Publish 8 Februari 2021
Selamat membaca 💕
Mohon maaf jika ada typo.
Jangan lupa vote dan komentar ya biar aku semangat 😍
======================================Kageyama duduk dengan tangan bertumpu, memandang Hinata tertidur di atas ranjang setelah lelah menangis. Kageyama mengangkat kepala saat mendengar suara pintu terbuka. Ryota masuk dibopong Oikawa.
"Mama tertidur?"
"Ya"
Kageyama menjawab singkat."Aku juga ingin tidur bersama mama"
Oikawa melihat ke arah Kageyama. Menunggu Kageyama mengangguk memberikan izin. Dia mengamati Ryota diturunkan di dekat ibunya yang berbaring. Dengan pelan Ryota mengecup dahi Hinata dan mengelus pipi.
"Mama cepat sembuh. Ryota kangen bermain dengan mama"
Lengan kecilnya berusaha memeluk dada ibunya.
Ryota tidur tepat di samping Hinata. Ranjang rumah sakit yang ditempati Hinata memang lebar, bisa memuat hingga tiga orang dewasa. Karna itu Ryota bisa tidur bersama tanpa merasa sesak.Kageyama mengamati Ryota, dari wajah hingga tubuhnya. Ryota anak yang pintar. Dia tidak membuat keributan apapun selama bersamanya. Meski beberapa kali, dia menyebut nama Tsukishima. Mencari papanya. Berulang kali pula Kageyama berbohong bahwa Tsukishima sedang berada di luar kota. Karna itu dia yang merawat Hinata. Ryota hanya memahami, bahwa dia memiliki dua ayah. Ryota tidak membencinya. Itu yang paling penting.
Kageyama mengelus wajah putranya. Mengingat apa yang dikatakan Hinata, Kageyama mendekat untuk mencium dahi Ryota. Jika tidak ada Tsukishima, mungkin Ryota tak kan pernah ada.
Rasa bersalah membanjiri dada Kageyama. Jika saja dia tahu, Hinata mengandung saat itu, dia akan berusaha keras untuk menggagalkan perceraian, dia akan melakukan segala cara untuk mempertahankan Hinata di sisinya.
Kageyama tak ingin melepaskan Hinata, dia ingin kembali bersamanya. Tapi apa yang harus dia lakukan, Hinata membencinya, bahkan lebih rela mati daripada memilih kembali padanya.
Kageyama beringsut mendekat, merebahkan diri di samping Ryota. Lengannya merangkul dua orang paling penting di dunianya. Baru saja dia akan terlelap, pintu kamar diketuk pelan. Oikawa membuka pintu dan membungkuk sopan. Kageyama hendak memarahi Oikawa karna mengganggu waktu pentingnya. Dengan berdecak sebal dia menyuruh Oikawa untuk mendekat.
"Ada apa?"
Oikawa menegakkan diri. Dia memandang Kageyama yang masih berbaring.
"Tuan Kageyama, Dia datang."
*****
Kageyama langsung bangkit berdiri dan mengambil mantel yang tersampir di kursi. Dia sudah melangkah bersama Oikawa saat berhenti mendadak di dekat pintu. Dia berbalik mendekati Ryota dan Hinata yang terlelap. Kegayama merapikan selimut dan mengecup dahi mereka berdua.
"Ayah pergi sebentar Ryota, tunggu ayah pulang, jagalah mama"
Oikawa yang melihatnya hanya terdiam. Kageyama menegakkan diri dan berlalu pergi melewatinya. Oikawa menghela nafas sebelum menyusul Kageyama.
"Tsukishima dan pengikutnya sedang menuju ke sini. Aku mendapat telepon dari informan yang berada di bandara. Bagaimana dengan Nyonya dan tuan muda, apakah aku harus memindahkannya?"
"Tidak perlu. Aku sudah memperketat penjagaan rumah sakit ini. Kita hanya perlu menghadang Tsukishima sebelum dia bisa menyentuh Shoyo dan Ryota. Sungguh beruntung dia tidak tewas di kecelakaan kemarin. Sepertinya kita terlalu berbaik hati"
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR
Romance"Bolehkah jika aku meminta untuk melepas cincin di jari manismu malam ini saja?" Hinata memandang mata coklat keemasan Tsukishima dengan berani. Perlahan melepas cincin di jari manisnya dan memasukkannya ke dalam kantong jas depan milik Kei. Tsukis...