Part 20

28 3 0
                                    

Bright

Sekitar pukul 10.00 Win berpamitan untuk pergi membeli beberapa barang pribadinya ke supermarket. Win tidak lagi memintaku untuk melakukan sesuatu bersama, hingga kemarin siang aku merasa Win masih sering membuntutiku di rumah. Tapi aku menghempaskan tangannya kemarin, dia tidak mencoba menarik perhatianku. 

Aku terduduk di pantry, sejak Win berpamitan setelah dia selesai membuatkanku sarapan. Akhir-akhir ini aku tidak pernah lagi membuatkannya sarapan.  Sejujurnya aku bingung dengan keadaanku saat ini. Aku merasa aku kecewa, marah dan merasa bersalah. Aku kecewa pada diriku yang tidak sabar menunggu pasangan takdirku dan menjadikan Win sebagai kekasihku. Aku marah pada Mew, yang menyembunyikan pasangan takdirku dan tak mengizinkan ku bertemu dengannya. Melihat diriku memperlakukan Win kemarin aku merasa bersalah padanya, aku yang memilihnya untuk bersamaku, aku yang meyakinkannya bahwa aku akan terus bersama dengannya. Aku harus menjelaskan ini semua pada Win. Tapi bagaimana aku menjelaskan hubungan rumit ini dan kelanjutan hubungan kami? bisa kah Win menerima bila aku, menginginkan Gulf dan melepaskan Win? Semoga takdir berpihak padaku.

Aku melihat layar ponselku yang sudah menunjukan pukul satu dua belas siang.  sejak tadi aku hanya duduk, aku merasa bodoh dan ini tak seperti Win biasanya, dia tak pernah lama pergi keluar. Aku memutuskan untuk menelpon Win untuk menyakan keberadaannya, belum sempat aku menekan nomor Win, aku melihat panggilan terakhir dari Mew, kemarin. Aku tidak ingat telah mengangkat telpon Mew. Aku mulai khawatir bagaimana bila kemarin Win yang menjawab telpon Mew dan Mew berbicara yang aneh-aneh pada Win. Aku harus menemukan Win dan menjelaskan semuanya.

Aku mencoba menelpon ponsel Win, tapi tidak ada jawaban. Lalu aku mencoba menelpon Mew, mencoba peruntunganku, dan tentu saja, panggilanku di blokirnya. Aku kembali menelpon Win, dan kembali tidak ada jawaban. "Apakah Win memutuskan untuk meninggalkanku sebelum aku bisa menjelaskan apa yang terjadi?" 

Pikiranku kacau, aku memang ingin meninggalkannya dan milih Gulf. Tapi tidak dengan cara ini. Aku berlari menuju kamar yang selama ini digunakan oleh Win, barangnya masih ada di sini. "Dia belum meninggalkanku." Aku harus bicara dengan Mew, agar dia tidak berbicara macam-macam. Hubungan ku dengan Win bukan urusan yang bisa Mew campuri. 

Aku memutuskan untuk mencari Mew, jam segini harusnya Mew masih berada di kantornya. setibanya aku di kantor Mew, aku langsung menuju ruangan Mew. Baru aku akan membuka pintu ruangannya, sekertaris Mew langsung menhampiriku. "Maaf Pak, saat ini Pak Mew sedang tidak ada di ruangannya." aku melihat ponsel ku sebentar, "Sudah jam segini dan dia belum kembali ke kantor?" tanyaku pada sekertaris.

"Maaf Pak, apakah Bapak sudah membuat janji temu dengan Pak Mew?"

"Kamu sekertaris baru ya?! saya tidak pernah buat janji temu bila ingin bertemu dengan bosmu sebelumnya!" bentak Bright marah. "Maaf Pak, ini adalah peraturan baru. Saya hanya menjalan--" 

Bright merasa frustasi dengan banyaknya penjelasan tidak penting yang diucapkan sekertaris Mew dan melihat ke luar dari jendela. Bright membelalakkan matanya. Dia bisa melihat Mew dan Win di cafe sebrang. 

"Pak... Pak, Bapak mau kemana?" tanya sekertaris Mew,  saat melihat Bright berlari ke arah luar gedung. 

Aku berlari menuju cafe di sebrang, apa yang Mew rencanakan dengan menemui Win? Apa yang mereka bicarakan? Kenapa Win mau menemui Mew? segala macam pikiran berkecamuk dalam otakku. Aku tidak peduli lagi dimana dan situasi apa yang akan terjadi. "KAU INGIN APA LAGI DARIKU, BANGSAT!" saking kesalnya aku langsung menonjok pipi kiri Mew. Aku tidak habis pikir dengan Mew, dia sudah mendapatkan Gulf. Apakah sekarang dia mau merebut Win dari ku.

Mew memandangku sengit. "Kau yang mau apa?" Mew bertanya balik. 

"Untuk apa kau berbicara dengan Win?" tanya Bright.

THE MATELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang