Part 14

37 1 1
                                    

Begitu pintu lift terbuka, aku disambut oleh salah satu guru SMA-ku, beliau tampak terkejut dan segera mengarahkanku ke ruangan terdekat dari lift. Beliau juga membukakan pintu untukku segera aku masuk ruangan tersebut dan membaringkan Win di atas ranjang yang ada di dalam.

"Terimakasih, Pak" kataku

"Iya, apa kau akan menenangkannya sendiri atau kau butuh air es?" tanya guru ku

"tolong air es saja Pak" jawab ku

Bukan saatnya aku melakukannya dengan Win. Aku memang berniat akan menyetubuhinya tapi tidak sekarang dengan kondisi seperti ini, aku perlahan membuka satu persatu pakaian yang di kenakan oleh Win dan membuka jas ku sendiri. Aku berlari ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar dan menyalakan keran air dingin pada bathtub sembari menunggu datangnya es. Tak lama Guru ku datang sembari membawakan ku es berjumlah banyak, aku segera menaruh es itu di dalam bathtub dan menutup keran air tersebut.

"Terimakasih sekali Pak"

"bukan apa-apa. Sekarang kau urus dulu pasanganmu" kata guru ku. Setelah guru ku berkata demikian aku segera berlari ke ranjang sambil menggulung kedua ujung lengan pakaianku dan menggendong tubuh Win ke kamar mandi kemudian merendam tubuhnya ke dalam air es yang telah disiapkan. Setelah ku pastikan tubuh Win terendam. Aku terduduk lemas di samping bathtub.

Aku mengulang kembali kejadian tadi dalam ingatanku, wangi yang tidak biasa yang ku cium sejak berada di supermarket, wangi yang sama yang aku temukan beberapa saat yang lalu dan getaran luar biasa yang kurasakan saat bertemu pandang dengan mata indah itu, seolah mata itu menghipnotisku untuk terus menatapnya. Mata indah itu milik siapa? Siapa yang berani menyentuh milikku?! Mata indah itu adalah mata mate-ku yang selama ini kucari. Perasaan posesif yang selama ini yang kukira hanya untuk Win menguar, melebihi rasa memiliki yang biasa kurasakan bila sedang bersama Win. Sayup-sayup aku mendengar suara orang berbicara diluar.

"lepas, aku harus memastikan sekali lagi"

"tidak! Aku tidak akan mengizinkanmu"

"DIAM! Kalian mengganggu aku dan kekasihku" kata ku sembari berdiri dan menatap kedua orang dihadapan. Melihat mate ku bersama dengan seseorang dan orang tersebut menyentuh milikku. Rasa marah yang sempat kurasakan tadi muncul. Aku menarik tangan mate-ku dari orang itu, yang ternyata adalah Mew. Temanku yang aku bicarakan bersama Singto dan Off, jadi mate-ku yang dijodohkan dengan Mew.

"lepaskan Gulf, Bright" kata Mew

"tidak! dia adalah mate-ku"

"dia adalah pasanganku. Lepaskan dia!" kata Mew sembari mencoba menarik kembali mate-ku kepelukkannya.

"Mew, kau masih temanku kan? Lepaskan tanganmu dari tubuh mate-ku!" kataku dengan suara yang lebih keras

"jika aku harus menjadi musuhmu untuk mendapatkan Gulf, itu tidak menjadi masalah!" balas Mew tidak kalah keras

"hentikan Mew, aku kesini hanya ingin memastikan sesuatu" kata mate-ku, aku menatapnya tidak mengerti

"apa yang ingin kau pastikan?" tanyaku

"aku ingin memastikan bahwa yang aku lihat tidak salah. Dan Mew, aku menyetujui pengaturan pernikahan kita" kata mate-ku, tatapan lurus menatap Mew. Mew sempat terkejut dengan segera menarik tangan mate-ku ke sampingnya.

"sudah dengarkan? Dia milikku, Bright!" kata Mew dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu.

"Mew, sebentar" kata mate-ku. Dia berbalik menghadapku berkata

"Aku bukan siapa-siapa untukmu, namaku adalah Gulf, jadi berhenti memanggil ku mate! Mulai sekarang aku adalah mate dari Mew, jadi sampai jumpa di acara pertungananku dengan Mew, TEMAN MEW!" setelah itu, Gulf berbalik dan meninggalkan Bright mematung. Baru saja, Bright memutuskan untuk mengejar Mew dan Gulf terdengar suara yang memanggil namanya dari kamar mandi.

"Bright" samar-samar terdengar suara Win yang panik karena tidak menemukan ku di sampingnya.

Apakah yang harus aku lakukan? aku harus mengejar mereka, dan merebut kembali apa yang menjadi milik ku.

"Bright" sekali lagi aku mendengar suara Win, kali ini suara terdengar seperti orang yang ketakutan. Bila aku pergi mengejar mereka, bagaimana dengan Win? Saat ini, Win lebih penting.

"Win, apakah kau baik-baik saja?" tanyaku sambil berlari dan melihat air mata membasahi pipinya. Aku menghampiri Win dan menghapus jejak-jejak air mata di pipi Win.

"Bright" panggil Win sekali lagi

"Ya, Love? Aku di sini" aku meraih tangan Win kedalam genggamanku

"aku takut, Bright... aku takut... kau... pergi... meninggalkanku..." kata Win, tangisnya yang sempat mereda kembali mengeras.

"Aku di sini, aku akan di sini, di samping mu" kataku sekali lagi, mencoba meyakinkan Win, bahwa aku tidak akan pergi dari sisinya.

"tadi, ketika aku... membuka... mataku... kau tak ada... aku kira..., aku kira... kau tak... lagi peduli" kata Win sembari mengeratkan genggaman tanganku padanya, menyakinkan dirinya sendiri bahwa aku benar-benar berada di sampingnya.

"maafkan aku Win, tadi aku pergi sebentar untuk mengurus sesuatu" kataku pada Win, tak mungkin aku berkata bahwa aku telah menemukan mate-ku. Win pasti akan berpikir aku akan meninggalkannya dan memilih untuk bersama Gulf.

"aku sudah berjanji bukan, bahwa aku tak akan meninggalkanmu Win?" aku masih berusaha menenangkan Win yang masih menangis sesenggukan. Win menatapku dengan tatapan sedih seolah aku akan meninggalkannya.

"baiklah," kata Win, menghapus sisa air mata yang turun.

"kau sangat menggemaskan, bagaimana mungkin aku meninggalkanmu yang menggemaskan ini" aku menggerakan kepalaku ke arah Win dan mempertemukan bibir kami dan aku menumpahkan semua perasaanku pada Win melalui ciuman itu.


~~~

Done 

thanks for commenting for me to update, i but thats literaly a turn off.. I'm trying to finish what i've started... so chill and enjoy~

THE MATELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang