Part Seven

39 2 0
                                    

Win

Di tengah kakalutan akan apa yang akan terjadi padaku setelah ini, aku tidak bisa mengontrol diriku lagi...

"Aku takut, takut jika benar-benar Bright mengusir ku"

"Apa lebih baik aku yang pergi sebelum Bright mengusirku?" Tiba-tiba pikiran untuk kabur sebelum mengusir ku muncul.

"Setidaknya aku tidak perlu merasa terbuang bukan?" hati ku seperti teriris sembilu.

Aku kembali teringat tentang apa yang Bright lakukan malam tadi, sembari memikirkan bagaimana kiranya cara Bright akan mengusirku.

Apakah aku akan langsung diseret keluar dari tempat tinggal Bright? atau

Bright akan mengajakku bicara agar aku melupakan tentang malam kami lalu mengusir ku begitu saja? Atau

Bright akan membayarku lalu pergi?

Sungguh, aku tak mampu membayangkan dengan cara seperti apa Bright akan mengusirku, aku malah semakin merasa sakit. Dada ku tiba-tiba saja terasa sakit hingga membuat ku sesak. Aku menekuk tubuh ku dalam posisi duduk untuk mencari posisi yang membuatku nyaman ditengah kesakitan yang sedang kurasa saat ini. Dan entah kenapa air mata ini tidak mau berhenti mengalir.

Tiba-tiba saja aku merasa ada tangan yang melingkar di bahu ku.

"Win" kata suara itu, tangis ku semakin keras.

Benarkah apa yang ku dengar? Ini suara "B..bright" panggilku.

"ka...u... be...nar... be...nar... B...bright?" tanyaku.

"Iya, ini aku... kau kenapa?"

Dari suaranya, Bright terdengar bingung dengan tangisan ku.

Banyak kata yang ingin ku ucapkan namun yang bisa ku keluarkan hanyalah "Aku... takut..." aku berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghentikan tangisan ku. Aku harus berbicara dengan Bright, cepat atau lambat aku harus pergi dari sisi Bright. Bright menunggu ku untuk menyelesaikan tangisan ku. Dan kembali mengulang pertanyaannya

"Ada apa Win?" tanya Bright dengan suara lembut.

"aku... aku takut... kau... mengusirku" jawabku takut-takut.

"aku harus mencari kejelasan untuk ini semua, aku harus bisa!" kataku dalam hati. Hingga aku bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan.

"Ketika aku bangun, ntah kenapa tidak seperti biasanya. Ketidakhadiranmu di ranjang sewaktu aku bangun tidak seperti kemarin-kemarin, terlebih setelah apa yang terjadi semalam saat kita..." aku berusaha untuk tenang ketika berbicara dengan Bright, namun nyatanya aku gagal dan tidak bisa merangkai kata, sampai untuk melanjutkan ucapan ku pun aku tak mampu.

"Maafkan tindakan ku semalam Win, aku benar-benar tahu apa yang kulakukan, aku tidak bermaksud melakukannya denganmu" hatiku sangat hancur mendengar perkataan Bright, dan membeku.

"You should have known this Win" kata ku dalam hati, dan menguatkan hatiku untuk kemungkinan terburuk yang akan aku terima.

"Maafkan aku Win, seharusnya kita melakukan apa yang kita lakukan semalam dengan pasangan mate kita masing-masing" merasanya bagai luka yang belum sembuh teriris kembali dan lebih dalam. Aku tidak bisa menahan lagi sakit, dan aku pun menangis.

"Aku memang harus pergi dari sisi Bright, sudah jelas bukan?" pikiran ku berkata demikian, tapi hatiku seolah berkata, 

"Jangan memutuskan semua ini sendirian, keputusan berlaku untuk dirimu dan Bright"

"Dia tidak mengharapkan aku untuk berada di sisinya"

aku harus bisa untuk menanyakan ini pada Bright, aku harus bisa melepaskan ini semua sebelum terlambat dan lebih menyakitkan lagi.

"Bright... boleh aku bertanya?"

"Ya... mau bertanya apa Win"

"apakah setelah ini kau akan menyuruhku pergi dan membayarku? seperti yang biasanya dilakukan laki-laki setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan" tanyaku sembari sebisa mungkin aku melanjutkan pertanyaanku

"atau kau akan berkata pada ku untuk melupakan semua yang telah terjadi kemudian mengusirku?"

Aku menyiapkan diriku untuk menerima jawaban yang akan diberikan Bright. Entah dengan membayarku atau menyuruhku untuk menutup mulutku. Aku pasrah dengan pilihan yang dibuat oleh Bright.

Lama Bright terdiam dan kami berada dalam keheningan yang tidak menyenangkan sama sekali. Ingin rasanya aku menenggelamkan diriku.

"aku tak akan membiarkanmu pergi Win, aku akan tetap berada di sisi mu selalu" Kata Bright

Aku terkejut mendengar pilihan yang diambil Bright.

"Dia tidak akan meninggalkanku? Benarkah? apa aku tidak salah dengar?" 

Rasanya seperti ada beban yang dianggkat dari bahuku, aku merasa sangat ringan.   

"Kau benar tak akan meninggalku, bright?" tanya ku lebih kearah untuk memastikan pada diriku sendiri. 

"Tidak akan win" jawab Bright dengan suara yang tegas."

Aku tidak percaya apa yang aku dengar"

"Janji?" kataku sekali lagi. sepertinya aku harus mendengarnya berulang kali. sungguh ini semua seperti mimpi. 

Dalam mimpi pun, aku tidak berharap semua ini menjadi nyata.

"aku janji Win, aku tak akan meninggalkanmu" aku menatap matanya dalam, mencari kesungguhan di dalam matanya.

"sungguh?"

"sungguh, karenanya mulai saat ini kau akan tinggal denganku, aku tak akan meninggalkanmu" bright kembali menarikku masuk kedalam dekapannya.

"Aku sayang padamu Bright" kataku dalam hati

Cukup lama kami berpelukan hingga bright melepaskan pelukan kami.

"ngomong-ngomong, aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita di pantry" kata bright

"apakah itu alasan kenapa kau tidak ada di sampingku ketika aku terbangun tadi?"

"iya, Win... aku tak akan meninggalkanmu sendiri lagi, terutama... di ranjang mulai hari ini" katanya dan memberiku senyum jahilnya.

"kau menggodaku ya Bright?"

"tidak, aku hanya mengatakannya saja"

"kau bohong"


~~~

part 7 done

maaf ya chapter ini pendek... soalnya chapter ini banyak menguras emosi ku :(

THE MATELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang