Part 18

18 3 3
                                    

Bright

Sudah dua minggu berlalu sejak pertengkaranku dengan Mew, aku belum berhasil menghubunginya.

Aku merasa tak pernah bisa tenang akhir-akhir ini, selalu dibayangi saat-saat ketika Mew dan Gulf meninggalkanku di kamar hotel dengan Win yang masih tak sadarkan diri.

Aku segera melesat menuju mobil yang terpakir di carport hunian tempat tinggalku dan meninggalkan Win yang kurasa dia masih tertidur di dalam kamar.

Segera aku menghidupkan mesin dan segera menancap gas ke kediaman Mew yang sudah ku ketahui betul letaknya. Selama diperjalanan, pikiranku tak karuan memikirkan hubungan ku dan Win maupun Mew dan Gulf.

Sudah beberapa hari ini memang aku bingung bagaimana aku harus bersikap pada Win, seringkali aku memilih untuk tertidur di depan tv yang ada ruang bersantai ketimbang tidur di kamar yang selalu kutempati bersama Win, rasanya tidak lagi sama seperti sebelum aku bertemu dengan Gulf. Beberapa kali aku mencoba untuk berbaring di samping Win ketika tidur, namun aku benar-benar tidak bisa berbohong dengan hatiku ketika dia mengatakan bahwa aku telah berkhianat dari mate-ku. Setiap kali aku memandang Win, diriku yang lain seperti memberikan perasaan bersalah telah berkhianat, namun separuh diriku yang lain bersikeras agar aku menepati janjiku untuk terus berada di sisi Win.

Pernah beberapa kali Win bertanya mengapa aku selalu tertidur di depan tv, aku hanya bisa beralasan bahwa aku ketiduran ketika menonton atau aku sedang asik mengerjakan sesuatu dan terlalu lelah untuk kembali ke kamar. Semakin sering aku beralasan semakin aku kehabisan kata untuk menjawab pertanyaan Win.

Jika kuperhatikan Win tampaknya tidak terlalu terganggu dengan sikapku akhir-akhir ini, dia masih memperlakukan seperti biasanya.

Aku menepikan mobil yang ku kendarai secara asal, toh keadaannya masih sangat sepi, bahkan aku kesulitan melihat bila tidak dibantu penerangan yang berada di trotoar, segera aku berjalan gedung hunian Mew. Menekan kode yang aku sudah hapal di luar kepala

"Semoga dia belum mengganti kode unitnya"

Aku merasa menunggu sangat lama hingga akhirnya lampu alarm berubah menjadi hijau.

"Thank God! He hasn't changed the code yet" aku berseru senang dan melangkahkan kaki ku jauh kedalam gedung. Tepat berada di depan unit Mew, aku menekan bel.

Ting Tung

Jantungku berpacu dengan cepat. "Come on, open door.. please" sembari memencet bel berkali-kali.

Tak lama aku mendegar suara langkah kaki, dan pintu di hadapanku pun mulai terbuka. Namun yang membuatku terkejut adalah orang yang membukakan ku pintu. Wajah baru bangun tidurnya masih terlihat sangat jelas, dengan selimut tebal yang memilit tubuhnya.

Aku merasa sangat marah pada Mew. Berani sekali dia berlaku tidak tahu diri seperti ini. Tidur dengan seseorang yang memiliki Mate.

"Milik ku" geramku kesal

"Siapa kau?" Tanya orang yang ada di hadapanku

Amarahku yang awalnya siap untuk meledak pun hilang, berganti dengan perasaan kaget dan tidak percaya

"kau lupa siapa aku?" Tanyaku tidak percaya

"memangnya aku harus tau kau siapa?" Jawabannya membuatku melongo

"apa kau salah memenekan bel unit orang?" Tanya dia sekali lagi.

Aku tiba-tiba saja kehilangan kemampuan untuk berpikir dan berkata-kata.

"Jika tak ada yang ingin disampaikan aku akan menutup pintu ini"

Dengan cepat tanganku bereaksi untuk menahan pintu itu agar tetap terbuka.

"tunggu... Tunggu dulu" kataku.

Dia memutar matanya jengah dengan tingkahku.

"Aku..."

"Siapa itu Gulf? Kenapa kau tidak kembali ke ranjang?" Aku mendengar suara Mew dari dalam. Gulf membalikan tubuhnya "Entahlah, apa kau memanggil karyawanmu malam-malam begini Mew?"

Saat Gulf berbalik aku bisa melihat Mew bertelanjang dada dan hanya menggunakan boxer. Mew menatapku sejenak sebelum kembali berbicara dengan Gulf, "kau masuk saja biar aku urus dia"

Saat aku merasa Gulf hendak beranjak dari hadapanku, segera aku menahan tangannya. "Lepas"

"Lepaskan tunangan ku sekarang"

Aku masih menahan tangannya dan dia terus berusaha melepaskan tangannya dari cengkramanku.

"Lepaskan aku sekarang!" Dengan sekuat tenaga Gulf menghentakkan tangannya hingga cengkramanku terlepas dan Mew menarik Gulf masuk.

"Apa maumu?"

"Aku harus berbicara dengan mate-ku!"

"Apa yang kau mau bicarakan dengan tunanganku?"

"Tidak ada urusannya den--"

"Tentu ada! Dia tunanganku! Dia milikku dan semua orang mengetahui itu Bright!"

"Aku membutuhkannya Mew... Aku membutuhkan Mate-ku Mew..." Aku jatuh terduduk dihadapan Mew, aku merasa tidak berdaya lagi.

"Aku merasakan kehilangan, seperti separuh jiwaku pergi. Aku yakin kau sangat paham dengan perasaan ini, aku mohon izinkan aku bertemu dengan Gulf..."

"Aku tidak mau bertemu denganmu" terdengar suara dari dalam unit Mew.

"Mew cepat tutup pintu dan kita kembali tidur" Aku bisa melihat Gulf berjalan semakin ke dalam unit Mew dan menghilang.

"Kau dengar dia? Selamat tinggal Bright"

Blam

Mew menutup pintu unitnya tepat di hadapanku.

Aku bisa gila karena tidak menghirup baunya. Bau yang telah menjadi candu untukku akhir-akhir ini.

THE MATELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang