Part Thirteen

40 1 2
                                    

Win

Bright menarik tanganku ke arah teman-temannya. Aku bisa melihat empat orang berdiri melingkar dan terlibat perbincangan yang seru. Aku tidak tau siapa teman yang dimaksud Bright, apakah ke-empat orang itu adalah teman Bright? Tapi dua dari mereka menggunakan pakaian yang berbeda dari yang lainnya. Ah, mungkin karena tema pakaian reuni yang monokrom.

"hi guys!" sapa Bright, keempat orang itu serentak mengalihkan pandangan mereka mencari sumber suara.

"Bright!" dua dari empat orang menyapa balik Bright. Mereka mengenakan pakaian hitam-hitam dengan dasi berwarna putih, sama seperti yang digunakan Bright.

"apa kabar kalian?" Bright bertanya pada dua orang temannya, namun pandangan teman-teman Bright tidak lagi pada Bright, namun pada ku yang berdiri di samping kiri Bright. Aku yang merasa sedikit gugup dengan tatapan kedua teman Bright memilih untuk merapatkan peganganku pada lengan Bright.

"kabarku baik Bright. Dan ini pasanganku Kris" jawab pria yang mengenakan pakaian berwarna hitam sembari melingkarkan tangannya pada punggung pria yang dikenalkannya sebagai Kris

"kaku sekali kau mengenalkan ku Singto! Hai, aku Kris, pasangan dari si datar Singto" pria yang mengenalkan dirinya sebagai Kris mencubit pinggang Singto namun cubitan itu ditepis oleh Singto.

"Bright! My boy! Finally, you found someone" kata pria yang menggunakan jas berwarna hitam dan tingginya tidak jauh dengan Bright.

"you don't want to introduce me to your friend, Papi?" aku mendengar rengekan dari pria yang menggunakan pakaian putih-putih dengan dasi hitam seperti aku dan Kris.

"ah, ya! Bright, this is my mate, Gun" kata pria yang dipanggil Papi. Namanya beneran Papi? Lucu sekali namanya.

"hi" sapa Gun "who is he, Papi?" tanya Gun pada Papi

"my friend and his mate I guess" jawab Papi sekenanya. Mendengar kata mate, aku kembali mempertanyakan posisiku dalam hubungan ini, aku merasa tidak percaya diri untuk berdiri di samping Bright sebagai pasangannya. Aku ini apa untuk Bright?

"yang berisik itu namanya Off, Love" bisik Bright ditelingaku, tiba-tiba

"This is Win, my Lover" aku terkejut mendengar Bright menganggapku sebagai kekasihnya, Aku tersenyum tersipu dan hatiku berdebar luar biasa. "Bright tidak akan meninggalkanku" rapalku dalam hati

"ah, romantis banget sih. Coba kamu kayak gitu Singto" kata Kris

"kamu pasti jijik melihatku seperti itu, percayalah" balas Singto

Bright, Off dan Singto saling bertukar ingatan akan masa-masa sekolah mereka, tentang kenakalan yang pernah mereka lakukan bersama atau prestasi-prestasi yang mereka ciptakan, ketika aku bilang prestasi percayalah bukan prestasi baik yang sedang mereka bicarakan. Prestasi mereka lebih mengarah pada seberapa banyak mereka bolos saat pelajaran atau seberapa sering mereka kabur dari sekolah san masih banyak prestasi lainnya. Aku, Kris dan Gun jengah mendengar cerita tentang kebodohan pasangan kami memutuskan untuk pergi ke bar dan mengambil minuman.

"You guys reek of sex" kata Kris tiba-tiba, aku mencoba untuk membaui namun tetap bersikap tenang

"Maybe you just smell yourself" balas Gun pada Kris, aku yang berada diantara mereka terkejut dengan percakapan yang ada

"oh please, Gun" kata Kris sembari menyugar rambutnya.

Kami bertiga duduk di kursi bar, aku memutuskan untuk mengambil alih urusan pesan memesan minuman. Gun dan Kris masih meributkan urusan ranjang mereka di sampingku. Aku melambaikan tangan pada bartender. Begitu bartender itu berdiri dihadapanku, aku mendengar pertanyaan

"Win, how many rounds you did before you came here?" tanya Kris dan Gun bersamaan dengan bartender yang menanyakan pesanan minuman kami.

"guys..., can we... order... our drink... first?" jawabku terpotong-potong, tak berani menatap balik satu dari ketiga orang yang bertanya pada ku

"oh, I want Ice long tea, one please" kata Gun

"Dry martini, satu!" kata Kris

"hmm... bisa aku pesan... air mineral...?" kataku dengan suara pelan

"maaf kami tidak menyediakan air mineral" sahut bartender

"seriously, you want to order water? Just water?"

"apa minuman yang tidak mengandung alkohol?" tanyaku pada bartender, bartendernya menatapku dengan sedikit heran, seperti tidak biasa melihat pelanggan memesan hanya air mineral.

"apa Bright melarangmu minum alkohol?" tanya Kris kuatir

"maaf, tapi kami hanya menyediakan minuman yang mengandung alkohol." jawab bartender lugas.

"kalau begitu aku pesan beer saja satu" jawabku dengan ragu. Aku mulai merasa ketakutan, bagaimana bila dugaan benar? Aku tak bisa mengalami heat disini.

"Win!" aku terkejut mendengar Kris dan Gun memanggilku dengan suara yang cukup keras

"what?" tanyaku bingung

"how many rounds did you do?" tanya mereka lagi, astaga masih pertanyaan bodoh ini.

"should I answer this?" tanyaku

Mereka menganggukkan kepala mereka.

"okay, I tell you mine, I got five rounds and Kris...?"

"I got three" jawab Kris

"almost..."

"seven rounds?" tanya Gun antusias

"Bright and I almost do the deed, please bold, italic and underline the word 'almost'" jawabku pada mereka

"What?!" teriak mereka bersamaan dengan datangnya minuman kami

"Thanks!" kata Gun pada bartender sembari tertawa. Kris mencoba menyembunyikan tawa dengan meraih gelas yang telah ditaruh bartender di hadapannya

"bring us 6 shots of tequila, please" kata Kris pada bartender

"apa yang akan kau lakukan?" tanya ku

"Interesting! We're going to have shots! Drink it up Win" kata Gun setelah meneguk habis minuman yang dipesannya

"I don't want take the tequila shots guys" aku menyesap beer yang kupesan dengan pelan

"oh, come on bottoms up" kata Gun, Kris mengamini perkataan Gun dengan menyemangatiku untuk minum

"I chug all of it, I wouldn't do the shots? deal" tawarku pada mereka

"Why? It doesn't make us drunk?"

"deal?!" tanyaku sekali lagi

"oke, deal! habisin minumanmu Win" kata Kris, Gun terlihat tidak terima dengan keputusan Kris tapi tidak membantah kesepakatan yang dibuat.

Aku harap analisis ku tidak benar. Sembari menenggak habis beerku dan membalikkan gelas tersebut. Kris dan Gun memberikanku tepuk tangan.

"see, it's easy to chug all of it" kata Gun

"yeah, but still I won't do the shots" kata ku pada Gun, dari ujung mataku aku melihat ada pasangan yang baru saja tiba di acara ini, dan langsung berjalan ke tengah ball room. Tak lama, aku merasakan seluruh badanku menghangat. "Tidak! Jangan sekarang" teriakku dalam hati, aku berusaha bangkit dan menyingkir dari aula reuni ini.

belum sempat aku melangkah, aku tiba-tiba jatuh dan terduduk di lantai, aku berusaha merangkup tubuhku. Aku mendengar teriakan panik Kris, tapi aku tak bisa menyahuti panggilannya. Aku sudah terlalu lemah.

Aku merasakan tangan Bright menyentuh bahuku, seperti mencoba mencari kesadaranku. Terakhir aku hanya bisa merasakan tangan Bright menengang dan dengan sisa-sisa kekuatan yang ku punya, aku mengangkat kepalaku, dan mataku menangkap tatapan sayu dan keterkejutan seseorang terhadap interaksi yang terjadi. Setelah itu, duniaku menggelap. 

~~~

sorry for the long update

THE MATELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang