Lima belas☘️

1.3K 55 0
                                    

☘️Jangan lupa tinggalkan
Jejak ya , Miss you☘️


Dengan perasaan yang campur aduk Sinta dan alam mulai berjalan beriringan, Sinta masih bingung dan dilema apakah ia bisa menjalankan bahtera rumah tangga dengan seorang duda.

" Kak Sinta" antusias Rian saat ia mulai melihat Sinta berjalan menuju tempat mereka berada,

Dengan senang nya Rian berlalari dan memeluk pinggang Sinta yang belum sampai di ruang tamu, ia benar2 bahagia bisa berjumpa kakk tersayang nya itu, ternyata ucapan Dady nya benar kalau mereka akan bertemu dengan kak Sinta.

" Hey bunny, ko seneng banget si ,padahal kita juga sering jumpa loh" tanya Sinta sambil mengelus rambut Rian sayang.

" Tapi kita tidak bertemu setiap hari kakk, coba aja bisa tiap hari kan Rian bisa sama kk terus" jawab nya sambil terus mendusel2kan wajah nya di perut Sinta.

Sinta hanya mampu tersenyum hangat sebagai jawaban. Ia bingung harus menjawab apa lagi.

" Sinta kemarilah , ada yang ingin ayah bicarakan dengan mu" ucap ayah Sinta langsung,

Sinta yang awalnya masih fokus dengan Rian, kini sudah fokus dengan ayah nya. Ia mulai berjalan dengan Rian yang kembali duduk dengan Dady nya dan Sinta yang duduk di sofa yang masih kosong dekat orang tuanya.

Tak lama dari kehadiran Sinta, tidak ada satu pun orang yang memulai percakapan, mereka masih diam membisu , dan ada juga yang sedang merangkai kata untuk di ucapkan tanpa salah sedikit pun.

" begini nak, ini ada nak Revan yang punya niat baik dengan mu, ia ingin melamar mu, dan menjadikan mu istri serta ibu untuk nak Revan dan Rian" ucap ayah Sinta sambil menatap Sinta yang masih diam untuk mencerna perkataan ayahnya.

Sinta tidak bisa menjawab ia benar2 bingung sekarang,, sebenar nya ia ingin menikah tapi ia juga takut kalo ia belum bisa seutuh nya menjadi istri sekaligus ibu,,

Sinta hanya mampu memegang tangan mama nya yang tepat berada di samping nya,, ia benar2 membutuhkan sosok ibu yang bisa mengerti akan keadaan nya sekarang.

Mama Sinta hanya bisa tersenyum sambil mengelus pelan tangan anaknya yang ia genggam, dari tatapan mama jya ia bisa menebak bahwa ia pasti bisa. Oke gue akan terus terang sama ni duda .

" Begini ya pak,, bukannya apa ni ya, saya ni orang nya urakan loh, yakin mau? kalo bapak ilfil sama tingkah saya gimana?" Ucapnya sambil menatap mata Revan berani.

" Kita bisa belajar satu sama lain" balasnya singkat,

" Dikira nikah kyak jualan cilok apa, enak aja asal japlak itu orang" gerutunya yang masih bisa di dengar oleh Revan.

" Dengar Sinta, walaupun kita tidak saling kenal sama lain tapi kita bisa mencoba untuk terbuka satu sama lain, karena tujuan pernikahan ialah menyempurnakan suatu insan dengan ikatan sah" tambah revan, kata2 yang ia ucapkan barusan benar2 membuat nya lega ,tak sia2 ia membaca artikel sebelum melamar huh.

Sinta sempat melongo mendengar penuturan Revan barusan, apa dia tak salah dengar ini si duda manggil nama nya kan , waaahh bisa di masukkan sejarah ni.

" Oke, kasih aku waktu satu Minggu untuk memikirkan ini,, karena ini benar2 mendadak jadi aku juga butuh persiapan kan,, suruh siapa main asal lamar ," putusnya sambil mengomel, ia juga butuh waktu kan eh tapi ada yang ganjal ni.

" Em bapak tau rumah saya darimana, kan aku ga pernah ngasih tau alamat rumah ke siapa pun, ko bapak bisa tau" tanya Sinta penasaran, kenapa ia baru kepikiran barusan aishh.

Sang Penakluk DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang