Part 7 Sab'a

6.5K 416 11
                                    

Selamat membaca

Setelah pulang dari jum'atan, Nuni mengajak suaminya untuk jalan-jalan di sekitar daerah tempat tinggalnya. Sekalian mencari makan siang.

"Yaallah arkab" (ayo naik)" kata Nuni pada suaminya. Sekarang dia sudah berada di atas motor Jupiter mx merah milik keluarga nya. Dan Riyadh masih tidak percaya istrinya akan memboncengkan dia.

"An jed inti ya habibti" (sayang, kamu serius)" ujar Riyadh, masih enggan naik.

"Aywa, yaalah ta'ali" (Iya,ayo kesini)" ujar Nuni,sambil menepuk-nepuk tempat duduk di belakangnya.

"Idza tiih, keif?" (Kalau jatuh, bagaimana)" kata Riyadh.

"Idza tiih, tahat, bes mafi tiih, Insya Allah. Bisur'ah atla' " ( kalau jatuh, ya kebawah, tapi tidak akan jatuh Insya Allah. Cepetan naik)" kata Nuni, sebenarnya dia ingin ketawa melihat suaminya, padahal Riyadh sering naik motor beroda empat di taman hiburan. Tapi kali ini karena istrinya yang akan menyetir motornya dia agak sedikit takut.

"Bismillah," ujar Riyadh, lalu naik di belakang Nuni. Dengan hati-hati dia mengendarai motor menyusuri kampung halamannya.

Banyak pasang mata melihat mereka, pengantin baru sedang bonceng-boncengan. Ada yang melihatnya tersenyum ada juga yang tidak suka, ya namanya orang tidak semua menyukai kita. Jalanan di kampung Nuni masih sepi dari kendaraan walaupun sudah di aspal. Saat ini belum musim panen di sawah, jadi mereka bisa melihat hijaunya sawah yang baru tumbuh padi.

"Masha Allah, hadza kulluh ruz" (Masya Allah, itu semua padi)" kata Riyadh sambil menunjuk sawah-sawah di sekelilingnya. Nuni hanya mengangguk. Tak lama kemudian dia menghentikan motornya di dekat warung es kelapa di pinggir sawah.
Lalu dia memesan dua kelapa muda.

"Mun ais" (segar)" ujar Riyadh saat meminum dari air kelapa. Kemudian dia berjalan mendekati sawah. Lalu mengeluarkan ponselnya dan memotret hamparan sawah di hadapannya. Dia memang suka memotret tapi tidak suka dirinya di foto, mungkin hanya memotret pemandangan atau makanan. Kemudian dia mengunggah foto tersebut di statusnya, tak lama kemudian banyak komen yang masuk. Tapi karena dia sedang menikmati kebersamaan dengan istrinya, dia memasukan lagi ponselnya ke dalam tas kecil yang selalu ia bawa.

Setelah menikmati kelapa muda, kemudian Nuni melanjutkan edisi jalan-jalannya, karena hari hampir sore dia lalu mengajak Riyadh ke rumah makan yang cukup terkenal di wilayahnya, lumayan jauh sih dari kampungnya. Selain rumah makan di tempat itu juga menyediakan pemancingan, jelas itu membuat Riyadh senang. Pertama-tama mereka makan terlebih dahulu, Nuni memesan nasi putih sup sapi, ikan gurame goreng, karedok makanan kesukaannya, tahu dan bakwan goreng, kikil sapi oseng, dan cumi  asin cabe ijo, serta tak lupa sambel dan lalapannya.

"Hadza isyh" (ini apa)" Riyadh menunjuk kikil sapi yang menurutnya sedikit aneh.

"Jild baqarah" (kulit sapi)" ujar Nuni. Lalu dia makan tak memperdulikan suaminya yang masih mengamati bentuk kikil, ini makanan favorite nya yang sudah bertahun-tahun tidak ia makan.

Selesai makan Riyadh langsung pergi untuk memancing, karena dia paling senang memancing. Alhasil, mereka sampai isya baru pulang kerumah.
Tak lupa sebelum pulang Nuni membelikan makanan yang ia makan untuk ayah ibunya di rumah.

"Abgo terawasyh toyib" (mau mandi, oke)" kata Nuni pada Riyadh sekarang mereka sudah di dalam kamar.

"Istani" (tunggu)" ujar Riyadh lalu ikut masuk ke dalam kamar mandi.

"Rawasyhinii" ( mandikan aku)" ujar Riyadh, tanpa menunggu jawaban istrinya dia langsung membuka pakaiannya dan pakaian Nuni. Jelas tahu apa yang mereka lakukan sebelum mandi. Bermain satu ronde.

Yatba'
Bersambung

24 Maret 2021

THB

Duda Araban (Jilid 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang