Part Five*

52 1 7
                                    

WARNING! PART INI MENGANDUNG ADEGAN 18+ 

Win

Waktu berlalu dengan cepat, aku sudah mulai membiasakan diri dengan kebersamaanku dan Bright, perlahan-lahan hilang kecanggungan berbagi tempat tidur yang sempat terjadi di awal-awal.

~Flashback~

"Win, kalo kamu tidur di pinggiran ranjang seperti itu, kamu bisa jatuh" kata Bright pada malam pertama kami berbagi ranjang.

"Tidak apa-apa. Aku tidak akan jatuh Bright. Percayalah"

"Kalo gitu, aku tidak akan berbuat macam-macam Win..."

"..." aku benar-benar bingung harus menjawab apa, bukannya aku takut Bright akan berbuat macam-macam. Hanya saja aku menghargai Bright yang menahan dirinya untuk mate-nya.

"Bagaimana jika ku buat benteng?" ide Bright

"benteng?"  

"Iya" jawab Bright sembari mengambil bantal-bantal kecil yang biasa digunakannya sewaktu tidur sofa.   

"oh benteng yang seperti itu"  

Setelah bantal-bantal itu disusun membentuk sebuah benteng, aku tetap meringkuk di pinggiran ranjang dan hanya mengubah posisi miring yang awalnya memunggungi Bright sekarang menghadap Bright. Posisi miring menghadap Bright memberikanku keleluasaan untuk memandangi wajahnya sambil berkhayal kehidupan yang ku harapkan bila memiliki mate. Aku berharap Bright adalah cahaya terang yang akan menyinari hari-hariku yang kelam. 

"Dalam khayal pun, aku hanya bisa membayangkan diriku berada di pelukan Bright"        

"Jangan terlalu lama memandangiku, atau kau akan jatuh cinta padaku" kata Bright dengan mata yang tertutup.

"siapa yang memandangimu? aku..." 

"Busted"

"tenang saja, aku tidak akan melewati benteng itu" kata Bright yang sudah membuka matanya dan menatapku.

"baiklah." aku mencoba memejamkan mataku dan tertidur. 

~Flashback end~

Walau aku tidak tidur di pinggir ranjang lagi, kami belum bisa mengenyahkan benteng yang setiap malam masih dibangun oleh Bright atas persetujuanku. 

"Win, malam ini haruskah ku buat benteng lagi? atau kau cukup yakin untuk bahwa posisi tidurku tidak akan menggangu tidurmu?" 

"Aku harus mulai terbiasa dengan ide berbagi ranjang, latihan agar bisa beradaptasi bila aku menemukan mate", pikirku. Hal ini sedikit aneh bagi ku yang biasa hidup sendiri untuk berbagi ranjang dengan orang lain.  

"baiklah, malam ini... tidak perlu membangun benteng, aku percaya padamu"

"oke. selamat malam Win" kata Bright lalu menutup matanya. Tak lama aku menyusul Bright ke alam mimpi.

Belum lama aku terpejam, aku merasakan gelenyar-gelenyar aneh pada tubuhku. Badanku mulai terasa memanas, ingin bergerak untuk menghilangkan rasa panas namun aku tidak bisa menggerakkan tubuhku walau sedikit saja. 

Ditengah rasa tidak berdaya, aku merasakan sentuhan-sentuhan pada tubuhku. Aku memaksa mataku untuk terbuka dan melihat tubuhku berada dalam rengkuhan Bright. Sentuhan Bright pada tubuhku membuatku ketagihan dan mencoba untuk merasakan sentuhannya lebih dalam dengan memejamkan mata, hanya sentuhan Bright yang bisa meringankan gelenyar-gelenyar aneh yang kurasakan.

Dengan cepat Bright mengubah posisi tubuh kami. Pada posisi ini, aku merasakan sesuatu keras menempel pada perut bagian bawah. 

"apa ini?"  

THE MATELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang