya Rama yang diangguki keduanya.

***

Rama menatap punggung Leo, sampai bocah-bocah itu benar-benar memasuki rumahnya. Rumah yang Rama lihat ini benar-benar terasa familiar, ia seperti pernah mengunjunginya. Mungkin sekali, dua kali.

"Kiran jadi inget dulu, Yah. Kiran dihina karena ga punya ayah, Kiran dibilang anak engga sah. Makanya Kiran lindungin Leo. Kiran tau gimana rasanya." Anak itu bicara biasa saja, tetapi Rama yang niatnya ingin menyalakan mobil jadi berhenti dan merasa tertohok.

Rama memangku Kirana, tangannya menangkup wajah buah hatinya itu, wajah perpaduan dirinya dengan Arum.

"Ayah disini! Ayah sama Kirana sekarang." Rama memeluk tubuh kecil itu.

Kirana menarik dirinya dari dekapan Rama, "kayaknya Kiran punya teman baru nih, Leo." Kirana tersenyum seusai mengatakan itu.

Rama mencium pipi Kirana, putrinya itu benar-benar bisa merubah suasana.

Tbc


Happiness [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang