Part 1

2.9K 193 2
                                    

Aku akui jika pernikahan ini sama sekali tak dilandasi oleh rasa cinta. Bahkan setitik.

Tapi entah kenapa, justru kita berdua bisa bertahan untuk waktu yang lama dalam status sakral ini.

3 tahun kita memulai status sebagai suami istri dan semuanya terasa lancar. Walaupun dari kita berdua belum ada yang menumbuhkan rasa suka.

Dia. Dengan sikap cuek dan tegas, cukup membuat aku yang biasa saja mampu menjalani hari demi hari selama 3 tahun ini.

Padahal semua itu hanya STATUS.

Bahkan kita memiliki dua ranjang di dalam kamar. Mempunyai ruangan wardrobe masing-masing dan rute yang berbeda dalam kamar. Yang membuat kita mustahil untuk berpas-pasan walau tanpa sengaja. Bahkan untuk tidur pun kita mempunyai waktu yang berbeda.

Sama sekali tak pernah bersamaan.

Aneh. Padahal semua itu murni atas kegiatan yang kita lakukan. Bukan karna sengaja menghindar.

Aku bahkan hanya melihat wajahnya jika di waktu makan atau saat ia membutuhkanku. Dan juga,  dia bukan tipe orang yang bisa makan sendiri. Walaupun kau hanya diam tak berbicara. Cukup menemaninya saja. Itu sudah cukup.

Tapi tenang saja. Kita masih berkomunikasi. Tapi hanya jika ada hal-hal yang penting. Seperti meminta izin jika ingin melakukan apapun yang berkaitan dengan kebersamaan. Meminta uang jajan (bagiku). Mengantar atau sekedar berbincang jika ia butuh sesuatu untuk dibicarakan. Tapi ingat, jangan memotong dan memihak, cukup dengarkan saja dia.

Kita juga bukan tipe pasangan yang selalu bertengkar. Bahkan aku belum mendengar suara besarnya selama tiga tahun ini.

Bagiku, hubungan kita seperti teman. Bukan sahabat atau saudara. Just friend. Yang kapanpun kau butuh teman cerita. Kau akan ada di situ.

-

Seperti biasa, pagi ini aku bangun dan keluar kamar.

Ikut bergabung bersama pekerja yang ada di rumah besar ini, hanya sekedar mengecek sudah sampai mana persiapan untuk  sarapan.

"Agasshi ini" seorang ahjumma memberikanku jus buah.

"Gomawo" ucapku. Sambil duduk di sebuah kursi.

Aku sesekali menimpali omongan mereka yang sedang bercanda atau menggoda.

Aku rasa, hanya mereka yang mampu membuat rumah ini hidup. Aku tak tau jika hanya ada kita berdua.

Aku juga tak mengijinkan mereka memperlakukanku terlalu formal. Bahkan aku akan marah jika ada yang memanggilku dengan sebutan 'nyonya'.

Karna bagiku, umur mereka sudah jauh di atasku. Membuatku tak enak jika harus di panggil seperti itu.

"Agasshi" shin ahjumma menyodorkan sebuah sendok ke mulutku. Aku membuka mulut dan menerimanya "hoksii, masakan para ahjumma di sini kalah dari restaurant bintang banyak diluar" pujiku karna makanan mereka memang sangat enak.

"Ah.. Agassi bisa saja. " 

padahal aku sudah sering bahkan hampir setiap hari memuji mereka. tapi mereka selalu saja seperti ini.

"kan memang benar." ujarku.

akupun hanya tetap memperhatikan mereka dan sesekali  ikut menyambung jika aku merasa aku harus menyambungnya. aku juga ikut membantu jika jus ku sudah selesai, walaupun dulu di awal mereka akan protes dan mengusirku jika aku membantu. Tapi sekarang, justru mereka yang mempersilahkan dan bahkan terkadang menyuruhku.

"agasshi ini" shin ahjumma memberikan piring yang sudah berisikan makanan untuk ku bawa ke meja makan.

aku kadang suka tak mengerti kapan manusia ini bangun dan kapan ia mandi dan bersiap. Tiba-tiba saja selalu duduk dan fokus dengan tabnya di depan meja makan.

Please, Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang