Publish 23 Maret 2021
Selamat membaca 💕
========================================Lampu tanda ruang operasi masih menyala merah. Hinata beberapa kali mencuri pandang, berharap operasi yang dilakukan berjalan lancar. Gemetar di tubuhnya telah reda, namun rasa takut belum berkurang. Akal sehatnya ikut menghilang saat Tsukishima kehilangan kesadaran di pelukannya. Syukurlah, Yamaguchi bergerak cepat untuk mengatur segalanya hingga Tsukishima segera mendapatkan penanganan.
Hinata mengalihkan pandangan saat mendengar suara langkah kaki mendekat. Yamaguchi datang membawa tas kertas besar.
"Nyonya, silahkan berganti baju"
Hinata sedikit linglung, Noda darah masih menempel di baju miliknya. Dia tidak menyadari sebelumnya karna rasa panik yang terlalu besar. Hinata menerima tas kertas dan beranjak menuju toilet di lorong sebelah kanan. Mendorong pintu toilet terbuka, Hinata menuju wastafel untuk membersihkan diri terlebih dahulu.
Melihat ke arah cermin, merefleksikan wajah sepucat kertas. Dengan noda darah yang mengering di leher. Tangan gemetar Memutar kran. Air dingin memberikan sensasi segar bagi tubuh. Hinata membasuh seluruh kotoran yang ada. Menggosok wajah dengan keras berusaha mengaburkan ingatan tentang kejadian mengerikan yang telah terjadi.
Tubuh Tsukishima bersimbah darah. Nafasnya tersenggal di dalam pelukan. Dia menatap nanar sosok Tsukishima hingga pertolongan datang. Dia selalu berada disisinya sampai dilarang memasuki ruang operasi. Lututnya goyah, Hinata pasti tumbang jika Yamaguchi tidak sigap membantu menopang.
Hinata segera mandi dan berganti pakaian. Dia tak peduli meski penampilannya berantakan. Bergegas kembali ke arah ruang operasi, dia melihat ayah Tsukishima menggendong Ryota yang tertidur pulas.
"Papa?"
Tsukishima Hiro menoleh.
"Shoyo, bagaimana keadaanmu?"
"Aku baik baik saja papa. Tapi Kei...." suara Hinata tercekat.
"Dia akan baik baik saja. Percayalah."
Setelah Tsukishima Hiro selesai bicara, ruang operasi terbuka. Seorang dokter didampingi dua orang perawat keluar.
Hinata dan Ayah Tsukishima segera mendekat.
"Dokter, bagaimana keadaan suami saya?"
Dokter tersenyum menenangkan.
"Tuan muda Tsukishima baik baik saja. Operasi berjalan lancar. Beruntung peluru tidak mengenai bagian vital. Saat ini sedang dilakukan pemantauan pasca operasi. Setelah itu Tuan akan dipindahkan di ruang perawatan."
"Terima kasih banyak dokter"
Ayah Tsukishima berbicara mewakili Hinata yang kehilangan kata-kata.Pintu ruang operasi kembali terbuka, seorang perawat mendorong Tsukishima yang masih terpejam. Hinata segera mengikuti perawat menuju ruangan khusus yang telah disiapkan.
*****
Hinata duduk disamping ranjang rumah sakit, menggenggam erat tangan Tsukishima dan menempelkannya pada dahi.
Dokter mengatakan butuh beberapa jam untuk menghilangkan efek obat bius. Karna itu Hinata terus terjaga, jika sewaktu waktu Tsukishima bangun. Namun lama kelamaan kelopak matanya semakin berat. Hinata tertidur dengan kepala bersandar di pinggir tempat tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR
Romance"Bolehkah jika aku meminta untuk melepas cincin di jari manismu malam ini saja?" Hinata memandang mata coklat keemasan Tsukishima dengan berani. Perlahan melepas cincin di jari manisnya dan memasukkannya ke dalam kantong jas depan milik Kei. Tsukis...