Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kuku-kukunya digigitinya, kakinya hilir mudik di depan pintu yang tertutup. Cemas terasa begitu menaunginya, mengusiknya sampai membuatnya terganggu. Ia hanya berharap keadaan istrinya yang tengah diperiksa baik baik saja, dan tidak ada hal buruk yang perlu dikhawatirkan. Ia mengusak kasar rambutnya, menyadarkan punggungnya pada tembok, pikirannya mengulas kembali peristiwa di gereja. Peristiwa yang membuat sel sel ditubuhnya terasa terbakar kala hanya mengingat nya.
Kim taehyung..
Lelaki brengsek itu benar benar tidak tahu malu. Awas saja jika terjadi sesuatu pada yoongi ataupun janinnya, jungkook bersumpah bahwa dirinya sendiri lah yang akan mencabut nyawa lelaki kim itu. Mencabut nyawa dengan cara yang sebegitu menyakitkan.
Cklek!
Tubuhnya sontak menegak, menghampiri dengan cepat dokter yang baru saja keluar dari ruangan yoongi.
"bagaimana? Apa terjadi sesuatu pada istri ku"
Sang dokter membuang nafas kecil, cukup terkejut akan suara cemas yang tiba tiba menyapanya."pasien dan janinya sekarang baik baik saja."
Bak angin segar, peryataan sang dokter membuatnya lega. Pria jeon menghela nafas. Beban cemas di dirinya seolah tersingkir kan begitu saja.
"Tapi, janinnya sangat lemah dan nyaris saja gugur. Dan juga mohon untuk tidak membuatnya stress serta tertekan sebab itu sangat mempengaruhi kesehatannya dan janinnya."
Bersalah segera menyergap, ucapan dari dokter membuatnya menyalahkan dirinya sendiri. Andai ia mengantisipasi kedatangan taehyung dengan membawa serta anak buahnya mungkin semua hal ini tak akan terjadi. Yoongi tidak akan mengalami keadaan seperti sekarang.
"Apa aku bisa menemuinya?"
Si dokter mengangguk kecil,
"Tentu saja.. "
Dan tak perlu menunggu lagi, ia lantas masuk ke ruangan yoongi. Sepasang matanya segera menangkap sosok pemuda manis yang terbaring diranjang. Dejavu melanda, sekarang sosok yoongi tampak sama seperti enam tahun lalu. Kakinya melangkah pelan, memandang teduh wajah cantik yang nampak pucat. Satu tangan besarnya meraih tangan mungil yang terbebas infus, mengengamnya erat.
