Part Six

42 2 6
                                    

Maaf kalian menunggu lama sekali...

Selamat Membaca

Bright

Pagi ini aku bangun dengan perasaan bahagia yang tak dapat aku mengerti... Tidak biasanya aku sebahagia ini, aku melihat Win dalam dekapanku dan Win memelukku pinggangku.

"Tidur tidak dibatasi 'benteng' membuat kami saling berpelukan rupanya." Aku perlahan melepaskan diri dari posisi tidur kami yang saling membelit, setelah berhasil  terlepas aku menyibak selimut yang menutupi tubuh kami. 

"what the hell?" aku melihat kondisi tubuhku yang telanjang seperti bayi yang baru lahir. Terakhir kali aku tertidur dengan kondisi seperti ini, saat aku masih tinggal sendiri. sejak aku berbagi kamar dengan Win, aku selalu tertidur dengan boxer-ku. 

Win tiba-tiba saja bergerak, dan membuat tubuhnya keluar dari selimut. "sejak kapan Win tidur tanpa mengenakan apapun?" aku mulai panik, apa yang aku lakukan tadi malam, sembari membenarkan letak selimut agar badan Win tertutup dengan benar.

Aku bangkit dari ranjang dan berjalan ke arah kamar mandi, di bawah pancuran air, aku berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi setelah percakapan tentang 'benteng'. 

Tadi malam setelah menutup mata, aku bermimpi bertemu dengan seseorang yang menggairahkan. Tubuhnya mengeluarkan aroma yang membangkitkan birahiku, aku membalikkan badan dan mengurungnya dalam kung-kungan ku, dan menyalurkan nafsu binatang ku...

Shit! Semalam aku bermimpikan?
Tapi kejadian semalam terlalu nyata untuk menjadi mimpi.

Apa semalam aku telah melakukan tindakan pemerkosaan terhadap Win? Bukan Win yang berada di bawah tindihan ku kan?

Aku tidak bisa mengingat jelas dengan siapa aku menyalurkan nafsuku. Aku akan memastikan itu setelah aku mandi.

Aku mandi dengan terburu-buru dengan masih mengenakan handuk aku segera memeriksa sekitar ranjang dan menemukan baju dan boxer Win ada di lantai selain itu, aku melihat 3 buah kondom yang sudah terpakai, dan laci tempatku menyimpan barang-barang pribadiku terbuka. memeriksa satu box kondom yang telah kosong, masih ada 3 box lagi yang masih tersegel. Walau aku tidak aktif secara sexual, tapi aku selalu menyimpan beberapa alat pengaman dan lube untuk berjaga-jaga jika ada teman-temanku yang datang dan memerlukannya. 

It's better prepare to have a safety sex, hal ini aku pelajari dari temanku yang pernah melakukan sex tanpa menggunakan kondom, memang enak melakukan sex tanpa kondom namun setelah mengetahui jika terkena STD mereka sangat ketakutan untungnya penyakit yang dia derita masih bisa disembuhkan. Tapi sejak saat itu, temanku selalu mempraktekkan safe sex. Sedangkan untuk penggunaan lube, aku tidak sengaja mendengar pembicaraan pengunjung club saat sedang mengunjungi club. Dari yang aku dengar melakukan anal sex tanpa lube adalah hal sangat menyakitkan, bahkan bagi yang pertama kali melakukan anal sex mereka tidak bisa buang air besar sampai 3 hari. 

So, sejak mendengar pengalaman tentang kondom dan lube, aku merasa harus mempersiapkan kedua barang itu, apa lagi jika nanti aku akan aktif secara sexual.   

"OH SHIT!!!"

Dari seluruh hal yang aku pikirkan hanya kedua kata itu yang berhasil keluar. Melihat dari pakaian Win, dan kondom yang sudah terpakai, aku akhirnya berhasil memecahkan misteri yang sedari tadi ku coba pecahkan.

"I DID SOMETHING TO HIM LAST NIGHT!"

Aku panik, bagaimana reaksi Win nanti ketika bangun? apakah dia akan marah padaku? banyak pertanyaan yang datang ke kepalaku. Bagaimana ini?

Sembari berpikir apa yang akan aku katakan aku berjalan ke arah walking closet dan mengenakan baju. setelah itu, aku melihat Win masih terlelap.

"masih ada waktu untuk menjelaskan apa yang telah terjadi tadi malam" pikirku 

Dengan langkah gontai aku berjalan keluar dari kamar dan memutuskan untuk pergi ke dapur dan menyiapkan sarapan. Selama memasak aku kembali memikirkan tentang pertemuan awal ku denan Win hingga apa yang terjadi pada ku tadi malam dan bagaimana aku bisa berhubungan sex dengan Win. 

Aku mengatakan pada Win bahwa aku menunggu mate-ku tapi aku malah berhubungan sex dengannya, ini berarti aku tidak menepati perkataanku sendiri. Dalam pikiranku beradu pilihan antara terus bersama Win atau melepaskannya pergi saat ini juga? 

Tapi jika ku melepaskan Win dan menyuruhnya untuk pergi dari sini, aku akan terlihat seperti laki-laki brengsek yang habis manis sepah dibuang di mata Win. Shit!  aku harus bagaimana?

Tapi jika aku tetap bersama Win...

Tiba-tiba aku mencium bau gosong, dan setika aku menghentikan lamunan ku dan segera mematikan kompor namun sayang,  makanan itu tak terselamatkan lagi. Aku segera membuangnya ke tempat sampah dan membuat makanan yang lebih simple. Setelah masakan ku selesai aku menaruhnya di atas meja pantry, dan mengecek keadaan Win.    

Ketika membuka pintu kamar, aku terkejut dengan apa yang tertangkap oleh indra penglihatan dan pendengaranku.  

Win memeluk lututnya dan menangis. Segera berjalan ke arah ranjang dan duduk di dekat Win.

"Win" aku meraihnya ke dalam dekapanku dan isakan tangis Win semakin kencang.

"B..bright" kata Win di sela-sela tangisnya. 

"ka...u... be...nar... be...nar... B...bright?" tanya Win

"Iya, ini aku... kau kenapa?" tanyaku dengan tenang

"Aku... takut..." tangis Win mulai mengecil, dan aku membiarkan Win menyelesaikan tangisnya.

Setelah tangisnya mereda aku akhirnya bertanya ulang tentang tangisannya.

"Ada apa Win?" sembari melepaskan pelukanku dan memandang kondisi Win. Matanya sudah sangat merah, walau sudah berhenti menangis, air matanya masih beberapa kali lolos dari pelupuk mata. 

"aku... aku takut... kau... mengusirku" jawabnya takut-takut, dan memilih untuk menatap ke bawah seolah tak berani mentapku.  

Hatiku bergetar mendengar penuturan Win. Jadi Win menangis karena dia takut aku mengusirnya? seperti ini saja, aku sudah merasa seperti laki-laki brengsek bagaimana jika aku menyuruhnya pergi dari sini?

"Ketika aku bangun, ntah kenapa tidak seperti biasanya. Ketidakhadiranmu di ranjang sewaktu aku bangun tidak seperti kemarin-kemarin, terlebih setelah apa yang terjadi semalam saat kita..." Win tidak melanjutkan ucapannya.

"Maafkan tindakan semalam Win, aku benar-benar tahu apa yang kulakukan, aku tidak bermaksud melakukannya denganmu"

Aku bisa melihat tubuhnya membeku, "apa aku salah bicara?" pikirku.

"Maafkan aku Win, seharusnya kita melakukan apa yang kita lakukan semalam dengan pasangan mate kita masing-masing"

Aku melihat Win kembali terisak mendengar perkataanku. Terlintas dibenakku, bagaimana bila mate Win tidak mau menerimanya karena dia telah melakukan sex dengan orang lain? bagaimana bila hal itu juga terjadi padaku? bagaimana bila mate-ku tidak menerimaku? masih banyak sekali opini negatif masyarakat tentang sex di luar hubungan mate, sehingga sex di luar hubungan mate dianggap gampangan dan murahan, walau pada prakteknya masih banyak orang yang melakukan hal ini.

"Bright... boleh aku bertanya?"

"Ya... mau bertanya apa Win" 

"apakah setelah ini kau akan menyuruhku pergi dan membayarku? seperti yang biasanya dilakukan laki-laki setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan" kata Win. Belum sempat aku membalas pertanyaannya, Win kembali berbicara.

 "atau kau akan berkata pada ku untuk melupakan semua yang telah terjadi kemudian mengusirku?"

Aku kehilangan kata-kataku setelah mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir Win.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanyaku pada diriku

~~~

Part 6 done!

THE MATELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang