Bagian 23

18 3 0
                                    

'kadang orang yang kita anggap tidak perduli, ternyata dialah  yang diam-diam memintamu langsung kepada-Nya'

~Khawla Nizia~

Dalam Cerita Fahima

oOo


Setelah mengetuk pintu ruangan Rayhan, Fahima langsung masuk ke ruangan itu ketika si empunya mengizinkannya. Fahima duduk di kursi yang berada di hadapan Rayhan sambil memegang buku catatan yang selalu dibawanya jika saja Rayhan ingin menyuruhnya untuk membacakan agendanya ataupun ada suatu pekerjaan lain yang harus ia selesaikan.

“Setelah mengadakan rapat untuk peluncuran produk baru pekan ini, kita akan melakukan perjalanan kerja ke Turkey. Di sana ada cabang dari perusahaan ini yang harus kita pantau secara langsung. Karena saya menemukan beberapa data yang tidak sesuai yang masuk beberapa bulan terakhir ini. Sekaligus, beberapa pimpinan perusahaan yang menjadi investor bisnis kita ingin mengadakan pertemuan sekaligus menjalin hubungan silaturahmi. Karena yang hadir adalah orang-rang penting semua, jadi tolong kamu persiapkan semuanya dengan baik.” Jelas Rayhan dengan penuh wibawa. Tatapannya sama sekali tidak teralihkan dari layar laptopnya. Sepertinya bosnya itu memang sangat sibuk hari ini. Di mejanya juga sudah ada tumpukan berkas yang berisikan proposal dan beberapa data pemasukan dan pengeluaran perusahaan selama satu tahun terakhir ini yang harus diperiksanya secara langsung.

Fahima yang mendengarnya hanya terdiam sejenak. Ia mendadak ragu. Ternyata beginilah resiko menjadi seorang sekertaris. Mau tidak mau ia harus setia mengikuti bosnya kemanapun dia pergi, bahkan gadis itu harus rela melewatkan waktu liburnya hanya demi tanggung jawab pekerjaannya.

“Fah...” menyadari Fahima hanya terdiam tanpa sedikitpun merespon ucapannya, Rayhan mengalihkan pandangannya kepada wanita itu. Beberapa detik pandangan mereka sempat bertubrukkan, tetapi Fahima langsung mengalihkan tatapannya ke tumpukan kertas di atas meja.

“Kapan?”

“Kemungkinan pekan depan” padahal Fahima belum melanjutkan ucapannya, tapi Rayhan sudah mengetahui maksud dari pertanyannya itu.

“Kamu boleh mengajak Bu Cindy sekalian. Supaya kamu ada teman ketika kita ke sana.” Luar biasa, Fahima begitu terkejut mendapat pernyataan tiba-tiba dari Rayhan yang mengatakan bahwa dirinya boleh mengajak Cindy. Memang uangnya tidak sayang untuk membiayai perjalanan mereka bertiga. Rasanya Fahima ingin sekali bertanya seperti itu, namun bibirnya masih kelu karena keterkejutannya. Tapi ada baiknya juga Rayhan meminta Cindy ikut serta dalam perjalanan mereka, dengan begitu mereka akan terhindar dari fitnah. Yang menjadi pertanyaannya, apakaah Cindy mau ikut menemani perjalanan mereka?

“Baik pak, nanti saya sampaikan ke Bu Cindy” tak ingin Rayhan berubah pikiran, Fahima langsung meresponnya.

Samar-samar, Fahima dapat melihat senyum di wajah Rayhan. Senyum yang hampir tidak pernah ia tampilkan kecuali ketika bertemu dengan rekan bisnis atau ketika bercengkrama dengan sudara-saudaranya saat di pesta itu.

Berbicara tentang pesta, tiba-tiba ia mengingat tentang keberadaan Arga tempo hari di pesta itu. Untuk apa lelaki itu datang ke pesta saudara Rayhan? Memangnya mereka ada hubungan apa? Sekumpulan pertanyaan kembali berputar di kepalanya. Namun, rasanya ia juga sudah tidak berniat untuk menanyakan hal tersebut kepada bosnya itu.

“Fah? Masih ada yang ingin kamu tanyakan?” Rayhan merasa heran dengan kepribadian Fahima akhir-akhir ini yang sering sekali melamun. Apalagi ketika mereka sedang membicarakan mengenai pekerjaan seperti saat ini.

“Ehhh.... tidak pak. Saya cuman memikirkan bagaimana caranya membicarakan ke orang tua saya untuk meminta izin mengenai keberangkatan kita ke Turki.” Lagi-lagi Fahima selalu berkilah jika itu masalah hati dan pikirannya yang selalu saja tidak sinkron.

FAHIMA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang