Bagian 22

50 7 0
                                    

“Jika memang inilah takdir terbaik yang harus ku jalani, maka aku ikhlas”

~Fahima Khoirunnisa~

--oOo--


Setelah selesai makan siang, Rayhan memanggil Fahima ke ruangannya. Ternyata lelaki itu menyuruhnya untuk pulang lebih awal. Padahal Fahima sudah berusaha meyakinkan bosnya itu bahwa ia tengah baik-baik saja sekarang. Akan tetapi bukan Rayhan namanya jika kalimatnya dapat terbantahkan. Sebagai bawahan, Fahima tidak bisa melakukan apapun selain menuruti perintah lelaki itu. padahal alasan Fahima untuk tetap kekeh tak mau pulang lebih awal karena pekerjaannya yaang lumayan banyak. Namun Rayhan mengatakan akan menyelesaikannya sebagian. Sisanya Fahima bisa menyelesaikannya di rumah. Maka berakhirlah Fahima menyusuri jalanan kota jakarta yang sangat berpolusi di siang hari seperti ini.

Selama perjalanan, Fahima mati-matian mendengus kasar. Rasanya jika langsung pulang ke rumah, tak banyak yang harus ia lakukan kecuali bersantai. Ditambah dirinya tidak terlalu suka berdiam diri tanpa melakukan apapun. Ditambah pasti Nadia hanya akan memintanya untuk beristirahan di kamar tanpa melakukan apapun, apalagi setelah insiden semalam.

melihat sebuah kedai kopi yang tidak terlalu ramai, akhirnya Fahima memutuskan untuk mampir sebentar.

“Mas, expressonya satu” setelah memasuki kedai kopi, Fahima langsung memesan secangkir kopi untuknya, kemudian memilih tempat duduk paling pojok yang agak sepi.
 

Tidak perlu menunggu lama, pesanan Fahimapun telah datang. “Ini pesanannya, Mbak” ujar waiter itu sambil menyodorkan secangkir kopi yang masih mengepul.

Fahima mengangguk sambil menyunggingkan senyuman yang terbilang sangat tipis. Aroma kopi yang khas menyeruak ke indra penciumannya, memberikan sedikit efek ketenangan. Permasalahan yang terjadi padanya akhir-akhir ini sudah cukup menjadi beban pikirannya. Fahima mulai menyesap kopinya sedikit. Dan benar saja, sungguh ekspresi yang terpancar dari wajahnya terlihat aneh. Rasanya ia ingin memuntahkan minuman itu, namun ia tetap berusaha untuk menelannya. Sungguh pahit rasanya. Bukannya tidak tahu, ia malah sengaja memesan jenis kopi itu. siapa tahu dengan meminumnya membuat pikirannya lebih tenang, dan ternyata salah. Bahkan ia hanya merasakan rasa pahit di lidahnya.

 
Beberapa menit berlalu, rasanya ia sudah tidak berniat untuk menyesap kopi itu lagi. Pandangannya menyapu ke arah jalanan sambil tangannya ia silangkan di atas meja. Entah sudah berapa lama ia duduk di tempat itu sembari terdiam tanpa melakukan apapun, hingga suara adzan sholat Ashar mulai bersahutan memenhi kota metropolitan itu. Akhirnya kesadaran Fahima mulai kembali setelah mendengar alunan suara Adzan di masjid yang tidak jauh dari kedai tampat ia berada saat ini. Wanita itu memilih untuk beranjak ke masjid sekarang. Tak lupa ia meninggalkan sejumlah uang pas di atas meja. Lalu meninggalkan tempat itu.

 
Setelah melaksanakan kewajibannya, Fahima langsung pulang ke rumah. ia ingin mengecek beberapa pekerjaan yang harus diselesaikannya berdasarkan perintah dari atasannya. sesampainya di rumah Fahima langsung menyapa Nadia sebentar yang tengah mengurus bunga di taman belakang, setelah itu ia langsung masuk ke dalam kamar.

Meskipun berbagai masalah seolah memenuhi pikirannya beberapa waktu terakhir ini, akan tetapi Fahima tidak boleh menyangkut pautkan masalah pribadi dengan pekerjaan. wanita itu belum berkeinginan untuk membersihkan diri, sejumlah pekerjaan yang belum diselesaikannya lebih mengganjal pikirannya saat ini. sambil bersandar di headboard spring bed kingsizenya. Kakinya sengaja ia selonjor kan untuk merenggangkan tubuhnya yang cukup lelah karena terlalu lama mengendarai motor. Fahima mengeluarkan laptopnya dari tas kerjanya. Setelah laptopnya sudah menyala ia segera mengecek e-mail dari Rayhan, dan Fahima sedikit membelalak ketika mendapatkan e-mail dari Rayhan yang mengatakan bahwa Rayhan sudah menyelesaikan semua pekerjaan Fahima. Tiba-tiba Fahima merasa gelisah sekaligus tidak enak hati karena semua pekerjaannya sudah diselesaikan bosnya itu.

FAHIMA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang