Bagian 13

68 11 3
                                    

Dirimu penuh dengan kejutan yang menakjubkan. Bahkan aku sendiri sempat tak percaya akan hal itu.

~Fahima Khairunnisa~

--oOo--

Melihat Rayhan yang datang secara tiba-tiba membuat Fahima terkejut. Apalagi waktu jam kantor sudah lewat. Bahkan sebentar lagi sudah masuk waktu maghrib. Apakah seorang lelaki yang sangat gila kerja memang selalu bekerja kepanpun tanpa kenal waktu libur? Bagaimana jika suatu saat nanti lelaki itu berkeluarga, apakah ia juga akan lebih mementingkan pekerjaannya dibandingkan keluarganya? Memikirkan hal itu hanya membuat kepala Fahima mendadak pusing. Akhirnya, Fahima malah merutuki dirinya sendiri. Mengapa pikirannya menjadi berkelena memikirkan lelaki itu. Astaga....

Ketika adzan maghrib berkumandang, Fahima segara menuju ke mushollah untuk kembali menghadap kepada Tuhannya yang menciptakan. Ia mematikan komputernya terlebh dahulu. Tiba-tiba pandangannya menatap sebuah pintu berwarna cokelat yang menghubungkan rungannya dengan rungan Rayhan. Fahima berfikir, apakah lelaki itu sama sekali tidak mendengarkan suara adzan atau bagaimana. Setelah Adzannya berakhir belum juga ada tanda-tanda lelaki itu akan keluar. Apakah pekerjaan lebih penting daripada menghadap Tuhannya. Fahima akhirnya melangkah ke luar ruangan.

Setelah mengambil wudhu, Fahima segera melaksanakan shalat dengan sangat khusyuk. Tak ada orang lain di tempat itu selain dirinya. Setiap ayat Al-qur’an yang ia bacakan dengan sangat indah. Fahima begitu menikmati shalatnya. Setelah menyelesaikan Shalat, Fahima mengambil salah satu mushaf yang sudah disediakan di ruangan itu. Lalu ia membacanya dengan nada tartil. Meskipun dilanda oleh berbagai macam kesibukan, tapi Fahima selalu menyempatkan diri untuk menyelesaikan terget bacaannya sebanyak satu juz per hari. Supaya tidak memberatkannya, Fahima sengaja membaginya untuk dibacakan setiap selesai shalat sebanyak dua lembar.

Fahima sudah akan kembali ke ruangannya. Tapi ia ingin membuat kopi untuk menemani dirinya lembur malam ini. Tapi, bukannya Rayhan juga menyukai kopi. Fahima sering melihat lelaki itu dibawakan kopi oleh office girl ketika sedang bekerja. Jadi Fahima berpikir, sekalian saja ia buatkan. Kalau dipikir, kasihan juga lelaki itu selalu lembur untuk menyelesaikan pekerjannya.

Tak membutuhkan waktu lama, Fahima sudah selesai dengan aktifitas membuat kopinya. Ia kembali ke ruang kerjanya dengan membawa dua cangkir kopi. Yang satu untuk dirinya dan yang satu lagi untuk Rayhan. Semoga kopi yang dibuatnya sesuai dengan lidah Rayhan.

Sesampainya di ruangannya, Fahima meletakkan secangkir kopi miliknya dan membawakan yang satunya lagi untuk Rayhan. Dengan sedikit Ragu-ragu Fahima mengetuk pintu lelaki itu. tapi tidak ada jawaban dari orang yang berada di dalam sana. hingga beberapa kali ia mengetuk, tapi keadaannya masih sama. Fahima sempat berpikiran untuk mengurungkan niatnya membawakan kopi tersebut, namun sedetik kemudian terdengar suara dari seberang sana menyuruhnya masuk. Akhirnya Fahima berani memutar kenop pintu dan membukanya dengan lebar. Saat pertama kali masuk, Fahima sedikit terpaku dengan pemandangan di depannya. Ini merupakan hal langka yang dapat dilihat dari diri Rayhan. Ya, lelaki itu baru saja melaksanakan shalat. Fahima melihat Rayhan tengah melipat sajadahnya dan di kepalanya masih menempel sebuah peci yang membuat ketempanannya semakin bertambah. Tapi jangan salah, Fahima sama sekali tidak tertarik pada lelaki itu. ia cuman terkejut. Karena seorang Rayhan yang dingin bahkan kelihatannya sama sekali tidak mementingkan urusan akhiratnya, tapi kini Fahima bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa bosnya itu baru saja selesai melaksanakan shalat. Ternyata, penampilan tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur keimanan seseorang. Akhirnya pandangan Fahima kepada Rayhan, perlahan berubah.

“Ada apa, Fah?” Tanya Rayhan yang melihat Fahima hanya terdiam di dekat ambang pintu sembari mengamatinya. Rayhan

Fahima segera tersadar dari berbagai pikirannya “i...ni saya membawakan bapak secangkir kopi.” Ujar Fahima dengan sedikit gugup.

“Letakkan saja di atas meja. Dan terima kasih” Ujar Rayhan dengan nada cueknya. Lelaki itu sudah meletakkan sejadahnya di sebuah lemari. Begitupun dengan peci yang digunakannya tadi. Lalu ia berjalan menuju kursi kerjanya.

Setelah menaruhnya di atas meja, Fahima pamit kembali ke ruangannya. Tapi tiba-tiba Rayhan mencegahnya.

“Fah, kenapa ikut lembur?” Ujar Rayhan sembari bersandar di kursinya. Ia menatap punggung Fahima yang di balut hijab yang hampir menutup setengah tubuhnya.

Fahima lantas berbalik. Tapi memilih menunduk. Ia tidak berani terlalu menantap lawan jenisnya itu. “Ada beberapa pekerjaan yang harus saya selesaikan pak. Terutama bahan materi yang akan digunakan untuk rapat besok pagi”

“Baiklah. Tapi jika sehabis Isya juga belum selesai, kamu boleh pulang. Biar saya yang menyelesaikannya” Ujar Rayhan.

“Tapi, pak. Itu adalah pekerjaan saya. Saya tidak ingin ketika dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti, saya tidak bisa menjawab karena lalai dalam pekerjaan. Saya tidak ingin juga makan gaji buta, karena tidak berkah” Jelas Fahima yang malah membuat Rayhan terkekeh.

“Apa kamu lupa? Pekerjaan kamu semakin banyak juga gara-gara saya tidak masuk kantor. Jadi biarkan saya yang melanjutkan. Apakah kamu juga ingin ketika saya dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti, saya juga tidak bisa menjawab?” Ujar Rayhan yang sedari tadi menahan senyumannya. Fahima menjadi berpikir. Memang benar juga yang dikatakan Rayhan.

“Tapi kan, anda adalah bos disini. Jadi jika bosnya sibuk, bawahannya harus bersedia menerima kemungkinan yang terjadi” Menyadari ucapannya yang penuh dengan pembelaan, membuat Fahima menjadi biungung sendiri. Ada apa sebenarnya dengan dirinya. Kalau Rayhan mengaku untuk menyelesaikan pekerjaannya, ya tidak ada masalah. Malah bagus. Dia bisa pulang dengan cepat. Tapi, Fahima juga merasa tidak enak hati sama bosnya itu.

“Bukan berarti saya sebagai pemilik perusahaan juga seenaknya tidak bekerja kan. Saya bukan tipe orang yang senang menimpahkan segala pekerjaan yang seharusnya itu pekerjaan saya, malah  karyawan yang menyelesaikannya. Itu dzolim namanya.” Rayhan juga tidak mau kalah. Karena ia mulai tahu, bahwa Fahima memang adalah wanita yang berpendirian.

“Baiklah kalau bapak maunya seperti itu” Fahima akhirnya menyerah. Ia tahu persis bagaimana sifat Rayhan yang tidak suka dibantah. Fahima kemudian berbalik untuk kembali ke ruangannya. Akan tetapi langkahnya kembali urung, ia berbalik menatap Rayhan yang mulai menyesap kopinya.

“Tadi kenapa bapak tidak Shalat di mushollah?” Pertanyaan Fahiam yang tiba-tiba membuat Rayhan mendongak menatap wanita itu. entah keberanian darimana Fahima menanyakan hal tersebut.

“Memangnya kenapa? Yang penting saya shalat kan.” Fahima malah terkejut dengan jawaban bosnya itu. Entah mengapa ia menjadi kesal dengan jawaban itu.

“Tapi kan, lelaki itu shalatnya harus berjama’ah di masjid.” Ujar Fahima dengan nada kesalnya.

I know that. But, kalau saya mencari masjid pasti akan lambat shalatnya”

“Kan di perusahaan ini ada mushollah” Ujar Fahima tidak mau kalah.

“Jadi kamu mau kita shalat berdua saja di mushollah?” Fahima kembali terdiam. Jika dipikirkan, memang benar apa yang dikatakan Rayhan. Menjadi makmum shalat Rayhan,rasanya itu tidak mungkin dan tidak akan pernah terjadi. Sedangkan Rayhan hanya bisa kembali menahan senyumnya. Perutnya begitu geli melihat tingkah Fahima yang terasa aneh saat ini.

“Apalagi saat ini kita berada di satu ruangan. Cuman berdua, apa kamu nggak takut?” Menyadari kenyataan itu, Fahima langsung panik dan cepat-cepat keluar dari ruangan Rayhan dengan terburu-buru. Lalu ia menutup pintu ruangan itu.  Karena saat memasuki ruangan itu, Fahima sengaja tidak menutup pintu ruangan Rayhan dan membukanya lebar-lebar.

Rayhan yang melihatnya, sudah tidak bisa menahan senyumannya. Sungguh, dengan melihat tingkah aneh Fahima, cukup menjadi hiburannya malam ini. she is unique girl.

--------------------

Alhamdulillah... Hari ini Fahima udah kembali update. Semoga kalian suka yah🥰😍

Jangan lupa vote dan komennya yah😁

Syukron🌹

FAHIMA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang