Part Two

70 5 3
                                    

Bright

Aku gemas sekali melihat tingkah Win, dia berpura-pura kuat dengan kerapuhannya sebagai Omega. Tentu saja, secara kekuatan Alpha memiliki kekuatan yang lebih besar dari Omega. tapi bukan berarti mereka tidak memiliki ketangguhan dalam diri mereka, para Omega hanya akan tunduk pada pasangan yang telah ditakdirkan bagi mereka. 

~Flashback~

Sejujurnya, aku tidak pernah merasa harus mempedulikan orang lain selain mate-ku. Bagiku, tidak layak menyentuh sesuatu yang bukan menjadi kewenangkanku, apa lagi soal mate, bagaimana jika aku membantu pasangan dari Alpha lain dan sang Alpha tidak terima? kami para Alpha sangat posesif dengan segala sesuatu yang menjadi milik kami. Namun, perasaanku tergetarkan saat aku menemukan Win dikelilingi oleh sepuluh Alpha, entah kenapa aku merasa harus menolongnya malam itu. Tanpa membuang banyak waktu aku segera berjalan menghampiri salah satu dari mereka dan langsung menghajar mereka satu persatu. 

"apa-apaan kau?! cari masalah dengan kami!"

"siapa kau? berani sekali mengganggu kami!"

"kami yang menemukan omega ini duluan, jika kau menginginkannya tunggu giliranmu" 

Emosi ku semakin membumbung tinggi, dan hasrat untuk menghajar mereka semakin tak membesar. Mereka memperlakukan omega ini lebih rendah dibandingkan perlakuan yang diberikan untuk pelacur, membuatku tidak tahan dan muak. Pelacur saja masih mendapat bayaran uang atas apa yang dia lakukan untuk memuaskan nafsu dari para hidung belang, sedangkan omega ini mungkin tidak akan selamat jika digilir oleh sepuluh orang sekaligus dan tentu saja dia tidak akan mendapat apapun selain rasa sakit. Aku yang sudah sangat kesal dan berteriak 

"AKU ADALAH ALPHA DARI OMEGA YANG KALIAN SENTUH! LEPASKAN OMEGAKU" 

Melihatku yang sudah diliputi amarah membuat mereka mundur, tindakan mereka cukup pintar, karena mereka tau konsekuensi bila berhadapan dengan Alpha yang Omeganya di ganggu. 

"akan ku lepaskan kau kali ini, tapi jika lain kali aku bertemu denganmu dan kau mengganggu urusan kami, tak akan kubiarkan kau!" ucap salah satu dari mereka. 

Setelah bajingan-bajingan itu  menghilang dari pandanganku, aku melangkahkan kakiku ke arah omega yang mereka baringkan di atas meja, baju yang di pakai sudah koyak, celana yang digunakan pun sudah tidak terpasang dengan semestinya. 

"GILA" kata itu keluar begitu saja dari mulutku, aku tidak bisa membayangkan apa yang telah dilakukan oleh para bajingan itu terhadap omega ini, bagaimana jika aku tidak melewati ruangan ini? apa yang akan terjadi pada omega ini? bagaimana jika Alpha dari Omega ini tidak bisa menerima Omega yang sudah dilecehkan? bagaimana jika Omega ku mengalami hal seperti ini? akan kan aku bisa menerimanya? pertanyaan-pertanyaan ini muncul begitu saja dalam benakku. Untuk pertama kalinya aku mencampuri urusan menyangkut mate, aku harap ini tidak akan membawa masalah untukku kedepannya. 

Aku merapihkan pakaian yang masih bisa dirapihkan dan memakaikan omega ini jaket yang kupakai untuk menutupi koyakan pada pakaiannya dan membawanya kembali ke tempat tinggalku. Untuk sementara, membiarkannya tinggal di tempat tinggalku adalah pilihan terbaik, tidak mungkin aku membawanya ke hotel meninggalkanya begitu saja. Setidaknya sampai omega ini sadar, dia akan tinggal bersamaku.

~Flashback end~

"Aku akan membuatkan mu makanan, selama kau menunggu istirahatlah, akan aku bangunkan nanti" 

Ketika melihat Win pada malam aku merasa harus menolongnya, perasaan itu hadir begitu saja. tidak peduli jika Win, Omega yang ku tolong ini telah memiliki mate atau belum, dan tentu saja aku bukan mate-nya.  Dengan kondisinya yang sekarang aku akan membiarkan dia untuk beristirahat saja di atas ranjangku. 

Aku bangkit dari dudukku dan mengingat-ingat makanan  yang sering Ayah buatkan bila Ibu mengalami heat. Cara terbaik untuk mereda heat adalah dengan melakukan percintaan panas tentu saja, tapi setelah itu Ayah selalu memasakkan Ibu bubur dan sup ayam. Ayah bilang itu mengembalikan energi yang dikeluarkan setelah percintaan panas mereka, aku selalu muak mendengar penjelasan itu. Tapi aku tidak menyangka informasi itu bisa berguna untukku saat ini.

"Ya, tapi sebelum itu, boleh aku meminta segelas air putih? tenggorokan ku sakit sekali" Win memasang wajah memelas

Astaga, bagaimana aku bisa lupa. Pantas saja dia tidak banyak berbicara, pasti rasanya sakit sekali jika harus bersuara. 

"Tentu saja, maafkan aku" Aku mengacak rambut Win sebelum aku melangkahkan kakiku ke arah dapur untuk mengambilkan Win segelas air. Setelah aku menuangkan satu gelas air, aku memutuskan untuk membawa sekalian pitcher-nya jaga-jaga bila Win kembali haus dan aku sedang memasak. 

Aku bergegas kembali ke kamarku, ketika membuka pintu kamar aku melihat pemandangan Win yang sudah kembali tertidur dengan posisi setengah duduk bersandar di kepala ranjang. Ku taruh nampan berisi segelas air dan pitcher di nakas samping ranjang. Sepertinya tidur Win sangat pulas hingga ketika aku benarkan posisi tidurnya, dia tidak terganggu sama sekali. "Nyenyak sekali tidurnya" pikirku. Setelah menyelimuti Win dengan selimut aku kembali berjalan keluar dari kamar dan menutup pintu kamar. 

Ketika berada di dapur, aku mengecek persediaan bahan makanan ku di kulkas. Di kulkas aku hanya menemukan beberapa kaldu ayam dan ayam, beberapa butir telur. kemudian aku mengecek rak penyimpanan beras, tapi aku tidak bisa menemukan beras barang sebutir pun, yang ku temukan beberapa jenis tepung "Bagaimana aku bisa membuat bubur jika beras saja aku tidak punya" aku melirik meja pantry aku masih memiliki garlic bread. "Maaf Win, sepertinya kau tidak bisa memakan apa yang biasanya ibuku makan" kataku sembari mengambil ayam dan kaldu ayam dari dalam kulkas. 

Akhirnya aku membuatkannya cream soup dan garlic bread, aku yakin perutnya masih belum bisa menerima makan berat, jadi aku membuatkannya sesuatu yang ringan namun memberikan energi dan rasa hangat. Setelah yakin dengan makanan yang ku masak, aku membawa masakan ku ke kamar, Win masih belum memiliki tenaga untuk berjalan dan makan di ruang makan. ketika aku masuk gelas yang kubawa sudah setengah isi, pertanda bahwa Win telah membasahi tenggorokannya dengan air. Ku taruh, nampan berisi makanan di atas kasur dekat Win.

"Win" panggilku saat membangunkan Win dari tidurnya

"Win, bangun... aku telah membuatkanmu makanan" sekali lagi aku panggil Win dengan suara yang lembut. Perlahan aku lihat kedua matanya membuka dan menatapku. Matanya yang baru bangun tidur tampak begitu indah di mataku. Aku terpaku sesaat, dan membantunya untuk duduk.

"Kau mau minum dulu?" tanyaku 

Win menganggukkan kepalanya. setelah itu, Win menaruh kembali gelas yang telah kosong di atas nakas samping ranjang.

"Makanlah, selagi masih hangat" kataku, dan memosisikan dudukku di sisi ranjang.

"Terimakasih" katanya sembari memangku nampan berisi makanan dan mulai menyuap makanannya.

"Ini enak sekali Bright" katanya setelah memasukan satu suapan ke dalam mulutnya.

"Baguslah kalau kau menyukainya. Akan kubuatkan lagi, hingga energimu kembali pulih" aku hanya bisa memperhatikan setiap gerakannya yang entah kenapa menarik untuk aku perhatikan. 

Apakah Win adalah pasangan jiwaku? Tapi aku tidak merasakan gelenyar aneh pada tubuhku seperti kata orang-orang ketika menemukan pasangan jiwa mereka?

~~~

part two done

THE MATELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang