Bagian 5

107 14 1
                                    

Kemuliaan seorang wanita tidak dilihat dari seberapa baik penampilan fisiknya, melainkan dari akhlak mulia yang ia miliki.

~Khawla Nizia~
Dalam cerita Fahima

--oOo--

“Assalamu’alaikum” Rafif masuk ke ruangan devisi pemasaran setelah kembali dari ruangan Rayhan.

“Wa’alaikumsalam. Eh, pak Rafif. Kapan sampainya dari Bandung?” tanya Tere dengan sangat ramah. Seluruh staf di devisi pemasaran memang sudah sangat familiar dengan Rafif. Lagian Rafif adalah bos mereka sekarang. Ya, lelaki itu menjabat sebagai Manager Pemasaran di PT. Adhitama Grup.

“Alhamdulillah, kemarin malam, Mbak.” Rafif tersenyum dengan sangat ramah.

“Pak, ada oleh-oleh nggak dari Bandung?” Tanya Nana yang kini mengalihkan perhatiannya kepada Rafif. Padahal sedari tadi ia sibuk dengan layar komputernya.

“Maaf yah, saya nggak sempat beli. Soalnya saya buru-buru balik ke jakarta.” Rafif beralih menatap Nana.

“Oh ya, katanya ada karyawan baru.”

“Ohh.. Iya pak. Namanya Fahima. Tapi sekarang dia lagi beli air mineral di kantin” jawab Rose ikut menimpali.

“Pak Rafif?” Cindy yang barusaja keluar dari ruangannya, terlihat antusias saat melihat Rafif ternyata sudah kembali. Ya, selama beberapa tahun ini mereka terlihat sudah sangat akrab, bahkan jika dikatakan mereka adalah sahabat.

“Ehh, Cind.” Sapa Rafif yang menyadari kehadiran Cindy yang baru saja keluar dari ruangannya.

“Kapan Nyampenya?” Ujar Cindy yang kini juga ikut bergabung dengan mereka.

“kemarin malam. Sekarang kamu sibuk nggak?”

“Nggak juga. Pekerjaanku hari ini juga tidak terlalu banyak. Memangnya kenapa?”

“Pak Rafif maunya quality time kali, Mbak” Timpal Rose sembari melemparkan cengiran jahilnya kepada Cindy dan juga Rafif. Jangan salah, karena kedekatan mereka, di lingkungan devisi pemasaran selalu beredar kabar kedekatan dua insan itu.

Memang tak dapat dipungkiri, bagaimanapun Rayhan selalu menjaga pandangannya dan berusaha tidak melanggar syari’at islam mengenai kedekatannya dengan Cindy, pasti selalu saja menjadi momok orang lain yang tidak mengetahui kronologinya seperti apa.

“Bisa jadi sih Rose.” Cindy tampak terkekeh. Sedangkan Rafif hanya bisa meggeleng.

“Saya mau ngomong sesuatu yang sangat penting. Tapi di kantin yah, saat makan siang.”

“Boleh. Nanti kita ketemu di sana aja”

“Boleh ikut nggak, Mbak?” Ujar Nana kepada Cindy dengan penuh harap. Padahal ia hanya bercanda.

“jangan diizinin, Mbak. Nanti Pak Rafif sama Mbak Cindy bangkrut lagi. Karena makannya Nana itu banyak banget” Rose malah ikut bercanda. Ia tertawa begitu lepas di depan bosnya. Hal seperti ini sudah biasa terjadi.

Tere yang lagi-lagi hanya menjadi pendengar, hanya bisa menggeleng. Kedua rekan kerjanya itu, Rose dan juga Nana selalu meramaikan kantor dengan lelucon mereka. Meskipun demikian, mereka juga memiliki prestasi yang baik dalam pekerjaannya.

***

Saat masuk waktu makan siang, Cindy segera meninggalkan pekerjaannya dan menuju ke kantin. Pasti Rafif sudah menunggunya sekarang. Ia juga mengajak Fahima. Tapi Fahima mengatakan nanti saja, karena pekerjaannya masih sangat banyak. Ia harus membuat laporan barang-barang yang berhasil terjual bulan ini. dan ia harus menyelesaikan hari ini juga. karena Rayhan sudah akan memeriksanya sebentar sore. Akhirnya Cindy pamit ke kantin lebih dulu. Karena ia sudah ada janji sama Rafif.

FAHIMA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang