Publish 20 Desember 2020
Bulan ini beneran dah banyak bener kerjaannya karna mau akhir tahun 😭😭
Btw, Ada yang nungguin cerita ini gak ya?
=======================================Beberapa orang melirik penasaran pada wanita cantik yang terduduk lemas di depan supermarket. Wajahnya pucat dengan bekas air mata memenuhi pipi. Tangannya saling meremat di atas pangkuan. Dia tak mendengar saat namanya dipanggil berulang kali. Seorang pria berambut perak berlari cepat mendekat.
"Shoyo?"
"Astaga ini benar kau! Apa yang terjadi?"
Kedua tangan sugawara berada di pundak Hinata. Matanya menelisik, mengecek apakah Hinata terluka atau tidak. Hinata mendongak, air mata kembali mengalir. Sugawara segera memapah tubuh Hinata menuju mobil dan mengendarai menuju apartemen.
*****
Sebuah cangkir berisi teh hangat diletakan di samping tempat tidur kecil. Sugawara duduk di pinggir tempat tidur. Tangannya menggenggam erat jemari Hinata yang dingin karna terlalu lama berada di luar dengan baju kemeja tipis. Matanya kosong menatap jendela kecil di sebelah kanan.
Sugawara hendak bertanya sesuatu saat pintu apartemennya diketuk tak sabar. Dengan langkah panjang dia menjangkau pintu dan menariknya terbuka. Sosok Tsukishima yang panik menerjang masuk.
"Dimana dia?"
Tsukishima bertanya dengan nafas tersenggal,"Di dalam kamar berpintu biru"
Tak membuang waktu, Tsukishima langsung menghampiri Hinata yang masih memandang keluar jendela.
"Shoyo.."
Hinata tak menoleh. Jiwanya seperti hilang entah kemana.
Tsukishima menoleh ke arah Sugawara."Bisa kau tinggalkan kami berdua?"
Sugawara mundur dan menutup pintu. Tsukishima berjalan mendekati belahan hatinya dan kembali memanggil.
"Shoyo sayang"
Hinata menggerakkan leher ke arah suara.
"K..ei?"
Suaranya sangat lemah hingga membuat Tsukishima takut. Badan hinata bergetar kuat."Kei..." suara Hinata menguat. Namun Tsukishima tau, Hinata sedang sangat terluka.
"Tenanglah. Aku disini."
Tsukishima merengkuh Hinata yang mulai menangis histeris. Mengucapkan kata yang sulit dipahami. Dan setelah sekian lama, Hinata merintih,
"Kei, aku hanya ingin mati"
Pelukan mengerat. Tsukishima menggertakkan gigi. Hatinya ikut terluka.
"Jangan pernah mengatakan hal seperti itu. Aku disisimu. Semuanya akan baik baik saja."
Tsukishima tak lelah menggumamkan kata kata menenangkan seraya mengecupi kepala Hinata. Tangannya terus mengelus tubuh Hinata yang semula gemetar hingga tenang. Hinata bersandar pada dada bidang Tsukishima.
"Kei, aku akan bercerai."
Tanpa Hinata sadari, Tsukishima menyeringai tipis.
******
Rambut diusak kasar. Setelah kehilangan jejak Hinata di sekitar hotel, Kageyama kembali dan terduduk di sofa. Matanya nyalang.
Siapa. Siapa yang mengirimkan ini semua pada Hinata. Kenapa hubungannya dengan Yachi bisa diketahui, bahkan terdapat banyak bukti?
Dengan segera dia membereskan barang - barang yang tertinggal. Menyeret koper dengan kasar setelah mengembalikan kunci kamar. Mobil dipacu dengan kecepatan penuh. Dia berharap Hinata saat ini berada di apartemen mereka. Mobil memasuki pelataran parkir di basement. Barang ditinggalkan di mobil, Kageyama langsung menuju lantai tempatnya tinggal. Nihil. Apartemennya masih terkunci.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR
Romance"Bolehkah jika aku meminta untuk melepas cincin di jari manismu malam ini saja?" Hinata memandang mata coklat keemasan Tsukishima dengan berani. Perlahan melepas cincin di jari manisnya dan memasukkannya ke dalam kantong jas depan milik Kei. Tsukis...